Sunday 15 December 2019

Anggaran Dasar I-Pe-I yang ringkas dan padat

https://ipi.web.id/tentang-ipi/anggaran-dasar/ (15 Des 2019)
Anggaran dasar, tentunya bukan anggaran belanja. Apalagi belanja negara. Bukan. Anggaran dasar itu pondasi, slope. Gabungan dari semen, batu, pasir, dan juga besi. Dia jadi dasaran bangunan.

Anggaran dasar organisasi, berarti untuk menopang bangunan organisasi. Agar kuat, tidak miring, jelas arahnya, dan tentu saja tahan lama.

Jika dihitung dari 1973, maka sudah 46 tahun usia I-Pe-I. Tentunya pondasinya sudah kokoh, kuat, dan teruji.

Bagaimana pondasi tersebut?

Pondasi, anggaran dasarnya mantap. Pasal 1 pun sudah menunjukkan kekuatan organisasi tersebut untuk mewujudkan cita-citanya, “meningkatkan profesionalisme pustakawan Indonesia”.

Pasal satu anggaran dasar tersebut berbunyi “Oops! That page can’t be found”


[ tamat ]

Tuesday 10 December 2019

, , ,

Bookless library #2

pos ronda
Kejadian beberapa malam lalu masih terngiang di memory otak Paijo. Ketika Soplo, kawan gaplenya membuatnya tak berkutik. Alih-alih takjub dengan penjelasannya tentang Bookless Library, Soplo justru mengatakan bahwa bookless library itu bukan barang baru. Bahkan, gardu ronda tempat mereka gaple waktu itu, juga bookless library. Demikian yakin Soplo.

Bookless Library #1: http://www.purwo.co/2019/09/bookless-library.html

“Kang, aku diskak Soplo,”. Paijo cerita panjang lebar tentang pengalamannya beberapa waktu lalu. Cerita tentang bookless library, tentang pos ronda, tentang gaple, tentang kopi pada Karyo, seniornya.

Tidak hanya itu. Paijo juga cerita tentang Kang Giyo, kawannya, yang sering membuat analogi musik Elya Khadam vs Via Vallent untuk menjelaskan keharusan berubahnya perpustakaan dan pustakawan. Jaman ini orang lebih suka dangdutnya Via Vallent. Demikian juga perpustakaan. Kudu berubah agar tidak ditinggalkan penikmatnya.

****

“Hmm. Begitu, tho.,” Karyo komentar pendek.

“Iya, Kang. Aku diskak.” Paijo menggaris bawahi.

“Jo. Apa persamaan Ellya Khadam dan Via Vallen?”. Karyo justru malah bertanya pada Paijo.

“Yo sama-sama perempuan tho, Kang,” gitu saja tanya.

“Kamu itu. Ini Serius. Kita coba cari garis penghubungnya. Ellya dan Via Vallent itu sama-sama nyanyi. Jual suara. Lalu diiringi musik, ada ketipung, juga suara gendang. Gendangnya bisa asli bisa pula imitasi,” jelas Karyo.

“Lalu, Kang?”, Paijo penasaran.

“Keduanya ada ciri sama yang tetap ada, sehingga musik generasi berikutnya tetap memakai term dangdut: dangdut koplo. Bukan koplo, thok. Artinya dangdut koplo tetap berhak menyandang nama ‘dangdut’, karena unsur dangdutnya masih ada: kendang, suling, ketipung.” tegas Karyo.

“Kalau unsur dangdut itu tidak ada, maka tak bisa dia disebut dangdut, Jo!”.

Paijo mengangguk. Tumben juga tidak ngeyel.

“Lalu apa alasan tempat yang tak ada bukunya alias bookless itu berhak tersemat kata library sehingga jadi bookless library?”, Paijo nyambung dengan penjelasan Karyo dan bertanya balik.

“Nah, itu, Jo. Kapan sebuah tempat yang tak ada bukunya boleh diberi label library, dan kapan tidak?”, Karyo menegaskan pertanyaan Paijo. Bukan menjawabnya.

“Jelasnya, logika Ellya Khadam dan Via Valent itu tidak nyambung jika dipakai untuk menganalisis bookless library?” Paijo menyimpulkan dengan setengah bertanya.

“Lalu bagaimana dengan pandangan Soplo, Kang? bahwa pos ronda itu juga bookless library.” Paijo penasaran dengan pendapat Karyo.

“Soplo benar, Jo. Benar. Mutlak benar. Pos ronda boleh disebut bookless library. Pendapat Soplo hanya akan gugur jika pos ronda tidak dimungkinkan memiliki salah satu ciri  wajib bookless library!,” Karyo.

“Loh, memangnya apa saja ciri bookless library, Kang?”, tanya Paijo.

“Ra jelas!”, Karyo menjawab singkat.

Paijo mrengut. Dia mbatin, Karyo ketularan mbeling.

[bersambung]



Monday 9 December 2019

,

[ penjara ]

gambar: lisensi free dari Pixabay
Paijo janjian dengan Karyo. Tidak di gardu ronda, atau di halaman rumah. Kali ini mereka janjian ketemu di cafe.

Digilib Cafe, sebuah tempat yang kini jadi ikon di kampusnya.

“Biar kayak orang kaya, Jo?”, tanya Karyo.

“Wo, iya Kang. Selain itu, juga bisa sambil lirik kiri kanan,” Paijo menjawab dengan senyum ditahan.

“Haish. Gayamu, Jo!.”

***

Sampailah mereka di tempat tujuan. Takjub, heran, dan tak henti-hentinya mereka bersyukur bisa sampai di tempat cemlorot itu. Benar-benar nikmat yang tidak bisa didustakan.

Mereka masuk ke cafe. Lagak ndesonya Karyo tetap kelihatan ketika pesan minuman. Karyo heran melihat pembeli didepannya memesan dengan cara ngelus-elus layar. “Itu namanya tab, Kang. Tablet,” Paijo menjelaskan.

Paijo memang sudah pernah ke cafe ini. Dia mengajak Karyo sebagai usaha mengenalkan Karyo pada dunia luar. “Tablet? kayak obat wae.” Karyo bergumam. Paijo terkekeh.

Ketika tiba gilirannya ngelus-elus layar untuk milih menu, Karyo njondil. Matanya mencermati  harga yang tertera. “We, Kang Bayat bisa nesu ini”, lagi-lagi Karyo ngedumel. Bagaiana tidak? Kopi yang biasanya bisa dia tebus dengan harga 3000 dan itupun bisa ngutang, di tempat ini bisa berkali lipat dan tak boleh ngutang.

Paijo tersenyum.

***

Sambil menunggu pesanan, mereka duduk.

“Kang. Wis dengar kabar? tentang petugas penjara yang dipindah tugaskan sementara ke perpustakaan,” Paijo membuka obrolan dengan tema yang sudah disiapkan sejak sebelum berangkat.

“Yo,” Karyo menjawab pendek. Matanya menyapu ruangan. Berhenti sejenak di sudut-sudut ruang, ketika dapat pemandangan yang kontras berbeda. Tiga sosok bening-bening sedang berdiskusi, sesekali tertawa, kadang tersenyum. Mata Karyo tak lepas mamandang lesung pipi yang tiba-tiba tercetak ketika senyuman tersungging.

“Kang Karyo!. Wa, ini. Kalau lihat yang bening-bening, lalu lupa sama konconya.”

“Ssst. Lah, salahmu sendiri. Ngajak ke tempat ini. Neng angkringan ndak ada yang sebening itu, je”. Karyo jujur membela diri.

“Ya, aku dengar berita itu, Jo,” Karyo melanjutkan jawabannya.

“Keren itu, Kang.  Dengan memutuskan memindahkan ke perpustakaan, menunjukkan bahwa pimpinannya benar-benar visioner”, hampir sama dengan Karyo, Paijo membuka diskusinya ini dengan melihat sekeliling. Dua orang ini memang 11/12 kalau masalah yang bening-bening.

“Setidaknya, seperti maksud si pempimpin, petugas bisa belajar di perpustakaan. Keren tho ini, kang?. Tinggal dijelaskan saja target pemimpin pada si petugas yang dipindah,” kata Paijo.

Pandangan Paijo ini memang cukup berbeda. Atau bisa dibilang berbeda dari arus utama para pustakawan, yang sebagian besar menolak pemindahan petugas penjara ke perpustakaan. Pemindahan itu seolah meneguhkan bahwa perpustakaan itu tempat hukuman, begitu katanya.  Mungkin mereka lupa, bahwa itu di perpustakaan penjara. Lah penjaran kan memang tempat hukuman. Piye, tha.

Karyo menyela, “Kamu itu mbedani, Jo. Pustakawan lainnya pada protes. Mereka menganggap tidak sepantasnya perpustakaan dijadikan tempat hukuman. Kok kamu malah bergembira ria?”

Paijo tampak sedang menoleh ke bagian pemesanan. Berharap  kopi segera datang.

“Iya, Kang. Aku tahu. Tapi aku juga heran. Begitu banyaknya pustakawan berharap orang datang ke perpustakaan, ini ada petugas yang diminta rutin datang ke perpustakaan, malah sekalian bantu-bantu ngurusi perpustakaan, kok malah ditolak. Kan aneh?,” begitulah jawaban Paijo.

“Petugas ini juga berhak belajar. Meski dia pegawai, dia itu sekaligus pemustaka. Haknya sebagai pemustaka harus ditunaikan. Lak kudune pustakawan senang, ketika pimpinan memindahnya ke perpustakaan,” demikian Paijo.

“Iya, Jo. Tapi pandangannmu itu tidak sesuai dengan garis keumumam pendapat pustakawan. Ora umum.”

“Agaknya, kita sudah kehilangan ruh filosofi dasar perpustakaan sebagai tempat belajar bagi semua orang. Perpustakaan itu tempat belajar, apapun alasan orang itu belajar. Termasuk belajar karena diminta atau sebagai konsekuensi dari perbuatannya. Ya, seperti petugas penjara itu,” Paijo serius.

“Kita itu ingin menunjukkan kepedulian dengan cara melakukan penolakan, padahal kita tidak ada kuasa penuh atas takdir seseorang. Siapa tahu kepindahannya ke perpustakaan justru menjadi jalan titik balik dirinya. Bisa tho?” Paijo nerocos.

“Di sisi lain, Kang. Sebenarnya si petugas itu tidak dihukum. Dia justru disayang pimpinan, kemudian diminta belajar di perpustakaan. Sebaik-baik tempat untuk belajar. Siapa tahu di perpustakaan dia menemukan passion-nya,” Paijo mulai ndadi.

***

Di tengah obrolan, dua cangkir  kopi datang. Keduanya diletakkan di meja, lengkap dengan sedotan, tisu, dan gelas kecil air putih.

Karyo tampak bingung. Pesan kopi, kok juga diberi air putih. Dua paket kopi itu dibiarkan dulu di meja. Dipandangi dengan seksama. Dari kiri, dari kanan, dari atas. Hanya dari bawah saja yang tidak. Hora iso.

“Trus karepmu piye, Jo?, tanya Karyo.

“Memindah petugas yang bermasalah ke perpustakaan itu bagus kang. Kuncinya kejelasan dari si pimpinan. Target apa yang diberikan pada si petugas yang dipindah. Kalau pepusnya belum ada yang mengelola, justru bisa diminta mengelola. Kalau sudah ada pustakawannya, bisa kolaborasi. Dan ini ujian bagi perpustakaan. Mampukah sistem universal perpustakaan itu mampu melakukan perbaikan pada orang yang dianggap bermasalah?,” kata Paijo.

Agaknya Paijo ingin menjelaskan, bahwa jargon literasi dengan huruf L itu bisa diuji dengan kasus ini.

“Orang yang dianggap bermasalah itu berarti juga memiliki ketidak tahuan, maka tepat ketika diminta ke perpus, agar tahu,” itu prinsip dasarnya, Kang”.

Karyo mencerap penjelasan Paijo. Tuah senioritas Karyo lumpuh. Suasana Digilib membuatnya tak bisa berfikir banyak. Alurnya banyak dipengaruhi logika berfikir Paijo.

***

“Diminum, Kang!,” Paijo menyilakan Karyo.

Karyo meraih cangkir kopinya. Bibirnya mulai mendekat ke bibir cangkir. Dalam hitungan detik, dua bibir itu bertemu. Melumat dan dilumat. “Ssrrrppp”, suara khas nyeruput kopi itupun terdengar..

“Bsssssssss. Kok pahit banget, Jo?,” Karyo gebres-gebres.

Paijo menahan tawa yang sejengkal lagi meledak. “Normalnya kopi itu ya pahit, Kang. Makanya itu diberi segelas air putih sebagai penetralisir.”

“Tapi kalau ngopi di Kang Bayat kok ada manis-manisnya”.

“Itu air gula campur kopi, Kang. Bukan kopi," Paijo ngakak tidak bisa ditahan.

Obrolan itu selesai. Mereka sibuk dengan  cangkirnya masing-masing. Tentunya, dengan tetap melihat kiri kanan, alias cuci mata.

***

 “Wis, kita pulang, Kang,” ajak Paijo. “Jangan lupa cuci tangan. Tadi ketika pesan kopi, Kang Karyo ngelus-elus tablet, kan?”

“Emang kenapa, Jo?,” Karyo penasaran.

“Bekas elusan tablet bisa berpengaruh pada elusanmu pada Mbakyu Karyo nanti malam, Kang”

Karyo mrengut menahan mangkel.

“Tenang, Kang. Tak bayari." Sebuah e-money dicabut Paijo dari dompetnya. Digesek, menekan pin, lalu selesai.

[[ tamat ]]

Thursday 5 December 2019

[Tugas luar]

"Tumben gelem tugas luar, Kang", komentar seorang kawan melalui jejaring sosial. Saya memang jarang tugas luar. Terhitung sudah tahunan saya tidak pergi dari wilayah UGM pada jam kerja, terutama ke luar daerah.
Konsentrasi di tempat bekerja lebih saya utamakan.
Keluar UGM pada jam kerja itu ada dua sebab: sebab eksternal dengan diundang atau ditawari; serta internal karena diminta/diutus. Sebab eksternal masih bisa saya tawar, dengan berbagai alasan. Utamanya karena keterbatasan kemampuan saya. Rumangsa, kata orang jawa.
Namun, sebab internal sulit ditolak.
Kalau ada dua undangan bersamaan, misalnya, maka UGM lebih saya dahulukan. Repotnya, jika sudah menyanggupi acara di luar UGM, kemudian ada undangan atau acara bersamaan di UGM. Hal ini sangat membuat saya merasa bersalah. Mungkin, karena itulah akhirnya saya mengurangi kegiatan dan organisasi yang menjadikan harus keluar UGM dalam jam kerja.
Prinsip dasar yang saya anut adalah UGM first, lebih khusus FT UGM first. Kenapa? karena rejeki saya mengalir lewat kepercayaan UGM pada saya, khususnya FT UGM.
Hingga akhirnya bulan November 2019 saya meninggalkan jam kerja. Pertama ke UII, yang masih satu propinsi, bahkan satu kabupaten. Saya ke UII karena ikut seminar, yang saya merasa masih berhubungan dengan peran saya sebagai pustakawan di FT UGM. Tentunya dengan ijin pimpinan terlebih dahulu.
Kemudian akhir November ke Bandung. Tujuan Ke Bandung ini bukan karena diundang, tapi karena diminta oleh UGM (perpus UGM) sendiri. Maka, saya sebisa mungkin menjalankan perintah.
Pernahkah ada dua kepentingan bersamaan?
Pernah. Dan saya utamakan UGM dahulu. Mungkin ada yang menyayangkan. Tapi begitulah keputusan saya. Selain itu, jujur saja, meski ada kalanya dilanda kangen, saya memang mengurangi kegiatan luar. Capek eui.
Mungkin karena sebab itulah, saya harus menghadapi konsekuensi: tertinggal banyak hal terkait perkembangan kepustakawanan.
Namun, dgn fasilitas internet kampus yang lancar, saya masih punya harapan belajar. Belajar perkembangan kepustakawanan melalui berbagai saluran yang bisa saya jangkau.
note:
hal di atas adalah pertimbangan saya pribadi.
Foto: nenteng tas di depan gerbang ITB

Tuesday 26 November 2019

Visualisasi lowongan pekerjaan CPNS pustakawan - perpustakaan tahun 2019

Dataset diambil dari https://sscn.bkn.go.id/ dengan pencarian menggunakan kata kunci "pustakawan" atau "perpustakaan".

Setelah data diperoleh, data diolah menggunakan LibreOffice Calc dengan ketentuan:

  1. nama instansi yang membuka lowongan dikelompokkan menjadi
    • "pemerintah" yang berisi institusi pemerintah daerah (provinsi, kabupaten, atau kota)
    • "badan" yang berisi berbagai badan negara
    • "perpusnas" yang berisi institusi perpustakaan nasional
    • Selain 3 di atas tidak digunakan, karena hanya ada 1 untuk kepolisian, dan 1 lembaga, yang datanya sudah terwakili - padahal males ngedit :) 
  2. jenis lowongan, serta syarat pendidikan pelamar disatukan dalam satu sel dipisahkan dengan koma
  3. nama instansi digabungkan dengan sel yang memuat jenis lowongan dan syarat pendidikan dengan kategori author
  4. nama instansi pada nomor 3, juga diambil sebagai title
Dengan adanya data author yang terdiri dari instansi, jenis lowongan, serta syarat lowongan, maka diharapkan dapat divisualkan hubungan ketiganya sesuai dengan kelompok instansi.

Data di atas disusun dalam format file CSV sesuai format Publish or Perish. Kemudian diimport ke Publish or Perish, dieksport ke Zotero, baru terakhir dari Zotero ke format .ris untuk akhirnya dibaca di Vos Viewer.

Hasil visualisasinya sebagai berikut:

Visualisasi lowongan pada badan negara
Visualisasi pertama dengan 11 data lowongan pada instsansi badan negara. Pada visualisasi di atas terlihat beberapa jabatan lowongan pekerjaan terkait perpusakaan. Pertama pustakawan ahli pertama, kemudian juga ada pustakawan pelaksana/terampil.

Dua jenis jabatan ini terbagi menjadi dua klaster, yang mengindikasikan syarat pendidikan pelamar. Perbedaan penyebutan pendidikan S1 "Perpustakakaan" masih terjadi pada lowongan instansi badan pemerintah ini. Ada yang disebut ilmu perpustakaan, ilmu informasi dan perpustakaan, ilmu perpustakaan dan informasi. Uniknya, lowonga pustakawan ahli ini terbuka bagi S1 kearsipan.

Tidak jauh beda dengan lowongan untuk pustkawan pelaksana terampil. Jabatan ini diperuntukkan bagi alumni D III.  Perbedaan nama jurusan perpustakaan juga terjadi. Selain itu, jabatan ini juga terbuka bagi D III kearsipan.
lowongan di instansi pemerintah daerah
Lowongan di instansi pemerintah daerah memiliki jumlah paling banyak. Setidaknya ada 319 lowongan.

Jabatan yang dibuka beragam. Ada pustakawan ahli pertama, pengawas perpustakaan, pustakawan pelaksana/terampil, penyuluh perpustakaan, penyusun rencana kehumasan dan perpustakaan.

Jenjang pendidikan yang dibutuhkan pun sangat beragam.

Berikut beberapa visualisasi lowongan di pemerintah deaerah, berdasarkan nama jabatannya.
Pustakawan ahli di pemerintah daerah

Pustakawan terampil di pemerintah daerah

Penyusun perencana kehumasan dan perpustakaan di pemerintah daerah

Pengelola perpustakaan di pemerintah daerah

Pengawas perpustakaan di pemerintah daerah
Pada lima visualisasi di atas, terlihat jabatan dan syarat yang menyertainya. Ada pendidikan selain "perpustakaan" yang bisa melamar. Termasuk bidang sejarah, kearsipan, sastra indonesia, administrasi, dokumentasi, komunikasi, humas, bahasa asing, manajemen rumah sakit,  Bahkan untuk penyuluh bisa dilamar lulusan teknik industri.

Lowongan di Perpustakaan nasional
Setelah tahun lalu perpusnas membuka lowongan pustakawan dari berbagai jurusan, tahun ini ada 12 institusi di bawah perpusnas yang membuka lowongan. Dilihat dari nama jabatannya, hanya ada dua: terampil, dan ahli.

Terampil dapat dilamar alumni d3 ilmu perpustakaan, sementara ahli pertama diperuntukkan bagi S1 ilmu perpustakaan.

Kesimpulan

  1. Nama jabatan bermacam-macam, sesuai kebutuhan. Terlihat paling mencolok variasinya di instansi pemerintah daerah
  2. Nama prodi yang dibutuhkan juga macam-macam. Mulai dari ilmu sosial, bahkan ada juga yang teknik.
  3. Tidak ada lowongan untuk S2
  4. Tidak ada lowongan untuk alumni D2, atau D1 perpustakaan
  5. Lowongan di Perpusnas terlihat paling rapih. Dengan 2 jenis jabatan lowongan, untuk 2 jenjang pendidikan perpustakaan.

Pernyataan
Mohon maaf kalau keliru ambil data dan analisis.
----------------------

Sambisari,
Slasa Kliwon 28 Mulud Wawu 1953 AJ.
05.50 pagi

Monday 11 November 2019

Membuat rumus di Latex menggunakan MathPix

Extract LaTeX from PDFs or handwritten notes in seconds. Download Snip for desktop and start saving time

Dengan aplikasi ini https://mathpix.com/, kita bisa memperoleh kode rumus pada Latex secara cepat. Tersedia di Android, iOS, Windows, Linux, dan Mac.


Uniknya aplikasi ini diakui oleh ilmuwan sekaliber Einstein, Newton dan Alan Turing. Tapi ya embuh, tenan mereka pernah mencoba atau bagaimana sejarahnya... 

“If I had known about Mathpix earlier, perhaps I would have had enough time to work out the Grand Unified Theory.”

Albert Einstein


“When I lost my .tex file to the Principia, I was devastated. Mathpix helped me effortlessly use equations from the Principia in my new work. I now have more time to stand beneath trees and get hit by apples.”

Isaac Newton


“Mathpix's AI definitely passes this Turing test!”

Alan Turing





Sunday 10 November 2019

[[ Kemaruk ]]

Sedang pada masanya, lowongan CPNS dibuka di berbagai institusi. Berbagai formasi, dengan berbagai syarat dan ketentuan masing-masing.

Termasuk di antaranya lowongan kerja di Perpustakaan. Ada yang menggelitik, dan itulah yang sedang diobrolkan Paijo dan Karyo.

***

“Kang, ini masa buka-an PNS,” Paijo membuka diskusi. Mereka berdua nonton sepak bola. Lewat TV 14 inc model tabung, pertandingan antara Indonesia melawan Timor Leste sore itu, jadi hiburan sambil menunggu teman-temannya di pos ronda. Ada sepiring kacang goreng, lengkap dengan racikan kopi pahit.

“Iya, Jo. Kenapa?” Karyo menyahut sambil terus mengikuti laju bola yang jadikan rebutan.

“Kemarin, ada yang mau ngirim surat ke institusi pembuka lowongan, Kang. Mau protes, atau halusnya mengoreksi. Katanya sih ada kekeliruan,” Paijo menjawab. Tangannya meraih kacang goreng dengan tanpa melihat piring. Memasukkan kacang ke mulut, lalu mengunyahnya. Sementara matanya tetap fokus pada tv. Mengamati proses rebutan bola antara 2 kesebelasan.

Dua sahabat ini memang luar biasa. Multitasking. Bisa melakukan beberapa hal dalam satu waktu. Mengambil kemudian mengunyah makanan, fokus nonton bola, ngomong sambil mikir dan diskusi.

“Harus dingatkan,” katanya begitu, Kang.

“Memangnya kenapa, Jo?”. Karyo berusaha mendalami informasi dari Paijo. Tentu, Karyo yang arif dan bijaksana itu, ingin tahu lebih dalam dahulu sebelum komentar.

“Lowongan itu kan untuk posisi pekerjaan di perpustakaan, sebagai pengelola bahan pustaka. Tapi syarat pendidikannya justru dari lulusan komputer, Kang. Nah, itukan mengambil hak alumni ilmu perpustakaan. Mau diingatkan bahwa sebagai pengelola bahan pustaka, harusnya ya lulusan ilmu perpustakaan,” terang Paijo.

“Memang lulusan ilmu perpustakaan mampu, Jo?” karyo bertanya singkat.

“Woooo. Pertanyaanmu itu menyepelekan alumni ilmu perpustakaan, Kang. Hati-hati, bisa bikin marah para dosen ilmu perpustakaan yang sudah nggula wenthah mereka, lho!”. Paijo setengah naik pitam, namun tetap fokus pada bola yang ditendang kesana dan kemari.

“Lho. Aku kan cuma tanya, Jo,” Karyo menegaskan.

“Ya, jelas mampu tho, Kang. Atau paling tidak, pasti di antara sekian lulusan ilmu perpustakaan itu ada yang mampu. Makanya dilakukan seleksi,” Paijo melanjutkan.

“Tapi begini, Kang. Ada yang mengganjal pikiranku,” Paijo buru-buru meraih gelas berisi kopi, lalu menyeruputnya. Tampak wajah Paijo menyiratkan ada kenikmatan tiada tara, ketika air kopi itu masuk mulutnya, kerongkongan, kemudian masuk dalam perut bertemu dengan kacang goreng. Percampuran kandungan kopi dan kacang goreng membuat matanya merem melek.

“Saya belum nemu dosen ilmu perpustakaan, pustakawan, atau organisasi profesi pustakawan yang protes jika yang terjadi adalah sebaliknya,” Paijo bertutur.

“Maksudmu?”, Karyo bertanya.

Lowongan dan syarat pendidikannya #1

Lowongan dan syarat pendidikannya #2


“Ada juga lho, kang. Lowongan, yang meskipun ada lulusan sekolah yang sesuai dengan lowongan perkerjaan itu, tapi terbuka untuk lulusan ilmu perpustakaan bisa mendaftar. Nah, dalam kasus ini, pustakawan justru senang dan gembira,” lanjut Paijo.

“Apalagi dosen ilmu perpustakaan, Kang. Kondisi itu jadi modal mereka untuk menunjukkan pada dunia, bahwa anak didik mereka berpeluang masuk pada berbagai bidang,” Paijo berapi-api.

“Wo, bahasamu, Jo. Menunjukkan pada dunia…”, Karyo sedikit mengejek diksi Paijo.

"Kan, kalau konsisten harusnya mereka protes, Kang. Kirim surat. TOLONG FORMASI TERSEBUT JANGAN DIBUKA UNTUK ALUMNI ILMU PERPUSTAKAAN. SUDAH ADA ALUMNI JURUSAN LAIN YANG LEBIH SESUAI. KAMI TIDAK MAU MENGAMBIL HAK ORANG LAIN. Kudunya begitu, Kang," tegas Paijo.

“Justru itu sebagai bukti, Jo. Menunjukkan kenyataan pada dunia, bahwa "ingin memiliki lebih banyak" itu sifat dasar manusia,” Karyo menjawab sambil tersenyum.

***

“Gooooooooooooooool,” Paijo teriak. Sepiring kacang goreng sudah ludes tak tersisa. Padahal Soplo dan Giyo, belum kelihatan.  Tak ada sisa untuk mereka. Mungkin memang benar, kemaruk bisa muncul di mana saja.



Sambisari,
Ngahad Wage 12 Mulud Wawu 1953 AJ.







Wednesday 6 November 2019

PresentationGO: template powerpoint berlisensi fleksibel

Berbagai template di web ini memiliki lisensi penggunaan yang cukup fleksibel.

Diperlukan atribusi, boleh digunakan untuk personal dan edukasi, boleh pula untuk kepentingan komersial. Namun tidak boleh untuk kepentingan diluar presentasi, serta tidak boleh dijual dan didistribusikan ulang.

Nah, akhirnya, presentasi ini hanya untuk dipakai sendiri, tidak dijual. Isinya hanya untuk kepentingan presentasi, termasuk presentasi bisnis. Dan tentunya, harus menyebut sumber.

Silakan akses di https://www.presentationgo.com/. Ada berbagai kategori template di sana.

Selain template, juga ada grafik, timeline dan lainnya.

lisensi dan syarat penggunaan

ada 2 file dengan ukuran berbeda

bukan hanya template



Monday 4 November 2019

Wajah publikasi bidang perpustakaan di 3 jurnal terbaik

Latar belakang
Katanya ilmu perpustakaan itu ada. Ya, terutama kata para ilmuwan ilmu perpustakaan. Kalau pustakawan, tidak semuanya menganggap ilmu perpustakaan itu ada. Dan,  ndak selalu harus kuliah ilmu perpustakaan agar dapat menjadi pustakawan.

Salah seorang kawan, dia pustakawan, bahkan terang-terangan mengatakan, "ndak perlu kuliah untuk jadi pustakawan". Begitu kurang lebih.

Nah. Penelitian ilmiah, bahkan sangat ilmiah ini,  ingin menelisik sejauh mana penelitian yang berhasil diterbitkan dalam jurnal top bidang ilmu perpustakaan. Tentu saja, penelitian itu mengindikasikan berkembangnya ilmu perpustakaan. Terutama, sekali lagi, bagi para pemuja adanya ilmu perpustakaan.

Setidaknya ada beberapa pertanyaan penelitian yang hendak dijawab:
  1. Siapakah penulis paling produktif dalam bidang ilmu perpustakaan?
  2. Negara manakah yang paling banyak menyumbang penelitian/penulis/peneliti?
  3. Institusi apakah yang paling produktif?
  4. Topik apakah yang banyak dibahas?
  5. Bagaimana trend penelitian bidang ilmu perpustakaan?


Metode
Metode yang digunakan adalah metoda "tiga". Tiga adalah angka sakral. Dia dipakai dalam berbagai kepentingan. Lihat saja, kejuaraan itu diambil 3 besar. Kemudian ketika memulai lomba, hitungan dimulai dari 3,2,1 atau sebaliknya.

Anak-anak juga bernyanyi dengan angka 3. Satu-satu, aku sayang ibu. Dua-dua, juga sayang ayah. Tiga-tiga, sayang adik kakak. Satu dua tiga, sayang semuanya.

Betapa angka 3 sangat berarti dalam kehidupan kita.

Nah, dalam penelitian ini juga dicari 3 jurnal top bidang ilmu perpustakaan kemudian diolah. Tiga jurnal top ini ditentukan dengan meminjam data dari ScimagoJR.

Pada Scimago dilakukan filtering ranking jurnal bidang library and information science. Kemudian hasilnya difilter lagi dengan filteri Web Of Science. Dari filtering itu, diambil 3 jurnal dengan kategori Q1.

Tiga jurnal yang dipilih yaitu Journal of Library Administration (LA), Journal of Academic Librarianship (AL) , dan Library and Information Science Research (LISR).

Kenapa 3 jurnal di atas? Ya, suka-sukalah.

Tahap selanjutnya, dilakukan pencarian publikasi dari 3 jurnal di atas pada database Scopus. Setelah itu, diunduh dalam format .csv.

Batasan penelitian
Penelitian ini masih terbatas. Batasnya tinggi. Tinggi sekali. Sehingga sulit dilompati. Bahkan diterobos sekalipun.


Pembahasan
Jumlah artikel berdasar jurnal
Jurnal LA memiliki artikel paling banyak. Berarti ini termasuk favorit. Paling tidak di antara 3 jurnal tersebut di atas.

5 penulis top
Hernon P, merupakan penulis paling produktif dengan 101 artikel. Lengkapnya Peter Hernon, berasal dari Simmons College, Boston, United States. Afiliasi di Scopus salah satunya Library and Information Science Research. Artikelnya juga tentang library, banyak diterbitkan di jurnal Library and Information Science Research.

Profil lengkap Hernon di Scopus bisa dilihat di https://www.scopus.com/authid/detail.uri?authorId=7003600731&origin=resultslist

Paijo: "Pak Hernon itu dosen ilmu perpustakaan bukan, ya?"
5 negara top
Nah, ini sangat timpang. Ternyata penulis dari US sangat dominan. Jauh sekali jumlahnya dibanding peringkat 2 dan seterusnya.  Dari Asia, ada China. Meskipun jumlahnya cuma 61 artikel, tapi tetap masuk 5 besar.

Lalu di mana penulis dari Indonesia? adakah?

Ada dong. Berapa? Satu. Lihat di bawah ini:

Lamhot S. P. Simamora & Firman Gunawan (2001) Indonesia Electronic Library Design Plan for Supporting a Distance Learning Environment, Journal of Library Administration, 32:1-2, 361-369, DOI: 10.1300/J111v32n01_11

Pak Lamhot dan Firman, sesuai profil di Scopus, memiliki afiliasi Divisi RisTI PT Telkom, Indonesia. Profilnya bisa dilihat di sini dan di sini.

Paijo: "Wah, tiwas. Saya kira beliau ini ilmuwan ilmu perpustakaan, je".


5 institusi top
Summons College merupakan institusi yang paling banyak menyumbang artikel pada 3 jurnal top di atas, dengan 114 artikel.

VosViewer
Jejaring antar kata kunci
Dari jejaring di atas, dapat dilihat topik mana yang masih punya peluang, dan mana yang sudah jenuh.

Academic libraries, ternyata menjadi topik dominan. Topik ini berkaitan dengan topik lain, misalnya information literacy, undergraduates, academic librarians, dan lainnya.

Beberapa topik yang ada di bagian luar, sangat mungkin masih dapat diteliti lebih jauh. Twitter misalnya, atau fundraising. Juga online learning, dan topik lain yang belum punya hubungan kuat dengan topik lainnya.

Note: kuat tidaknya hubungan ditandakan dengan garis yang menghubungkan antar topik, serta angka link streng (tidak terlihat pada gambar di atas).
jejaring antar penulis
Agaknya Hernon punya jejaring paling dominan. Hernon menyambungkan klaster di kanan dan kiri. Dengan 100 lebih artikel, agaknya perlu juga memetakan artikel Hernon ini.

trend topik riset

Wuih. Topik dengan warna kuning di atas memperlihatkan topik terbaru yang diteliti. Kata kunci yang divisualkan di atas minimal muncul 5 kali atau minimal digunakan pada 5 artikel yang berbeda.

Ada makerspace, topik yang pernah nyaring terdengar. Kemudian ada twitter, library outreach, student learning outcomes.

Topik warna kuning itu muncul pada kisaran 2016.

Kesimpulan
Pada 3 jurnal terbaik ini, tidak ditemukan ilmuwan ilmu perpustakaan Indonesia sebagai penulis. Mungkinkah ini salah satu tanda, bahwa ilmuwan ilmu perpustakaan di Indonesia masih kurang greget dalam membela ilmu perpustakaan?
Atau, memang ilmu perpustakaan di Indonesia ini hanya copas dari luar Indonesia saja?
Anda bebas menyimpulkannya.
Toh ini hanya berdasar 3 jurnal
.

Selamat sore 

Thursday 31 October 2019

Sinau NVIVO

Berikut ini beberapa point materi belajar NVIVO di Perpustakaan FT UGM. Karena NVIVO dasar, maka masih banyak yang harus ditambahkan.

Catatan ini sebagai pedoman dalam mengantarkan materi. Pada materi NVIVO saya tidak bicara tentang penelitian kualitatifnya, paling sedikit saja yang saya masih ingat, namun lebih ke bagaimana mengelola data dan membuat grafik untuk dibaca.

****

Map:
Mindmap: untuk membuat peta riset

Concept maps
  1. Explore -> concept map
  2. Drag and drop, double klik di label atau konektor
  3. Klik align untuk merapikan
  4. Bisa juga dikaitkan dengan sources
  5. Untuk melihat map, ada di paling bawah urutan node, sources

Insert file
  1. File
  2. Video
  3. Mendeley, Zotero, dll
  4. Eksternal + membuat link ke file dan halaman berapa yang dikutip + menulis catatannya
  5. NCapture
  6. Mixed method dengan SPSS

Coding dan node:
  1. Coding 1/1
  2. Coding drag drop
  3. Add new node
  4. Auto code berdasar theme atau heading
Coding Video:
  1. Mengawali coding, dan mengakhiri waktu coding pada rekaman video

Membuat case
  1. Diawali dengan create > class classification 
  2. Memberi nama case classification + OK
  3. Buat case dari file yang diimport: blok file informan, klik kanan, create as Case.

Membuat atribut case
  1. Klik kanan di Case Classification yang sudah dibuat
  2. New atribut. Isi atributnya. Misal Usia, Gender + isi valuenya

Menambah Value ke case
  1. klik kanan Case Classification yang sudah dibuat
  2. Open Classification Sheet
  3. Isi valuenya

Membuat grafik dari nodes dan case (crosstab query)
  1. Klik crosstab query
  2. Drag node yang akan dianalisis
  3. Isi Clasifikasi dan atributnya
  4. Run Query
Word Frequency
  1. Klik kanan pada kata yang ingin dicari petanya
  2. klik Run text search query
  3. Klik word tree

Membandingkan Node, File, Case
  1. Klik Explore - Comparison Diagram

Matrix coding
  1. untuk membuat grafik berdasarkan node dan files, atau lainnya
Membuat relationship   di sociogram

Project map: akan membuat network dari case, node, dll., yang sudah dibuat.

Sunday 27 October 2019

, ,

Wajah Jurnal UGM di Scopus #1: Gama IJB

Catatan: analisis di bawah ini diperoleh dari dataset dari Scopus, tanpa proses pengurangan, pengeditan, pengecekan apapun. Sangat mungkin dataset memuat data yang dobel (misal: nama, institusi, dll.). 
Analisis ini merupakan analisis pribadi, sebagai bagian dari latihan menulis dan melakukan analisis bibliometrik. Ada beberapa visualisasi yang belum disertakan, dan analisis masih berpeluang untuk dilakukan lebih mendalam. Kami menerima koreksi dan atau pertanyaan terkait.

Gama IJB menempati ranking 11 di Sinta. Ranking ini tertinggi diantara jurnal lain yang diterbitkan UGM. Oleh karena itu, menarik untuk menganalisis Gama IJB.

Di Scimago, Gama IJB memiliki h-indeks 6. Sedangkan di Sinta, h-indeks Gama IJB mendapat skor tinggi: 28. Scimago mengelompokan scope Gama IJB menjadi 2: bussiness and international management, serta  economics and econometric. Keduanya memiliki kategori quartile 3 di tahun 2018.

Berikut ini merupakan analisis yang kami buat berdasarkan dataset  jurnal Gama IJB  yang terindeks Scopus. Dengan menggunakan strategi pencarian "Gadjah Mada International Journal of Business" sebagai Source Title, pada hari Sabtu sore, 26 Oktober 2019.

Hasil pencarian memperlihatkan ada 147 dokumen terindeks Scopus sejak 2010. Beberapa grafik berikut dapat memperlihatkan wajah Gama IJB di Scopus.



Pergerakan dokumen per tahun
Dokumen per tahun konsisten pada angka belasan. Maksimal 16 dokumen pada tahun 2011 dan 2015. Tahun 2019, sampai data ini diambil, ada pada angka 10 dokumen. Angka ini tentunya masih akan bertambah, bahkan meskipun sudah masuk di tahun 2020.

Jenis dokumen
Jenis dokumen yang terbit terbagi 3. Paling  banyak kategori artikel sebanyak 141 dokumen. Selain itu ada pula kategori editorial dan review.

5 penulis terproduktif
Hartono J (Akuntansi FEB UGM), merupakan penulis yang paling produktif menulis di Gama IJB, dengan jumlah 6 dokumen. Disusul oleh Ciptono (Manajemen FEB UGM), Purwanto (FEB UGM), Utama (FEB UGM), dan Abd. Majid (Unsyiah Aceh).



Negara asal penulis
Sebagai jurnal yang terbit di Indonesia, tidak mengherankan jika penulisnya banyak berasal dari Indonesia, khususnya dari UGM (lihat grafik berikutnya). Namun, Malaysia patut diperhatikan. Malaysia memiliki 44 dokumen yang terbit di Gama IJB. Lebih detail bisa dilihat di visualisasi VV pada bagian berikutnya.
Institusi asal penulis
Dari 5 institusi paling banyak kontribusi pada Gama IJB, ada data yang menarik. Ternyata 3 institusi asal penulis yang menempati top five ini justru berasal dari Malaysia. Tiga institusi tersebut yaitu: UKM, UUM, dan IIUM.


VISUALISASI VOSVIEWER

Penulis minimal 1 dokumen
Tampilan di atas memperlihatkan semua penulis, dengan minimal memiliki 1 dokumen di Gama IJB. Terlihat ada beberapa nama yang memiliki jejaring dengan penulis lainnya. Ada pula yang hanya menulis sendirian saja. Vosviewer mendeteksi ada 300 nama penulis.

Total penulis tersebut terbagi dalam 121 cluster penulis. 92 di antaranya merupakan cluster yang berjejaring. Artinya ada 92 kelompok penulis yang berpasangan (menulis bersama). Total dari 92 klaster tersebut adalah 271 penulis. Sisanya, sebanyak 29 penulis merupakan single author (penulis jomblo).
Penulis berjejaring
Gambar di atas menunjukkan salah satu cluster penulis yang berjejaring, dan dianggap dominan oleh vosviewer. Penulis di atas fokus (bisa dianggap pula sebagai yang paling berpengaruh) pada nama Hartono J, yang berjejaring dengan beberapa klaster kecil: Utomo dkk, Hanafi dkk, dan Amilia dkk. 

author 1 overlay

Jika semua penulis ditampilkan pada mode overlay, akan terlihat penulis baru yang muncul pada tahun terakhir. Misalnya Mahatma T, Muftiadi,  dan nama lain yang berwarna kuning.

Keyword all
Visual di atas memperlihatkan sebaran kata kunci yang ditentukan oleh penulis. Ada beberapa kluster kata kunci yang dominan, misalnya Indonesia. Hal ini berarti topik penelitian yang ada pada Gama IJB banyak dikaitkan dengan kasus di indonesia. Uniknya, ada juga nama negara Malaysia sebagai kata kunci dan memiliki beberapa tautan/hubungan dengan kata kunci lainnya. 

Kata kunci lain yang menjadi fokus klaster yaitu: corporate governance, customer satisfaction, enterpreneurial orientation.

Keyword Indonesia
Gambar di atas memperlihatkan jejaring kata kunci Indonesia. Terlihat pembahasan tentang Indonesia pada Gama IJB terkait dengan bussiness enterprises, abusive supervision, company performance, consumer motivation, local food, dan lainnya. 

Beberapa kata kunci yang belum terhubung dengan Indonesia, merupakan kata kunci yang masih berpeluang dilakukan riset.

keyword minimal 2

Jika keyword yang ditampilkan hanya yang minimal 2x digunakan, kita bisa melihat beberapa kata kunci yang muncul dan berjejaring. Malaysia dan Indonesia memiliki angka kemunculan yang sama: 9. Namun, visual di atas memperlihatkan Malaysia justru ada di tengah, dan Indonesia ada di pinggir.

Hal ini menunjukkan bahwa justru kajian dengan minimal 2 dokumen tentang Malaysia lebih dominan dalam jejaring antar keyword daripada kata kunci Indonesia. Kajian tentang Malaysia terkait dengan transparancy, smes, customer satisfaction, knowlege sharing, absortive capacity, job satisfaction, juga tentang organizational commitment.

overlay all keyword
Pada mode overlay, terlihat kata kunci yang memperlihatkan tren kajian di Gama IJB. Kata kunci warna kuning muncul pada kisaran tahun 2018. Sementara warna lainnya muncul sesuai dengan kode warna pada angka tahun di kanan bawah.
Negara jejaring
Visual di atas memperlihatkan nama negara asal penulis. Ada negara yang sendirian ada juga yang berjejaring. Dari visual di atas dapat kita lihat beberapa nama negara yang penulisnya mengisi Gama IJB. 

Nama negara yang sendirian (ada di luar titik sentral), mengindikasikan penulis dari negara tersebut tidak menulis bersama co-author dari negara lain, bahkan bisa juga malah hanya sendirian.

Sementara itu, pada titik tengah, terdapat beberapa nama negara yang berjejaring. Lebih detail, silakan lihat visual di bawah ini.
Negara berjejaring.

Selain dengan Malaysia dan Australia, penulis dari Indonesia juga berjejaring dengan penulis dari US, UK, Senegal, New Zaeland, Canada, Norway, dan China. 

Sementara itu, penulis dari Malaysia menulis bersama penulis dari Indonesia dan Australia, serta memiliki jejaring justru dengan Egyp, Saudi Arabia dan Tanzania. 

Ada negara yang bersama Indonesia namun tidak bersama Malaysia, ataupun sebaliknya. 

Dengan data di atas, dapat dijadikan gambaran, dengan negara mana saja penulis dari Indonesia bisa membuka peluang menulis bersama. 



Kesimpulan:
belum dibuat kesimpulan :)

Ngahad Kliwon 27 Sapar Wawu 1953 AJ.

Thursday 24 October 2019

,

Mengambil data dari Dimensions untuk Vos Viewer

pencarian
Untuk mengambil dataset dari Dimensions, pertama harus masuk ke laman https://app.dimensions.ai. Kemudian lakukan pencarian sesuai kebutuhan.

Perhatikan parameter pencarian, bisa full data, title dan abstract, atau melalui DOI.

hasil pencarian
Setelah pencarian dilakukan, akan muncul hasilnya. Hasil ini bisa difilter menggunakan panel sebelah kiri.

klik save/export
Jika dirasa sudah sesuai kebutuhan, klik SAVE/EXPORT - Export for bibliometric mapping. Sebelum klik save/export, silakan pastikan sudah login ke Dimensions. Proses export tidak bisa dilakukan jika belum memiliki akun dan login ke Dimensions.

klik go to export center
 Ikuti proses berikutnya sesuai gambar di atas.
unduh
Hasil export akan ada di akun, bagian export center. Kita bisa unduh atau biarkan tersimpan.

Hasilnya, tinggal dimasukkan ke VOSVIEWER.

Selesai

Mengambil data dari Scopus untuk Vos Viewer


hasil pencarian
Lakukan pencarian di Scopus. Jika ingin memvisualkan topik, maka lakukan pencarian berdasar kata kunci. Jika ingin memetakan negara atau institusi, maka sesuaikan cara anda mencari.

Nah! Jika hasilnya lebih dari 2000, saring menjadi maksimal 2000. Sisanya diunduh kemudian. Jangan khawatir, di VV bisa melakukan visualisasi sekaligus dari beberapa file.

Pada hasil pencarian, contreng box di samping ALL, kemudian  klik EXPORT.


menu unduh dataset

Pada menu di atas, pilih data yang kita perlukan. Yang saya pilih di atas merupakan pilihan minimal jika kita ingin fungsikan semua fitur di VosViewer.

Untuk jenis eksport, bisa CSV atau RIS.

Klik EXPORT.



Selesai

Wednesday 23 October 2019

Wajah publikasi warga UGM pada database Scopus yang terbit sejak 1954-2019

Selama perjalanan menuju tempat buruh, Paijo melamun. Ada yang hendak dilakukannya sesampainya di tempat dia kerja. Dia ingin tunaikan niatnya yang sudah lama tersimpan dalam dada. #halah. Beberapa kali dia mengunduh dataset publikasi universitasnya, tapi tak sempat diolah. "Pagi ini harus. Dan langsung posting di blog", begitu janjinya. Paijo melakukannya, sebagai cara untuk berlatih menulis dan membaca  visualisasi dari VosViewer. :)
****

UGM, sebagai universitas tua, tentu saja banyak menghasilkan karya. Riset dan publikasi, misalnya. Dengan 18 fakultas, dan 2 sekolah, serta sekian banyak pusat studi yang diisi orang yang winasis  di bidangnya masing-masing, serta diperkuat dengan kolaborasi antar mereka, tentu banyak sekali riset dan publikasinya.

Lalu, bagaimana wajah publikasi para civitas UGM?. Itulah pertanyaan yang ada dalam bathin Paijo. Dalam dunia ilmiah, mungkin biasa disebut pertanyaan penelitian. Tapi karena ini posting di blog, anggap saja itu sebagai pertanyaan iseng untuk mengantarkan tulisan ini.

***

Menggunakan mode pencarian institusi "Universitas Gadjah Mada" pada database Scopus, ditemukan total 9041 dokumen, dengan 6092 penulis. Dokumen tersebut terbit sejak 1954 hingga data diambil, Rabu pagi 23 Oktober 2019.

Dokumen tertua berjudul Dissociation with double interference, yang terbit di American Heart Journal Volume 48, Issue 3, September 1954, Pages 475-48. Artikel ini ditulis oleh P.J.Zuidema M.D. yang saat itu memiliki afiliasi ke Gadjah Mada dengan ID Scopus 24733341300. Tertulis pada footnote halaman pertama From the Gadjah Mada University at Jogjakarta, Indonesia; Received for publication Jan 30 1954.

Pada laman URL jurnal, artikel tersebut memiliki status Received 30 January 1954, dan Available online 13 April 2004, dengan kode DOI: https://doi.org/10.1016/0002-8703(54)90037-X.

***

Berikut ini gambaran singkat publikasi yang diterbitkan oleh penulis dengan afiliasi UGM, yang terindeks Scopus. Data diambil dan diolah tanggal 23 Oktober 2019.

Pergerakan jumlah dokumen per tahun

Dari 2015 hinggal 2018, jumlah dokumen publikasi terus mengalami peningkatan. Peningkatan paling signifikan terjadi di tahun 2018 dengan total 1961 dokumen. Meningkat 584 dokumen atau 42% dari tahun sebelumnya.

Tahun 2018 kemungkinan banyak kegiatan ilmiah di UGM yang dokumen publikasinya terindeks Scopus.

Bagaimana dengan 2019?
Tahun 2019 belum berakhir, maka dokumen tahun 2019 masih terus terindeks, bahkan meskipun sudah masuk 2020. Masih ada waktu penambahan. Kita bisa lihat posisi 2019 mulai stabil pada pertengahan 2020.

Total open access berbanding non-open access


Dari total dokumen, 37% merupakan dokumen open access sementara 63% bukan open access. Dari data ini terlihat bahwa dokumen publikasi warga UGM hanya ada 37% yang bebas diakses oleh ummat manusia. Sementara 63% lainnya kemungkinan harus membayar jika ingin mengaksesnya.

Paijo: "Sayang sekali, ya."

Tapi jangan khawatir, jika dilihat per tahun ada perubahan yang menggembirakan.

perbandingan jenis open access dan non open access per tahun
Misalnya tahun 2018, dokumen jenis open access berjumlah 1016, sedangkan non open access hanya 945. Tahun 2018 ada pertukaran posisi jenis open access dan non open access, dibanding tahun sebelumnya. Tahun 2017  open access sejumlah 535, lebih sedikit dari non open access 842 dokumen. Serta 2016 yang menyumbang open access 405, kalah jumlah dibanding non open access pada tahun yang sama sebanyak 744.

Kenaikan presentase open access di tahun 2018, agaknya juga diikuti di tahun 2019 (terhitung sampai data ini diolah), yaitu: 708 dokumen berjenis open access, serta 592 non open access.

***

Jumlah Jurnal dan Prosiding per tahun
Nah, bagaimana dengan jenis dokumennya?
Grafik di atas memperlihatkan bahwa berdasar filter source type di Scopus, jumlah dokumen yang terbit di jurnal konsisten tiap tahun selalu lebih tinggi dari prosiding.





Berdasar subject area
Pada pengategorian bidang, bidang engineering menempati posisi paling atas dengan 2180 dokumen. Disusul bidang medicine, agricultural and biological sciences, serta computer science.

Jurnal tempat publikasi
Terkait wadah publikasi, AIP Conference (American Institute of Physics) menjadi tempat favorit dengan 569 dokumen. Posisi 2 dan 3 masih ditempati oleh wadah publikasi konferensi, yaitu IOP bidang earth and environmental, serta bidang material science.

Meskipun demikian, berdasar data source type di Scopus, publikasi jenis jurnal tetap menempati posisi paling tinggi dengan 6150 dokumen. Sementara conference prosiding hanya 2834 dokumen. Ini berarti warga UGM dominan publikasi di jurnal di banding prosiding.

Berdasar penulis
Meskipun subyek paling tinggi ditempati bidang engineering, tetapi penulis yang memiliki dokumen paling banyak justru dari bidang kesehatan, yaitu Abdul Rohman dengan 175 dokumen.

Namun demikian, dari data di atas terlihat bahwa dari sebaran 5 besar penulis terproduktif, 3 di antaranya ditempati penulis dari bidang engineering.  Tiga nama tersebut yaitu: Hanung AN, Lukito Edi N, dan Teguh Bharata Aji. Jika dilihat pada 10 terproduktif (grafik tidak ditampilkan), 7 atau 70% di antaranya berasal dari engineering. 

Maka, meski top author tidak jadi engineering, namun kemungkinan sebaran produktifitas di bidang engineering justru lebih merata dibanding  klaster kesehatan.  Dugaan ini perlu dicek detailnya.


Negara jejaring dalam menulis
Karena UGM merupakan universitas di Indonesia, maka wajar jika jejaring penulis paling banyak adalah antar penulis di Indonesia. Sementara itu, untuk data antar negara, Jepang menempati peringkat tertinggi dengan 960 dokumen, disusul Australia, Netherland, dan Malaysia.

Paijo: "Ini berarti meskipun Jepang itu mantan penjajah, sekarang sudah damai dan saling kerjasama, ya?
Karyo: "Iya, Jo. Bagus itu".

Institusi jejaring penulis UGM

Kyusu University, merupakan lembaga luar negeri yang paling banyak melakukan riset bersama penulis di UGM dengan 135 dokumen, disusul oleh University of Melbourne dengan 96 dokumen. Sementara itu, dari dalam negeri ada UNS dengan 239 dokumen, disusul UNDIP, UII, dan UI. 

Dari grafik di atas, agaknya antara UGM-UNS-UNDIP-UII, dan UI memiliki kedekatan dalam publikasi. Kenapa ITB dan ITS tidak masuk 5 besar jejaring?

Paijo: "Sepertinya perlu menganalisis ITB dan ITS"
Karyo: "Benar, Jo. Jadi nanti bisa dibandingkan".

Visualisasi dengan VOSVIEWER
Sementara itu, berikut tampilan visualisasi menggunakan VosVieser dari dokumen publikasi UGM semenjak awal hinggal 2019 per 23 Oktober 2019 yang terindeks Scopus.

Author keyword min 14
Visualisasi di atas berdasar kata kunci dari pengarang, dengan minimal kata kunci muncul 14 kali dalam dokumen berbeda.

Kata kunci Indonesia menempati posisi paling tinggi. Ini berarti penelitian yang dilakukan lebih banyak membahas topik yang dikaitkan dengan Indonesia. Sementara itu, bidang yang terkait terbagi menjadi beberapa klaster.

Indonesia, yang berwarna ungu menjadi satu klaster dengan remote sensing, climate change, conservation, java, dan diversity.

Klaster lainnya machine learning yang dikaitkan dengan beberapa kata kunci. Klaster yang terpusat pada kata kunci chitosan; terpusat pada ftir spectroscopy, terpusat pada antioxidant, juga terpusat pada tuberculosis.

Dari klaster yang muncul di atas, terlihat beberapa bidang yang dominan pada dokumen publikasi civitas UGM. Selain itu, kata kunci yang tidak berhubungan dengan kata kunci yang lain, berarti memiliki peluang untuk dijadikan topik penelitian.

Author keyword min 14
Pada mode overlay, beberapa topik yang muncul minimal 14x, maksimal muncul sampai tahun 2017. Sementara 2018 belum terlihat ada topik yang muncul minimal 14x.

Namun demikian, dari visual di atas, kita bisa lihat beberapa topik terkini yang dibahas (ditunjukkan dengan warna kuning). Misalnya: machine learning, climate change, feature extraction, antibacterial, data mining, genetical algoritm, dan lainnya.

Paijo: "Dominannya topik yang dikaitkan dengan Indonesia ini tentunya sangat menggembirakan. Semoga juga dibarengi dengan terus meningkatnya jenis open access. Sehingga publikasinya bisa lebih banyak dimanfaatkan."

Author minimal 20
Dengan setelan minimal memiliki 20 dokumen (nama muncul 20x), hasilnya adalah visualisasi di atas.

Klaster yang terkumpul di tengah, merupakan kelompok penulis yang memiliki kedekatan kerjasama, dan saling terhubung dengan klaster lainnya yang berbeda warna melalui (minimal) satu penulis dari klaster tersebut.

Klaster kuning diisi penulis dari bidang engineering, khususnya Teknik Elektro dan TI. Selain itu, ada pula klaster yang juga diisi penulis dari engineering. Misalnya Sopha BM dari Teknik Industri, Sulistyo H dari Teknik Kimia, Sulistyo S dari DTETI. Dari fakultas lain, terlihat ada dari MIPA, Geografi, FKKMK, Farmasi.

Jika klaster di atas saling dihubungkan, berarti ada proses riset yang melibatkan antar fakultas. Misalnya peternakan dengan teknik, mipa dengan farmasi, geografi dengan teknik, teknik sipil dengan teknik geologi, teknik dengan farmasi.

Terlihat pula, penulis yang namanya terpisah dari kumpulan tengah. Ini berarti penulis tersebut menulis (sendiri atau dengan penulis lain) dengan minimal 20 dokumen, namun tidak ada jejaring (penulis) yang menghubungkan dengan kelompok penulis yang memiliki minimal 20 dokumen yang terkumpul di tengah.

Untuk jejaring penulis dari klaster lain yang tidak tervisualkan, kemungkinan ada, namun jumlahnya kurang dari 20 dokumen.

Dari visual di atas, kita bisa melihat klaster dan (kelompok) penulis yang dominan serta jejaringanya.
Negara minimal 5

Visual di atas menunjukkan jejaring negara asal penulis. Civitas UGM, seperti pada grafik sebelumnya, paling banyak menulis bersama penulis dari Jepang. 

Terlihat pada warna hijau, jejaring dengan Jepang bersamaan dengan penulis di Malaysia, Cambodia, Laos, Myanmar, Korea Selatan, Vietnam dan Serbia. Sementara itu, pada klaster warna merah, kelompok penulis jejaring dengan India, Belgia, Sudan, Congo dan beberapa negara lainnya.

Ada pula klaster kuning dan biru. Total jika diklasterkan, ada 5 kelompok besar jejaring penulis civitas UGM. 

Overlay negara minimal 5

Jika dilihat visualisasi mode overlay,  terlihat tren jejaring negara dengan minimal 5 dokumen mulai tahun 2011 sampai 2015. Congo, Mexico, Columbia, Laos, Cambodia, Norwegia, Finlandia, merupakan beberapa negara yang pada tahun 2015 muncul sebagai jejaring yang memiliki dokumen minimal 5. 

Hal ini berarti proses menulis/riset civitas UGM dilakukan dengan berbagai negara di berbagai belahan dunia, meskipun angkanya belum seimbang.

Catatan:
Kemungkinan anda bertanya-tanya, "kenapa minimal 14 dokumen, kenapa minimal 5 dokumen". Seting itu saya lakukan suka-suka saja, agar muncul visualisasi yang enak di baca. Sebenarnya, jika angka tersebut diganti, bisa memunculkan analisis yang melengkapi.

Ada visualisasi yang belum dilakukan. Misalnya untuk memvisualkan dokumen yang mengutip dokumen lain. Visualisasi ini bisa menunjukkan indikasi self citation. Sehingga bisa dilihat tulisan apa yang mengutip tulisannya sendiri.

Atau juga visualisasi referensi paling populer. 

Kesimpulan:
Belum dibuat kesimpulan. :)


****
Rêbo Lêgi 23 Sapar Wawu 1953 AJ.