Saturday 18 January 2020

,

Membandingkan Kopernio dan Lean Library + Unpaywall

Sebelum membandingkan, Saya lakukan install add on Kopernio dan Lean Lib di chrome.
Proses pencarian institusi di Kopernio
Proses di atas menunjukkan salah satu langkah setelah kopernio terpasang di Chrome. Setelah membuat akun, Kopernio menawarkan pemilihan institusi.

Agaknya Kopernio telah memiliki data subscriptions berbagai universitas. Mungkin ini terkait dengan keterangan di laman https://kopernio.com/compare/kopernio-vs-lean-library yang menyebut "No, works with most libraries by default. Libraries can amend as necessary at any time.", terkait dengan library setup. Berbeda dengan Lean Lib yang memerlukan library setup.

Permintaan koneksi ke Library Subscriptions
Lanjutan proses koneksi ke library subscriptions. Ada proses login SSO di sini.

Seting Kopernio
Kopernio memiliki locker free 100 MB. Juga dapat disetel citation yang digunakan, termasuk software manajemen sitasi yang digunakan.

Sementara itu, setelah memasang add on Lean Library, saya hanya diminta mencari library sesuai insitusi.

Pemilihan institusi di Lean Lib
Pada pemasangan unpaywall, tidak ada hal yang istimewa.

Setelah selesai, hasilnya akan muncil icon 3 add on tersebut di kanan atas browser.


****

respon 3 add on (+ unpaywall)
Gambar di atas menunjukkan respon 3 add on. Karena artikel yang dibuka memang masih bebas diunduh (lihat logo PDF, di sampingnya ada kata "download PDF" yang menandakan artikel bisa diunduh langsung), maka respon ketiganya memberi keterangan unduh. Atau pada unpaywall berwarna hijau.

Selanjutnya kita lihat gambar di bawah ini.

respon 3 add on

Ini mulai berbeda. Keterangan di Sciencedirect menunjukkan kata "Get Access", artinya artikel ini tidak bisa diunduh langsung, meskipun sudah dilanggan UGM. Namun Kopernio, Lean, dan unpaywall kompak menunjukkan sinyal positif.

Lean Lib memberi tahu "... this article available for you...". Demikian pula Kopernio, serta Unpaywall mendeteksi adanya versi Open Access dan memberi sinyal warna hijau.

Perbedaan akan terjadi ketika 3 add on tersebut di klik.

Kopernio akan menampilkan Kopernio Locker, yang kita langsung disodori artikelnya full text. Lean Library akan mengarahkan ke Summon. Sementara Unpaywall mengarahkan ke alamat URL utama asal artikel tersebut.

Sebagai catatan, Lean Lib yang mengarah ke Summon dimungkinkan kadang bermasalah. Hal ini disebabkan karena adanya tautan yang keliru di Summon ke url sumber.

Silakan lihat gambar di bawah.

Hasil dari Lean lib

Hasil dari Unpaywall ke Pubmed
Hasil dari Kopernio
Hasil dari Kopernio bisa disimpan dulu di locker, diunduh, dan tersedia fitur eksport referensi dalam bentuk .ris

*****

Bagaimana jika artikel itu berbayar, dilanggan institusi, namun tidak ada versi open accessnya?

Semua positif, kecuali unpaywall

Bagaimana jika UGM tidak melanggannya?

Jika tidak dilanggan UGM

Jika artikel tidak dilanggan, sehingga saya ndak ada akses, maka 3 add on akan menunjukkan sinyal negatif. Termasuk ketika tidak ditemukan versi OA dari artikel tersebut.


***
Ada yang menarik di Lean Lib, ketika akses dilakukan di dalam jaringan kampus. Agaknya Lean telah mendeteksi IP, sehingga muncul komentar seperti pada gambar.
tampilan Lean Lib ketika akses dari dalam kampus


***

Informasi jumlah dikutip di database WoS

Gambar di atas menunjukkan fitur di Kopernio, yang terintegrasi dengan WoS sehingga bisa memberi informasi artikel yang sedang aktif itu telah dikutip berapa kali di database WoS.

Gambar di atas, jika posisi belum login ke Kopernio, maka pencarian akan dilakukan ke database Google Scholar.

****

Kesimpulan

Pencarian menggunakan 3 add on ini dilakukan menggunakan browser, bisa langsung mencari menggubakan Google, atau langsung ke url jurnal berada. Pencarian tidak harus dilakukan menggunakan Summon atau mesin discovery sejenis lainnya. Tentu ini hal menarik, karena bisa mengakomodir kebiasaan pencarian mahasiswa.

Kopernio, merupakan bagian dari WoS. Sementara Lean Lib bagian dari Sage. Ini tentang dagang.

Dari sisi fitur tidak jauh berbeda. Ada perbedaan satu dua itu wajar.

Meskipun demikian, patut di catat bahwa  Kopernio bisa digunakan langsung, dan kita menerima fitur apa adanya. Sementara Lean Lib tidak. Lean harus ada setting dahulu berdasar permintaan. Seting di Lean ini memungkinkan adanya custom atau permintaan fitur. Ini sebuah kelebihan.

Bagaimana dengan Unpaywall?
Menyertakan pemasangan Unpaywall menjadi tambahan jangkauan data. Jika ternyata Lean dan Kopernio tidak mampu mencari versi OA, siapa tahu Unpaywall bisa menemukan.


Sambisari
18 Januari 2020
Pulang ronda, 01.23 pagi

Friday 17 January 2020

Fitur retracted notifications di Zotero

Ini fitur baru di Zotero. Setidaknya, baru beberapa bulan lalu saya tahu. Hehe.

Intinya begini. Jika  artikel yang kita simpan menggunakan Zotero itu ada yang ditarik oleh jurnalnya, maka Zotero akan memberi tanda.

Kerennya, ketika mau dikutip dalam teks, Zotero akan memberi peringatan. 

Nah, dengan demikian, kita bisa terselamatkan dari referensi yang tidak tepat.


Informasi artikel retracted pada tampilan Zotero

peringatan yang muncul ketika mengutip.



,

Menggugat bookless library


Karyo: Apa kui maksudnya, Jo?
****

Sumber: https://pixabay.com
Bookless library. Library yang ndak ada bukunya. "Ah, ndak juga. Ada , kok. Tapi bukan cetak," katanya.

Setidaknya itu dikatakan om Wiki. "Bookless libraries are public, academic and school libraries that do not have any printed books," begitu lengkapnya.

Di sumber lain tertulis, "just rows of computers and plenty of seating offering access to the Philadelphia university's 170 million electronic items." Atau juga pernyataan ini, "Our on-campus library is entirely digital,".

Nah, dari sinilah Paijo mikir. Misalnya sebuah institusi, memiliki perpustakaan. Tidak ada buku cetak, hanya ada koleksi digital. Lalu, ruang perpustakaan di lembaga itu di sebut bookless library?

Mosok sesederhana itu?

Bagaimana dengan ruang lain di lembaga tersebut? Halaman, misalnya. Atau dapur, dan WCnya? Bukankah ruang itu juga bagian dari institusi. Dan, yang membeli ebook atau membiayai pengadaan ebook atau pembuatannya bukan si perpustakaan, tapi institusilah yang punya uang.

****

"Oo, jelas tidak. Ruang lain tidak bisa disebut bookless library. Kenapa? karena ndak ada pustakawan  dan kegiatan belajar di sana. Yang ada pustakawannya ya di dalam ruang yang didedikasikan sebagai perpustakaan. Ruang itulah yang disebut bookless library". Mungkin demikian alasannya.

Loh. Kan pustakawan juga bisa jalan-jalan. Ke halaman, ke kantin yang ada dalam institusi itu. Di tempat itu, pustakawan juga bisa jadi pustakawan. Iya, kan? Belajar bisa di mana saja.

Nah, jika demikian, maka sesungguhnya semua tempat di Indonesia ini adalah bookless library. Kenapa? kan Perpustakaan Nasional dan Dikti melalui uang rakyat melanggan koleksi digital yang bisa diakses dari mana saja.

****

Paijo: "Sebentar kang. Tak tinggal dilit, mau ke bookless library. 

Tampak Paijo buru-buru meninggalkan Karyo sambi membawa gawai berlayar lebar dan sesekali memegang perutnya. Tidak menuju ruang yang umum disebut bookless library, melainkan ke WC. Karyo heran.

Karyo: "Loh, katanya ke bookless library. Kok malah ke WC, Jo?"
Paijo: "Loh, WC ini kan bagian dari Indonesia yang sudah melanggan ebook. Jadi WC ini juga bookless library. Bisa sambil makerspace-an di dalamnya.
Karyo: "Loh, di WC kan ndak ada pustakawannya, Jo"
Paijo: "Ada. Gampang. Nanti WA-nan pakai HP".
Karyo: &*&^^$%^^$^^$
---------------------

Posting pertama di 2020
Sambisari,
Jemuah Pahing 21 Jumadilawal Wawu 1953
05.50 pagi