Wednesday 29 July 2015

,

Seting sinkronisasi di Mendeley

Ternyata, ternyata nih.. ada setingan sinkronisasi di Mendeley. Coba lihat gambar di samping. Pada mendeley ternyata dimungkinkan menentukan opsi sinkronisasi (akan mensinkronkan file yang dilampirkan atau tidak), serta memilih yang akan disinkronkan. Ada dua pilihan, semua koleksi (for my entire library), atau untuk forder terpilih (for selected folders).

Jika memilih yang kedua, maka sebelumnya koleksi harus kita pilah dalam folder, dan kita tentukan folder yang akan disingkronkan dengan mendeley web. Jika ada artikel yang kita tidak ingin disingkronkan dengan mendeley web, maka jangan dipilih kumpulan foldernya atau jangan dimasukkan dalam folder yang akan disinkronkan. Konsekuensi pilihan kedua adalah jaga baik-baik koleksi anda, karena jika hilang maka tidak ada cadangannya.

Sunday 26 July 2015

,

Mandiri dan belajar seumur hidup : ruh pengembangan diri pustakawan

Saya ingat ada dosen ilmu perpsutakaan selalu menyebut profesi dokter yang kuat jejaringnya, dihargai dan bermartabat (setidaknya sepengetahuan saya). Beliaupun menyampaikan bahwa pustakawan harusnya juga seperti ini. Para pustakawan juga demikian, meminta profesinya disejajarkan dengan dosen. "saya/kita ini fungsional, sama dengan dosen", begitu kira-kira.

Seorang kawan yang berprofesi sebagai dosen menjawab "mendidik mahasiswa yang belajar pada jurusan yang tidak diinginkan", ketika saya tanya "apa tugas dosen yang paling sulit/berat?". Pertanyaan ini sebenarnya ingin saya alihkan dengan pertanyaan "apa tugas pustakawan yang paling berat?".

Dosen selalu memperbaharui ide, pengetahuannya tentang (minimal) ilmu yang dia geluti melalui berbagai kegiatan, baik itu riset, membaca, pertemuan ilmiah, menulis dan lain sebagainya. Lalu apa yang jamak dilakukan pustakawan untuk mengembangkan pengetahuannya? apakah juga melakukan riset, menulis, membaca dan semacamnya? Atau justru pasrah pada keadaan dan cenderung mencari aman, dengan "cukup ada di kantor (perpustakaan)"?

Ketika kuliah, terus terang saya tidak begitu paham dengan istilah "mandiri" dan "belajar sepanjang hayat" yang sering disampaikan para dosen. Namun lambat-laun sekarang saya memahaminya. Tuntutan untuk sejajar dengan profesi lain, dihargai secara sosial dan finansial tidak ada artinya tanpa mensejajarkan peran dengan profesi lain.

Ketika kita masih berkutat dengan kegiatan meminjam dan mengembalikan buku, sepanjang itu pula orang lain akan memandang perpustakaan dan tugas pustakawan hanya meminjam dan mengembalikan buku. Sepanjang waktu itu pula, pustakawan akan diremehkan pekerjaannya.

Kemandirian pustakawan untuk melihat hal baru, kemudian mempelajarinya; melihat kebutuhan pemustaka, kemudian mencari peran untuk memenuhi kebutuhan tersebut, menjadi hal mutlak. Tidak hanya menunggu perintah dan mengharap bantuan orang lain.

Seorang kawan, Murad Maulana pernah menyatakan bahwa kegiatan di perpustakaan jika mau dikembangkan sangat menarik. Misalnya pengalaman mencarikan informasi penting bagi pemustaka, jika ditulis dalam blog akan membawa manfaat berantai pada pencari informasi serupa. Jika pengalaman teknis/non teknis tersebut dibukukan, dapat dijual. Efek lain dapat diminta menjadi pembicara pada event terkait.

Mulai sekarang, para pustakawan.. mandiri-lah dan belajarlah seumur hidupmu.
, ,

Mengoptimalkan SCOPUS dan Jurnal Citation Report untuk penelitian

Tentunya kita sering mendengar orang menyebut SCOPUS dan Jurnal Citation Report (JCR). Secara umum orang menganggap, jika ada artikel masuk di index SCOPUS maka  dianggap berkualitas. DIKTI sendiri dalam laman http://pak.dikti.go.id/portal/?p=41 menyebutkan bahwa untuk memeriksa PAK dosen terkait artikel jurnal, maka jujugan pertamanya adalah SCOPUS an JCRnya Thomson ISI Knowledge.

Nah, apakah fungsinya hanya itu? di SCOPUS sekedar mencari jurnal apa yang diindex dan di JCR hanya mencari jurnal apa yang IFnya paling tinggi?. Tentu saja tidak. Bagi peneliti dapat mengoptimalkan keduanya untuk kepentingan riset, mencari artikel yang banyak dikutip pada bahasan tertentu, sehingga mudah menemukan tulisan yang berpengaruh pada banyak tulisan lain.

Begini.
view ref aktif
Berangkat dari laman web DIKTI di atas, maka kita bisa menganggap bahwa artikel di SCOPUS dan jurnal yang terhitung IFnya JCR adalah berkualitas, maka kita bisa memulai mencari tema riset dari keduanya, menemukan artikel referensi dari kedua sumber tersebut.
  1. Tentukan kata kunci terkait penelitian yang ingin anda lakukan, kemudian cari di SCOPUS
  2. Setelah menemukan artikel yang anda butuhkan, anda dapat membaca dan menelusur daftar pustaka artikel tersebut. Tentunya SCOPUS telah mampu mengantarkan anda pada alamat url dari daftar pustaka yang tertulis.
  3. Pengarang artikel yang anda inginkan, dapat anda analisis produktifitasnya melalui h-index di SCOPUS
  4. Andapun dapat menemukan alamat asli referensi tersebut dengan mudah. Termasuk menemukan frekuensi sitir pada tiap referensi. Semakin banyak dikutip, maka semakin banyak artikel tersebut berpengaruh pada tulisan lain. Temukan artikel tersebut pada database yang dilanggan oleh kampus anda.
  5. Jika tidak menemukan artikel yang dimaksud, kontak pustakawan.
view ref non aktif
Menemukan referensi sekaligus frekuensi referensi hanya dapat dilihat jika memiliki akses langganan ke SCOPUS, jika tidak maka tentu saja tidak dapat melihat secara lengkap referensi+frekuensi kutipannya. 




referensi dan frekuensi dikutip
Pada JCR, kita dapat mengetahui jurnal apa, pada bidang apa yang memiliki IF tertinggi. Jika jurnya memiliki IF tinggi, maka jurnal tersebut berpengaruh pada jurnal/tulisan lain. Singkatnya artikel pada jurnal tersebut banyak dikutip. 

Wednesday 15 July 2015

Summon 2.0 : apa saja perubahannya?

summon 2.0
Summon merupakan aplikasi yang menyatukan berbagai sumber daya informasi yang dimiliki dalam satu antar muka. Terutama jurnal/database yang dilanggan sebuah institusi +  koleksi tercetak pada katalog perpustakaan. Kurang lebihnya seperti itu. :)

Pagi ini (16/7) saya membuka tampilan Summon UGM, dan ternyata  ada perubahan. Summon menyebutnya Summon 2.0. Beberapa waktu lalu saya mendapat kesempatan mengikuti paparan dari tim Summon tentang Summon 2.0 ini. Lihat gambar di samping.

Pada bagian tengah muncul Database Recommendations. Contoh pada gambar adalah rekomendasi ke SCOPUS dengan kata kunci Geology. Ketika saya ganti dengan Library ternyata secara dinamis berubah rekomendasinya ke Library, Information Science & Technology Abstracts (LISTA). Menarik.  Kemudian pada bagian kanan terdapat arti istilah yang sedang dicari. Definisi diambilkan dari Wikipedia. Lumayan untuk menambah pengetahuan kita tentang definisi kata kunci yang sedang di cari. Ups, tapi jangan dikutip yak, usakahan cari sumber aslinya.
Di bawah definisi, Summon menampilkan Related Topics. Tentunya ini membantu pengguna Summon ketika melakukan pencarian, jika topik yang berhubungan memang sesuai maka tinggal klik saja.

Tombol RSS terpampang jelas di bagian atas, namun sayangnya ketika saya klik muncul komentar Not Authorized. Belum pasti apa masalahnya. 

email yang dikirim via summon
Di samping RSS terdapat  Add results beyond your library's collection jika dicontreng, maka Summon akan menampilkan hasil pencarian dari database yang ada di luar perpustakaan. Fungsinya apa? agar pengguna mengetahui koleksi apa yang terkait dengan subyek yang dicari, meskipun tidak dimiliki perpustakaan. Hal ini memfasiliasi pengguna untuk melakukan rekuest bantuan (untuk dicarikan atau dibelikan) ke pustakawan. 

Fitur lainnya adalah ketika kita  mengarahkan kursor ke salah satu hasil pencarian, maka Summon akan menampilkan 3 fitur di sebelah kanan terkait dengan hasil pencarian yang disorot. Fitur tersebut adalah: Read Online untuk membaca ke sumber asli (mengunduh), Cite untuk mendapatkan gaya daftar pustaka yang diinginkan, dan Email untuk mengirimkan rekomendasi kepada orang lain. 

Terakhir, tentunya Summon 2.0 telah lebih ramah dengan perangkat bergerak. Saya belum eksplorasi fitur widget di 2.0 ini, apakah masih sama dengan versi sebelumnya atau ada perubahan.
Bagi warga UGM silakan akses pencarian via Summon ini di sini.

Bocoran SLiMS8 lagi. Kali ini bagian OPACnya, joss bro !!

opac slims 8
Bocoran SLiMS8 kembali muncul ke permukaan, kali ini bocoran tersebut mengalir dari status FB dedengkot SliMS, cek di sini. Dari komentar pada gambar, tampilan di samping adalah OPAC SLiMS8. Gamblang ceto welo-welo ketoro moto.
Desainnya beda banget bro dengan OPAC lama. Sayangnya ndak ada penampakan hasil pencarian. Terlihat pula ada semacam bayangan pada latar OPAC tersebut. Belum jelas, adakah tambahan fitur pada OPAC yang baru nanti.

Terlihat di bawah kotak pencarian ada sebaris teks, kemudian di kanan atas ada 2 titik yang disinyalir memiliki fungsi tertentu.

Secara umum, OPAC pertama SLiMS banyak disukai karena langsung memperlihatkan hasil pencarian yang berjejer tanpa scroll/menggulung namun desain dirasa kaku, OPAC kedua diperlukan sedikut gulungan untuk layar dengan resolusi rendah namun tampilan OPAC ciamik.. Nah pada Akasia ini apakah akan menutup kelemahan pertama dan kedua dengan desain yang tetap ciamik. Kita lihat nanti bro.. Datang di Commeet2015 yak, di malang jawa timur. Informasi lengkap  klik di sini.

Note: tampilan ini tidak didapatkan dari instalasi SLiMSAkasia yang ada di github. Nah, trus di mana kodenya bro? Jian rapet tenan SDC untuk Akasia ini.

Tuesday 14 July 2015

Foto Dr. Muhammad Isa Waley : saya lihat tahun 2003-an dan saya ingat sampai sekarang

foto karya peter sanders, sumber 
http://www.artofintegration.co.uk/
Purwo.co -- Tahun 2003-an saya pernah melihat foto karya Peter Sanders yang dipamerkan di Masjid Kampus UGM. Foto itu bercerita tentang seorang pustakawan di British Library bergelar doktor sedang diskusi dengan pengunjung.
Saya cari di internet ndak nemu, namun saya nemu ini. Mirip.

Foto tersebutlah selalu saya ingat dan meneguhkan saya, bahwa perpustakaan itu bukan sekedar tempat meminjam dan mengembalikan buku.

Kabarnya di jaman dulu kala, perpustakaan merupakan pusat. Di dalamnya ada pendidikan, penerjemahan dan kegiatan ilmiah lainnya. Pustakawan bekerja layaknya ilmuwan yang menguasai berbagai bidang ilmu. Pada gambar di atas tertulis "a specialist in Islamic manuscripts". Saya menerka jika kita berkunjung ke British Library dan membutuhkan informasi tentang Islamic manuscrips, maka kita bisa datang ke Dr. Isa tersebut, dan berdiskusi tentang manuskrip Islam bukan sekedar di mana letaknya bukunya namun juga apa isinya.

Saya tidak tahu apakah jejang pendidikan beliau pernah di bidang perpustakaan sehingga dipekerjakan di BL, atau beliau di BL karena keahlian dalam hal manuskrip Islam saja. Yang pasti, mestinya kehadiran ahli yang menguasai substansi konten perpustakaan, dibutuhkan untuk meningkatkan posisi tawar perpustakaan.

Isa Waley ini bergelar doktor, nah mestinya di Indonesia para pustakawan yang bergelar doktor juga melakukan hal serupa. Dengan terjunnya pustakawan bergelar doktor dalam layanan perpustakaan, maka dia akan berkontribusi dalam membuat citra pustakawan semakin bagus. 

Apa layanan yang bisa diberikan oleh pustakwan bergelar doktor? hanya mereka sendirilah yang paling tahu.

Pustakawan bergelar doktor tidak boleh hanya menulis atau meneliti saja. Jika mereka memang pustakawan, ya harus melakukan pelayanan. Pustakawan yang hanya meneliti, menulis, ikut konferensi, tanpa melakukan pelayanan ibarat orang yang mengaku petani, tapi tidak bisa macul.

Sunday 12 July 2015

,

Mencari tema untuk kegiatan kreatif di perpustakaan

Adalah Hazman, teman saya berkebangsaan Singapura yang mengundang saya masuk di grup Doctorate Support Group. Awalnya saya tidak tahu apa fungsi grup ini. Lambat laun, saya respek dengan grup ini. Diskusi di dalamnya hidup dengan bahasan tentang pendidikan doktoral dan segala yang berkaitan.  Tentang beasiswa, SPSS, mencari ide, manajemen dokuemen, topik penelitian dan juga kalimat-kalimat penyemangat dari tokoh DSG, Dr. Othman Thalib (OT). Member dari DSG ini juga sesekali mengadakan pertemuan untuk membahas topik tertentu. DSG juga mengadakaan webinar. Temanya tidak harus berat-berat. Simple, misalnya bagaimana menggunakan Ms Word untuk menulis thesis yang rapi. Klik https://www.youtube.com/watch?v=NYulUWIDqLQ



Dari grup ini saya memperolah tautan ke url http://dsgportal.org/site/ dan http://www.postgraduateworkshop.com/. Pada web kedua, saya menemukan berbagai tema yang diselenggarakan untuk mendukung percepatan pendidikan. Tema ini yang bagi saya sangat bermanfaat sebagai pemantik ide kegiatan kreatif di perpustakaan yang saya kelola. Beberapa training pada web tersebut telah pula dilakukan di perpustakaan FT UGM, namun banyak yang belum. Tidak harus ditiru semuanya, namun harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kesiapan. Beberapa tema pada web tersebut yang dapat dikembangkan adalah:

  1. Bengkel Penulisan Jurnal Berkesan dan Penerbitan
  2. Doing A Critical Literature Review: Tips To Constructing A Quality Thesis
  3. Writing Research Proposal
  4. Research Tools: Supporting Research and Publication (klik)
  5. One Day Workshop on Analysing Literature using Socratic Questioning Method
  6. Writing Thesis and Journal Paper with Ease Using LaTeX
  7. One Day Workshop on Literature Review using ATLAS.ti
  8. Research Methodology
  9. Workshop on Qualitative Data Analysis with ATLAS.ti
Tema di atas melengkapi tema yang telah diselenggarakan perpustakaan yaitu: Plagiat dan cara menghindarinya, menembus reviewer jurnal internasional,  metode kualitatif untuk bidang teknik, LyX, manajemen dokumen ilmiah, presentasi menggunakan Prezi, mindmapping menggunakan XMind, serta (dalam rencana) berbagai kesalahan teknis dalam menulis ilmiah.

Baca juga:
Menjadi pustakawan, jangan terlalu spaneng. Sayang, jika hidup sekali dijadikan spaneng. Bergembira, jadi hal utama. 

                  Friday 10 July 2015

                  Alat untuk menjilid : contoh untuk keperluan di perpustakaan

                  bor listrik
                   Bor listrik digunakan untuk melobangi buku yang akan dijilid. Lobang digunakan untuk kaitan tali guna memperkuat buku yang rusak.

                  Kertas karton
                   Kertas karton ini digunakan untuk sampul buku yang rusak.

                  Pemotong kertas kecil + plong ID
                   Pemotong kertas kecil untuk merapikanjilidan agar lebih enak dilihat. Plong ID digunakan untuk memotong bahan kartu anggota perpustakaan.

                  Pemotong kertas besar
                  Sama fungsinya seperti pemotong kertas kecil, namun digunakan untuk buku tebal. 

                  Sunday 5 July 2015

                  , , , ,

                  SLiMS 8 Akasia : baru kali ini SDC nganeh-anehi.

                  Sekian lama Akasia digodog, jika dilihat di dunia maya sedikit sekali gambar yang mengindikasikan perubahan Akasia. Di github SLiMS sendiri yang tersedia adalah Akasia dengan update akhir 2014 yang lalu. Padahal SDD terakhir yang menggarap Akasia dilaksanakan tahun 2015. Hmmm, strategi apa yang dilancarkan SDC dalam menggodok Akasia yak?

                  Setelah pada Commeet 2014 komunitas dibuat gempar dengan SLiMS Desktop, SMS Gateway, inovasi SLiMS di Unsyiah dan prototype Tesaurus di SLiMS, maka mari kita coba telisik perkembangannya.

                  Ada beberapa kunci yang bisa ditelusur untuk melihat perkembangan Akasia ini, seperti yang terpampang pada beberapa gambar di bawah ini.
                  https://twitter.com/slimsjakarta/status/576271680571506688/photo/1
                  Dari kicauan SLiMS Jakarta tersebut terlihat ada kunci RDA Content Type. Wah, SLiMS telah memasukkan standard RDA dalam metadatanya? Menarik, para ideolog SLiMS di SDC telah berfikir jauh ke depan. Ingat COMMEET 2014? saat itu mas Arie Nugraha (Programmer SLiMS) presentasi tentang RDA, dan bagaimana RDA di SLiMS. Ternyata konsep itu akhirnya masuk di Akasia.

                  Pada gambar di atas juga ada foto berbingkai lingkaran, dan di bawahnya ada tulisan Administrator. Kemungkinan ini adalah foto pustakawan sebagai user SLiMS. Pada versi sebelumnya foto pustakawan hanya muncul di OPAC.

                  Clue berikutnya dapat dilihat dari status FB dedengkot SLiMS, seperti pada gambar di bawah ini:
                  https://www.facebook.com/photo.php?fbid=689767664466184
                  Status ini meneguhkan bahwa RDA memang tersemat di SLiMS. Tambahan lagi tentang perubahan OPAC dan Admin. Coba lihat gambar pertama, ada perubahan signifikan, pada versi sebelumnya modul ada di atas atau bawah, sekarang di Akasia diletakkan di sisi kiri.

                  Kontrobusi komunitas ternyata turut dimasukkan. Tesaurus bikinannya mas Ido dan Danang masuk dalam rilis ini. Ini menandakan bahwa SDC begitu peduli dengan karya komunitas. Plus ada Integrated Online Help dengan Markdown. Sayangnya di dunia maya tidak dapat ditemukan tangkapan layar kedua fitur ini. Jian, rapet tenan ki SDC.

                  Integrated Online Help? apaan yak? kalau di terjemahkan "bantuan online terintegrasi". Coba teman-teman terka deh, gabungin dengan kata kunci Markdown. Cek di web ini http://markdowntutorial.com/. Nah ada gambaran ndak tentang Online Help + Markdown? Sebelumnya ada Online Help SLiMS yang beralamat di http://slims.web.id/help. Nah, dengan tambahan integrated, pertanyaannya adalah terintegrasi dengan apa? Wah, SDC ada-ada saja idenya.

                  Nah, tanggal rilisnya belum pasti bro. Namun ada kepastian yang 90% bahwa November tahun ini akan ada event Commeet2015 @Malang. Agaknya ada sesuatu yang akan terjadi selama Commeet tahun ini. Monggo dipenggalih.

                  Thursday 2 July 2015

                  , , , ,

                  Ketertarikan pada bidang ilmu dan pustakawan terbang : menentukan jumlah dan penempatan pustakawan

                  perhitungan kebutuhan staf
                  Ditempatkan di perpustakaan bagus, teknologinya modern, gedungnya megah, pekerjaannya mudah, gajinya tinggi, insentif lancar.. Pastinya banyak pustakawan yang menginginkan hal ini. Pertimbangan ini secara umum adalah pertimbangan dari si pustakawan itu sendiri.

                  Namun pertimbangan lain yang lebih penting adalah dari sisi manajemen. Pertimbangan tersebut adalah: kebutuhan serta jenjang jabatan pustakawan yang disesuaikan dengan kebutuhan jumlah pustakawan. Selain itu, hobby dan ketertarikan bidang ilmu juga memiliki peran penting dalam penempatan pustakawan. Pertimbangan-pertimbangan ini berlaku pada keadaan staf telah tersedia, dalam rangka menempatkan staf. Bukan tentang rekruitmen.

                  Kebutuhan disesuaikan dengan pekerjaan yang dilakukan berbanding jumlah staf, apakah masih dibutuhkan (ditambah/dikurangi) dan berapa jumlah idealnya. Jenjang jabatan disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang ada; jenjang pustakawan apa yang dibutuhkan pada bagian tersebut+kompetensi. Jenjang jabatan pustakawan dan jumlah pustakawan yang ideal harus klop.

                  Hobby dan ketertarikan bidang ilmu pustakawan yang dipertemukan dengan lingkungan perpustakaan yang sesuai dengan bidang ilmu tersebut, menurut saya akan berimbas positif terhadap perkembangan perpustakaan. Pustakawan yang memiliki ketertarikan ilmu bidang filsafat, tempatkan di perpustakaan filsafat. Pustakawan yang memiliki ketertarikan pada bidang sastra, tempatkan di bidang sastra. Dan seterusnya. Dengan demikian, maka pustakawan juga akan bergelut dengan konten tidak hanya dengan fisik koleksi.

                  Setelah jumlah pustakawan, jenjang pustakawan dan ketertarikan pada bidang ilmu terpenuhi, yang perlu diperhatikan berikutnya adalah pustakawan terbang. Istilah ini saya ambil dari istilah "kelas terbang" di masa saya SMA. Kelas terbang merupakan kelas yang anggota kelasnya berpindah-pindah karena tidak memiliki ruang kelas. Misal karena keterbatasan ruang maka kelas 1A dalam seminggu menempati ruang-ruang kosong yang tersedia secara bergantian. Ketika analogi ini saya gunakan untuk istilah pustakawan terbang, yang saya maksudkan adalah pustakawan yang dia mobile, dari satu ruang ke ruang lain untuk menggantikan atau membantu pustakawan, menemui dan berdiskusi dengan mahasiswa-dosen dan berbagai pihal lain, mengunjungi perpustakaan unit, membantu perpustakaan unit, menjangkau pemustaka di perpustakaan unit, sembari melakukan RnD perpustakaan. Tugas pustakawan terbang memang demikian, dia menjadi penghubung antara semua elemen.

                  Demikian. Tulisan di atas tentunya saya tulis berdasar pengalaman di dunia perpustakaan perguruan tinggi.

                  Update:
                  Pengarusutamaan jender dan komposisi usia
                  Pengarusutamaan jender, memberi ruang yang sama untuk berkreasi dan berperan antara pustakawan laki-laki dan perempuan dalam perpustakaan. Kesetaraan dapat dipandang dari membuka semua kesempatan berkreasi tanpa ada pembedaan, atau menjaga komposisi laki-laki dan perempuan yang berperan agar berimbang.

                  Komposisi usia juga perlu diperhatikan, hal ini terkait dengan regenerasi. Jika semuanya berusia muda, itu bagus untuk jangka pendek. Namun jika nanti ada pada masa pensiun maka semuanya akan sama-sama ada pada masa pensiun. Ini berbahaya. Oleh karena itu, usia harus berimbang. Ada yang tua ada yang muda. Sehingga ketika yang tua pensiun, akan ada pengganti yang lebih muda dan lebih muda dari staf yang sebelumnya. Demikian seterusnya.

                  , ,

                  Ruang akses digital : konsep di Perpustakaan FT UGM

                  Saya mencoba membuat konsep ruang akses digital di Perpustakaan FT UGM. Tata ruang menjadikan  pustakawan yang bertugas di ruang ini menyatu bersama pengunjung. Referensi saya adalah yang pernah saya rasakan di Perpustakaan Teknik Geologi UGM. Selain melayani sirkulasi, ada proses diskusi tentang berbagai hal dengan berbagai pengunjung, baik dosen atau mahasiswa. Perpustakaan Teknik Geologi adalah perpustakaan jurusan, interaksi antara pustakawan-mahasiswa sangat baik, termasuk antara mahasiswa-dosen, pustakawan-dosen dalam ruang perpustakaan. Berbagai ide dan perkembangan keilmuan geologi kerap saya peroleh dari interaksi ini.

                  Terkait ruang akses TA di FT UGM, melayani peminjaman komputer untuk akses koleksi digital merupakan tugas sampingan saja pada pustakawan yang bertugas di ruang ini. Tugas utamanya adalah membimbing dan menjadi teman diskusi pengunjung. Tentang apa? tentang apa saja, baik terkait substansi ilmu mereka ataupun hal lain yang berkaitan dengan dunia referensi ilmiah.



                  mind map konsep ruang akses digital

                  Tentunya kompetensi pustakawan menjadi hal yang penting dalam hal ini. Idealnya peran pustakawan dalam ruang ini tidak menitikberatkan pada teknis, namun sudah ke substansi. Penguasaan kepada berbagai hasil penelitian mahasiswa yang pernah ada terkait berbagai topik tertentu harus dimiliki oleh pustakawan. Dari mana memulainya? dari diskusi dengan mahasiswa, membaca dan merangkum. Hasilnya dapat digunakan untuk kembali melayani mahasiswa.

                  Baca juga: http://www.purwo.co/2015/06/interaksi-dan-diskusi-dengan-bidang.html

                  Wednesday 1 July 2015

                  ,

                  Embedding Librarianship in LMS: pustakawan yang tertanam dalam proses kuliah

                  Klik
                  Saya menemukan slide ini ketika mencari sebuah buku tentang "embedding librarianship". Tadinya ingin beli, karena ada slidenya maka saya urungkan. Silakan klik di sini.

                  Inti dari slide tersebut, adalah usaha pustakawan mengetahui kebutuhan pengguna melalui proses perkuliahan. Ketika tahu proses perkuliahan, maka pustakawan akan tahu pula kebutuhan pengguna perpustakaan.

                  Terlibat dalam proses perkuliahan ada beberapa cara: ikut kuliah atau membenamkan diri dalam akun LMS (learning management systems). Cara pertama, tentunya dengan mengikuti kuliah sesuai jadwal yang ditentukan dosen. Mengikuti proses, melihat potensi kebutuhan informasi pengguna dan merancang peran perpustakaan. Cara pertama ini pernah diutarakan mentor kepustakawanan saya, Ir. Wartono Rahardjo di Jurusan Teknik Geologi UGM, sebagaimana pernah saya tulis di klik. Cara kedua tidak kalah menarik. Dengan memiliki akun di LMS, pustakawan dapat mengikuti dinamika kuliah online, mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, simpan dalam sistem (atau catat URLnya) kemudian sampaikan kepada anggota grup.


                  Gambar di atas adalah potensi peran EL dan hasil yang bisa diraih. Hasil dari proses embedded librarian berupa sumber informasi yang tepat guna untuk mata kuliah tertentu ini (sesuai yang diikuti pustakawan) dapat dijadikan modal membuat Subject Guide.

                  Ada beberapa saran untuk EL, saya ambilkan dari web ini.
                  • Be a team player
                  • Secure support from your organization and colleagues
                  • Have an entrepreneurial mindset
                  • Accept risk
                  • Translate library science to other disciplines
                  • Build trusted relationships
                  • Move outside of your comfort zone.
                  • Don’t just think, but act outside of the box.     

                  Tentang EL:
                  http://crln.acrl.org/content/72/3/167.full
                  http://www.aallnet.org/mm/publications/products/aall-ilta-white-paper/embedded.pdf
                  http://embeddedlibrarian.com/
                  http://www.educause.edu/ero/article/embedded-librarian-program
                  https://www.insidehighered.com/news/2010/06/09/hopkins
                  http://www.sla.org/wp-content/uploads/2013/05/Models_of_Embedded.pdf


                  Baca juga:
                  http://www.purwo.co/2015/06/library-guide-perpustakaan-ft-ugm.html
                  ,

                  Pustakawan Perpustakaan FT harus masuk kualifikasi "Research Librarian"

                  Kondisi Perpustakaan FT UGM saat ini memaksa pustakawan berubah. Sebelumnya menyandarkan diri pada kegiatan sirkulasi (pinjam-kembali) atau mengelola wujud fisik koleksi, sekarang harus bergeser ke konten.

                  Sepertinya yang paling tepat adalah mengarah ke Research Librarian. Mengacu pada salah satu peran RL di Macquarie Uniersity, maka peran RL ini ada beberapa:
                  • work with you to support your teaching and research activities
                  • advise you on the best sources of information for your research
                  • provide information skills training to find and manage information for research
                  • meet with you to discuss your research needs
                  RL harus memahami model dan perkembangan pendidikan dan proses belajar mengajar di kampus. Sehingga akan mampu melihat berbagai peluang peran yang bisa dimainkan. RL juga dapat memberi saran sumber informasi terbaik yang dapat digunakan untuk penelitian, secara aktif menyediakan berbagai training untuk menemukan dan mengelola informasi dalam rangka riset. Yang menarik adalah RL dapat menjadi teman diskusi tentang kebutuhan riset. Kemampuan komunikasi pada berbagai pihak tentunya dibutuhkan dalam hal ini. Penguasaan bahasa asing (minimal Bahasa Inggris) baik untuk berkomunikasi atau untuk membaca informasi mutlak dibutuhkan.

                  Komunikasi tidak hanya dilakukan dengan mahasiswa, namun juga dengan dosen dan staf lainnya. Dari komunikasi inilah akan diperoleh gambaran tentang yang diinginkan pemustaka dan kemampuan pustakawan. Keaktifan pustakawan menjadi hal penting.

                  Pada setiap bidang riset (terkait fakultas) tentunya akan berbeda sumber dan kebutuhan informasinya. Oleh karena itu, pengetahuan tentang bidang ilmu dari perpustakaan yang dikelola harus dimiliki. Demikian juga pada Perpustakaan FT UGM. Diskusi dengan mahasiswa, dosen tentang perkembangan ilmu dan riset yang berlangsung menjadi wajib dilakukan oleh pustakawan. Pada website ini, ada syarat terlait lowongan RL yaitu "knowledge of Ontario and federal politics". Syarat tersebut turut menekankan betapa penting pengetahuan pustakawan pada bidang informasi dan perkembangan ilmu yang dikelola.

                  Saya ingat ide dari mentor kepustakawanan saya, Ir. Wartono Raharjo di Jurusan Teknik Geologi UGM. Beliau pernah menyampaikan bahwa staf di jurusan ini (Teknik Geologi) minimal/didorong untuk pernah mengikuti kuliah pengantar atau Geologi Dasar. Dengan cara ini maka, (dalam hal ini) pustakawan akan mampu membaca peta ilmu Geologi. Dari ide ini, sepertinya menarik jika para pustakawan perguruan tinggi secara aktif juga (dengan ijin dahulu) mengikuti kuliah pengantar/dasar pada sebuah jurusan. Pustakawan juga dapat embedded dalam kegiatan kuliah online

                  RL di Perpustakaan FT UGM menjadi hal yang wajib di Perpustakaan Fakultas, dan berpotensi besar pula dilaksanakan di jurusan. Mengapa di Perpustakaan Fakultas menjadi wajib? Karena bisa dikatakan jenis pustakawan sirkulasi dan referensi telah "selesai" di wilayah jurusan. Melayani sirkulasi semestinya hanya menjadi hal kecil saja dalam layanan di Perpusakaan FT UGM. Pustakawan yang bertugas dipengolahan berpotensi besar untuk memahami dan mengetahui koleksi baru yang dapat menunjang riset pengguna perpustakaan.

                  Tulisan tentang RL: