Thursday 25 July 2019

, , ,

Pustaka Data UGM, tempat menyimpan data agar terus berguna


Data penelitian bermacam bentuknya. Ada yang rekaman wawancara, data set dalam spreadsheet, dan lainnya.

Data-data tersebut, meskipun sudah diolah dan ditulis dalam laporan, sangat mungkin masih bisa digunakan orang lain yang memiliki kepentingan sama atau mirip. Sehingga perlu disimpan, diarsipkan dengan baik agar mudah ditemukan lagi. Bahkan dikutip.

Selama ini kita kenal Mendeley Data, Figshare, Zenodo dan semacamnya. Nah, UGM membuat Pustakadata. Alamatnya di https://pustakadata.ugm.ac.id.

Untuk bisa mengunggah data ke pustakadata, perlu register lebih dahulu.

Beberapa organisasi yang sudah dibuat

Jika ada perubahan data, bisa ADD new resource untuk versioningnya

Friday 19 July 2019

Tiga tingkatan derajat kepustakawanan di perguruan tinggi

Paijo ndleming. Di dekat pohon kelapa depan rumah, samping pohon pelem, di atas rerumputan yang sedikit berpasir. Tak jauh dari tempatnya duduk ngebrok, ada pohon belimbing dan jambu air yang daunnya mengering. Maklum, sudah beberapa bulan tidak tersiram air hujan.

Paijo ndleming. Melihat kenyataan di berbagai perpustakaan perguruan tinggi, yang dipimpin oleh orang dari latar belakang bervariasi. Jika dikelompokkan, para pemimpin ini ada dua golongan: pustakawan, dan selain pustakawan. Selain pustakawan itu biasanya dosen. 

Terkait maju atau  berhasil tidaknya, tidak bisa didasarkan dengan dasar dua golongan ini. Yang dipimpin pustakawan juga bisa maju, yang dipimpin dosen juga demikian. Apalagi, Paijo, sejak lama meyakini bahwa semua orang boleh menjadi kepala perpustakaan. Bukan hanya kepala Perpustakaan, bahkan menjadi pustakawan pun, Paijo meyakini, semua orang berhak. Maka bagi Paijo, secara umum, keduanya tidak masalah.

Profesi pustakawan ini profesi yang demokratis, yakinnya.

Namun…

Ada yang mengganggu pikiran Paijo. Perguruan tinggi yang memiliki perpustakaan ini, ada yang memiliki jurusan ilmu perpustakaan, ada juga yang tidak.

Jika pada perguruan tinggi yang tidak memiliki jurusan ilmu Perpustakaan, keyakinan Paijo di atas berlaku. Tetapi bagaimana dengan perguruan tinggi yang di dalamnya memiliki jurusan ilmu Perpustakaan?


****

Ndlemingnya Paijo, sampai pada kesimpulan derajat kepustakawanan di perguruan tinggi.

“Jadi, derajat kepustakawanan di perguruan tinggi itu bisa dibedakan dalam beberapa tingkat, Kang”, kata Paijo. Karyo yang ada di dekatnya mendengarkan dengan seksama.

Tingkatan tertinggi, tingkat pertama, kepustakawanan di perguruan tinggi yang tidak memiliki jurusan ilmu perpustakaan dan perpustakaannya dipimpin oleh pustakawan.

Tingkat kedua (2), ditempati oleh dua kategori kepustakawanan. Keduanya beda tipis. Bisa saling bertukar posisi pada tingkatan ini. Posisi 2.1 kepustakawanan di perguruan tinggi yang tidak memiliki jurusan ilmu perpustakaan dan perpustakaannya dipimpin oleh bukan pustakawan. Posisi 2.2 kepustakawanan di perguruan tinggi yang memiliki jurusan ilmu Perpustakaan, dan perpustakannya dipimpin oleh pustakawan. 

Tingkatan ketiga, atau terakhir, atau terendah, yaitu kepustakawanan di perguruan tinggi yang memiliki jurusan ilmu Perpustakaan, serta kepala perpustakaannya dipimpin oleh bukan pustakawan.

***

Paijo berkeyakinan, bahwa jika di PT itu ada jurusan ilmu Perpustakaan, maka kondisi idealnya, Perpustakaan PT tersebut dipimpin, dikepalai oleh pustakawan. Apalagi jurusan ilmu perpustakaan tersebut ada program yang lengkap, dari D3, sampai S3. Kenapa?


Dan, idealnya perpustakaan perguruan tinggi yang memiliki jurusan ilmu Perpustakaan, dipimpin oleh pustakawan.

Karena dengan demikian, menunjukkan sempurnanya keberhasilan pendidikan ilmu Perpustakaan di PT tersebut, berhasilnya kaderisasi pada pustakawan, dan berhasilnya dosen ilmu perpustakaan menunjukkan keilmuwan perpustakaan.


Karyo: “lha, kalau perpus jenis ini dipimpin dosen Ilmu Perpustkaan, Jo?”, tanya Karyo.
Paijo: “ya ndak pa. Pada dasarnya ndak salah, kecuali melanggar aturan institusi tersebut. Tapi..”
Karyo: “tapi apa, Jo?”
Paijo: “tapi itu menunjukkan ada titik belum suksesnya pendidikan ilmu perpustakaan di PT tersebut”.

Karyo menyahut, menjelaskan bahwa ada perguruan tinggi yang masalahnya kompleks. Tidak mudah, sulit ditembus. Usulan dari pustakawan, atau dosen ilmu perpustakaan sulit diterima. Maka, untuk memperkuat posisi, kepala perpustakaan harus dosen, pendidik, yang sama-sama kategorinya dengan pengelola perguruan tinggi. Setara. "Kamu tahu kan, Jo?. Bahwa civitas akademika di PT itu dosen dan mahasiswa. Pustakawan itu tidak termasuk civitas akademika". Karyo menutup, berusaha meyakinkan Paijo.


Paijo: “memang, Kang. Ada yang begitu kompleks masalahnya. Justru kekompleksan masalah itulah wilayah para dosen ilmu perpustakaan, untuk menunjukkan derajat ilmu perpustakaannya pada manajemen universitas”.

Karyo: "bagaimana jika dosen ilmu perpustakaan pun tidak mampu?"Paijo: "berarti dia memang sekedar dosen, Kang. Hanya berkutat teori" 


***
Karyo mengangguk. Namun, tetap dia ingin menguji Paijo dengan pertanyaan lagi.  "Bagaimana jika dipimpin oleh tenaga kependidikan selain pustakawan, sekaligus bukan bukan dosen ilmu perpustakaan, Jo?", Karyo bertanya.

Paijo mesem. Dilihatnya pohon jambu dan belimbing yang daunnya layu. Lama sekali hujan tak turun. Kemarau tahun ini begitu panjang.


Sambisari,
Jumungah Kliwon 16 Dulkangidah Be 1952

Monday 8 July 2019

Hari pustakawan: sebuah ilusi



laman web perpusnas

Selamat hari pustakawan!!!

Demikian teriak seorang kawan. Teriakan yang keras, dan menyimpan kebanggaan. 

Sejak lama, predikat "HARI" memang punya daya magis, sakral, dan sangat memikat. Mulai dari hari berdirinya negara, pernikahan, hari lahir.

Bahkan hari jadian, ditolak atau putus dari pacar. Hari itu diingat, meski mungkin ada kenangannya yang berusaha dilupakan. Pahit.

#eaaa

Sebenarnya, ada yang salah kaprah. Tepatnya bukan hari, tapi tanggal. Hari Kesaktian Pancasila itu bukan hari Senin, Selasa, Rabu, atau lainnya. Namun wujudnya tanggal (dan bulan): 1 Oktober. Hari dan pasarannya pun bisa berganti: wage, kliwon, pahing, pon, atau legi. 

Dan, jika pustakawan punya "HARI" khusus, pastilah juga demikian. Bangga, dan bisa mendukung eksistensi diri dan profesinya. Sama dengan profesi lain yang punya hari.

Namun, benarkah ada hari (tanggal) pustakawan?

Sebagai pustakawan, saya termasuk tidak literate dengan hari-hari besar bidang perpustakaan. Mulai dari hari pustakawan, hari kunjung perpustakaan, hari buku, dan semacamnya.

Saat ini, saat menulis ini, saya tidak hafal (meski pernah mendengar) tanggal hari buku dan hari kunjung perpustakaan.

Lebih akrab dengan menghitung hari menjelang gajian, atau hari libur. Apalagi libur panjang. Saya bisa hafal kapan mulai, dan kapan berakhirnya. Lebih hafal dari hari lahir istri saya. 

Tenin...

**** 

Kembali ke hari pustakawan.

Beberapa waktu lalu, di sebuah grup WA ada yang menulis: Hari Pustakawan 7 Juli. Rasa penasaran muncul. Tepatnya juga pertanyaan.

Memang ada hari pustakawan?

Nggaya temen.

Hijrana, anggota grup, menulis tentang hari pustakawan. Dia mengawali tulisannya dengan protes pada pandangan publik yang menganggap bahwa pustakawan itu penjaga buku. Dia anggap itu tidak tepat.  Dia menulis, "Jika ada yang berfikir bahwa pustakawan hanyalah seorang penjaga buku, maka pemikiran itu tidaklah tepat karena perpustakaan merupakan pusat peradaban dan perubahan"

Pengandaian Hijrana tentang pustakawan, namun ketidaksetujuannya dengan pandangan tentang pustakawan itu didasarkan dengan alasan tentang perpustakaan.  Saya tak mampu mencerna dengan sempurna, apa maksudnya.

Kalau perpustakaan memang sebuah pusat peradaban dan perubahan, apakah itu menegasikan anggapan pustakawan itu penjaga buku?

Silakan cek tulisannya di http://perpustakaan.uin-alauddin.ac.id/hari-pustakawan-indonesia/.

Oke, saya tak ingin berpanjang lebar tentang hal di atas. Saya tertarik pada angka 6 Juli, yang disebut Hijrana sebagai Hari Pustakawan. Ini dikuatkannya dengan pemilihan judul REFLEKSI HARI PUSTAKAWAN 6 JULI. 

Sementara, pustakawan lainnya, Ahmad Syawqi menulis ikhwal hari (lahir) pustakawan pula. Kemuliaan Menjadi Pustakawan, demikian judulnya. Di dalamnya ada keterangan "refleksi hari lahir pustakawan Indonesia". 

Syawqi mengawali tulisannya dengan tegas menyebut betapa bersejarahnya tanggal 7 Juli.
Namun, berbeda dengan Hijrina, di blog https://www.pustakawan.web.id/,  Syawqi tidak tegas menyebut hari Pustakawan, namun Syawqi cenderung memilih 7 Juli sebagai hari lahir pustakawan Indonesia. 

Informasi lainnya, misalnya https://www.facebook.com/perpus.kaltim/posts/, mengawali tulisannya dengan "6 Juli, Hari Pustakawan Indonesia.". Sementara  dan https://www.instagram.com/, menuliskan 7 Juli. Artinya, ada bermacam kesimpulan tentang Hari Pustakawan ini.

Jika memang sudah mapan, mestinya tidak ada perbedaan, meski hanya selisih tanggal. :)


****

Sekarang mari kita lihat laman web hari-hari penting yang ada di web Perpusnas (https://www.perpusnas.go.id/). Laman ini menyajikan tanggal penting terkait hari hari yang tentu dianggap bermakna. Anehnya tidak tercantum tanggal 6 atau 7 Juli sebagai hari Pustakawan. Setelah 5 Juli, langsung mlumpat ke 9 Juli. Entah.

Mungkin khilaf, atau sebenarnya juga meragukan. 

****

Jika pada hari Guru atau hari yang paling baru, Hari Santri, ada upacara memperingatinya; lalu apa yang dilakukan pustakawan pada hari pustakawan?

Upacara juga?

Seberapa penting hari pustakawan? Atau hari pustakawan 6/7 Juli itu hanya sebatas igauan, imajiner, ilusi, khayalan, atau angan-angan yang didorong oleh keinginan luhur, agar profesinya sama dengan Guru yang memiliki Hari Guru?

Mereka lupa, bahwa guru itu punya seragam. Sedangkan pustakawan tidak. Guru itu punya IKIP, sedangkan pustakawan tidak. 

Ada atau tidaknya hari pustakawan, pustakawan itu tetap bisa dilakukan oleh siapa saja. Kita semua adalah pustakawan.

Setiap hari lahir kita, adalah hari pustakawan. Setiap hari, adalah hari pustakawan.


Selamat hari pustakawan, sepanjang masa...!!!

Saturday 6 July 2019

Kumpulan belajar Latex di Sadasa Academy


Sabtu, 6 Juli 2019. Di Sadasa Academi, saya coba mengikuti pelatihan Latex. Meski beberapa kali saya pernah menulis menggunakan Latex, namun tentu ada banyak hal yang saya belum tahu, dan paham.

Untuk belajar lagi itulah, saya ikut,

Benar saja, saya refresh lagi tentang beberapa perintah latex. Dua tipe bibliografi (embedded dan bib: bibtex, natbib, biblatex), manipulasi font, warna, multiple image, multiple formula, serta paket lipsum yang memudahkan dalam membuat dummy.

Berikut beberapa tautan penting selama pelatihan dan yang saya temukan sebelumnya.

  1. http://merkel.texture.rocks/Latex/natbib.php, berisi perintah menulis cite dalam berbagai style natbib
  2. http://hostmath.com/, alternatif latex4technic untuk membuat rumus
  3. http://detexify.kirelabs.org/, membuat rumus dengan menuliskannya
  4. https://www.tablesgenerator.com, membuat tabel untuk latex. Alternatif latable
  5. http://www.texample.net/tikz/examples/, membuat taxonomy atau flowchart
  6. https://www.overleaf.com/learn/latex/LaTeX_Graphics_using_TikZ:_A_Tutorial_for_Beginners_(Part_1)%E2%80%94Basic_Drawing
  7. https://www.overleaf.com/learn/latex/Inserting_Images#Positioning
  8. https://tex.stackexchange.com/questions/115690/urls-in-bibliography-latex-not-breaking-line-as-expected