Tuesday 11 December 2012

Komunitas SliMS Indonesia: bagaimana bentuk idealnya?

Menyambung tulisan saya sebelumnya (ini), terkait komunitas SliMS yang ada di Indonesia dan juga terkait dengan kegiatan Komunitas SliMS beberapa waktu yang lalu saya akan mencoba memberikan sumbangan fikiran terkait bagaimana sebaiknya bentuk komunitas SliMS itu?

Hampir, bahkan semua Komunitas SliMS terbentuk diawali oleh hobby terkait SliMS. Hobby mengoprek, memodifikasi, penasaran bagaimana menggunakan dan seterusnya mengantarkan berbagai daerah mendirikan komunitas sebagai sarana belajar bersama. Sejarah komunitas ini, diawali oleh komunitas SliMS Yogyakarta yang berdiri sekitar tahun 2010-an awal.

Jika melihat komunitas lain, komunitas SliMS dapat disamakan atau paling tidak hampir sama dengan komunitas-komunitas TI di berbagai bidang. Komunitas Ubuntu (ubuntu-id), KSL (kelompok studi linux), komunitas blender dll. Komunitas-komunitas ini mempunyai anggota yang beragam. Komunitas SliMS, meski unsur utamanya pustakawan namun banyak juga dari guru, dosen, mahasiswa dan juga orang IT. Demikian juga komunitas Ubuntu serta komunitas lainnya.

Namun demikian, ada pula perbedaan pada beberapa komunitas tersebut. Komunitas SliMS, menggunakan SliMS terutama untuk manajemen perpustakaan, dan dalam pengelolaan perpustakaan tidak hanya sekedar SliMS atau teknologi saja. Namun, perpustakaan juga digerakaan dengan berbagai ilmu lainnya. Psikologi, pemasaran, komunikasi, sosiologi, dan lain sebagainya.

Kegiatan utama komunitas SliMS selama ini adalah bagaimana cara menggunakan dan memodifikasi SliMS. Berbagai komunitas aktif melakukan pertemuan bulanan atau berkala lainnya dalam rangka belajar bersama, atau yang disebut dengan “sinau bareng”.

Beberapa kritik muncul dipermukaan.
“Apakah pepustakaan cukup digerakkan dengan teknologi saja?”
“Jangan sampai para pustakawan atau calon pustakawan hanya terfokus pada teknologi, namun melupakan sisi-sisi lain kepustakawanan!!”

Bagi saya, ini memang beralasan terutama bagi orang diluar komunitas yang melihat gerak komunitas hanya (dalam pandangan mereka) pada ranah teknologi saja.

Namun apakah benar demikian? Menurut saya tidak sepenuhnya pernyataan atau kekhawatiran ini benar.

Setidaknya telah ada beberapa komunitas yang memulai menggabungkan sisi-sisi keilmuan selain teknologi informasi perpustakaan dalam kegiatan komunitas SliMS.

-----

Bagaimana seharusnya bentuk ideal komunitas SliMS?
Sebagai sebuah wadah yang tidak memiliki garis struktur yang ketat dari tingkat bawah sampai atas, justru membuat komunitas SliMS terpacu untuk berinovasi. Bagaimana bentuk inovasi yang dapat mendekatkan komunitas pada bentuk idealnya?

1. Kegiatan
Komunitas SliMS semestinya mempunyai kegiatan-kegiatan berkala sebagai wahana bertemunya para pegiat komunitas. Kegiatan ini dapat dilakukan bulanan, 2 bulanan atau kapanpun ketika ada waktu bertemu. Pertemuan sebaiknya tidak hanya disatu tempat saja, namun bergiliran dari perpustakaan satu ke perpustakaan lainnya yang berbeda jenisnya. Misalnya: pertemuan pertama di perpustakaan sekolah, kedua di perpustakaan perguruan tinggi dan seterusnya. Hal ini akan menambah “kekayaan” pengalaman komunitas dalam berkegiatan.
Kegiatan dalam pertemuan, jangan hanya terkait dengan SliMS saja. Namun sebaiknya komunitas SliMS juga memfasilitasi anggota komunitas dalam mempelajari berbagai hal terkait ilmu perpustakaan.
Misalnya: pengolahan koleksi, komunikasi dengan pemustaka, advokasi (bersama organisasi profesi), diskusi layanan perpustakaan, diskusi isu mutakhir ilmu perpustakaan dan informasi, shelfing yang baik, tata ruang perpustakaan, pengembangan koleksi dan lain sebagainya.
Bagaimana dengan jumlah partisipan kegiata sinau bareng atau berkegiatan?
TIDAK usah terpaku pada jumlah, berapapun jumlah yang datang tetap dapat dijalankan. Bahkan meski hanya 2 orang saja..
2. Kerjasama
Jangan sampai komunitas SliMS merasa cukup dengan komunitasnya. Komunitas harus tetap dan terus bekerjasama dengan komunitas/organisasi lain. Misalnya Perpustakaan Daerah, ATPUSI, APISI, IPI, Forum Pustakawan di daerah, Komunitas Opensource, Komunitas Ubuntu dan berbagai organisasi lainnya.
Dengan demikian, gerakan akan menjadi lebih terasa efeknya serta jika muncul permasalahan dapat dipecahkan secara bersama-sama.
Kerjasama ini, seyogyanya diikuti dengan pembagian area/wilayah kerja. Misalnya Komunitas SliMS bekerjasama dengan ATPUSI, maka Komunitas dapat mengambil peran terkait implementasi teknologi dan ATPUSI dapat mengambil peran dalam aspek non-teknologi dan advokasi.
3. Produk dan jasa
Kegiatan komunitas SliMS, dalam belajar menggunakan SliMS dan kegiatan lain terkait kepustakawanan semestinya menghasilkan produk yang dapat dinikmati bersama. Ada berbagai bentuk produk yang mungkin diciptakan oleh komunitas.
Misalnya: produk pendampingan perpustakaan yang menghasilkan bentuk perpustakaan (misal perpustakaan sekolah) yang lebih baik dari sisi teknologi, layanan, tata ruang dan lain sebagainya. Hal ini adalah yang paling mudah dilakukan oleh komunitas, dan akhirnya manfaat dari komunitas akan dapat dirasakan oleh anggota.
Produk lain misalnya: modifikasi SliMS, katalog induk, website komunitas, pengabdian masyarakat terkait perpustakaan desa dan lain sebagainya.
Selain produk, komunitas selayaknya juga menawarkan jasa kepada pihak lain yang membutuhkan. Misalnya jasa implementasi SliMS, dari instalasi, modifikasi, migrasi, pelatihan, pengolahan koleksi dan lain sebagainya.
Hasil dari jualan jasa ini dapat digunakan untuk modal menggerakkan komunitas.
4. Keanggotaan dan keuntungan menjadi anggota
Keanggotaan komunitas, selama ini masih bersifat cair dan tanpa tanda anggota. Konsekuensinya, ikatan menjadi berdasar emosional semata. Hal ini akan lebih baik lagi jika digabung dengan model keanggotaan tercatat sekaligus penjelasan keuntungan menjadi anggota resmi komunitas SliMS.
Misalnya: keanggotaan dibedakan menjadi anggota personal dan anggota atas nama perpustakaan. Anggota mendapatkan kartu anggota, dan berhak mendapatkan berbagai keuntungan dalam berkomunitas. Anggota wajib membayar iuran ketika pertemuan berkala.
Keuntungan bergabung menjadi komunitas misalnya: mendapat pendampingan implementasi SliMS dalam bentuk konsultasi, diskusi dan hal lain sesuai kemampuan para penggerak komunitas, mengikuti belajar bersama, bergabung dalam katalog induk dan lain sebagainya. Keuntungan ini ditentukan bersama oleh komunitas.
5. Hubungan emosional
Hubungan emosional, dalam hal ini adalah hubungan antar anggota komunitas dan dengan komunitas SliMS di tempat lain serta kepada developer. Hal ini dimaksudkan sebagai sarana untuk terus menciptakan bentuk komunitas yang ideal dengan berbagai kegiatannya.
Hubungan ini dapat dibentuk dengan aktif mengikuti diskusi di forum diskusi SliMS, menjawab pertanyaan yang muncul, saling berbagi ketika berkunjung ke daerah lain dan lain sebagainya.

Beberapa komunitas, saya kira telah memulai hal ini. Komunitas SliMS kudus dengan kegiatan kreatifnya dan kerjasamanya dengan berbagai elemen komunitas di Kudus (KPLI, ATPUSI dll), bahkan pernah mengadakan seminar atau pelatihan dengan menggandeng ATPUSI Kudus. Hal ini saya kira harus ditiru oleh berbagai komunitas SliMS di Indonesia. Selain SliMS Kudus, adapula SliMS pacitan dengan kreatifitas rekan mahasiswa UT, SLiMS malang yang digerakkan oleh pegiat IT dan Dosen dan kreatifitasnya yang luar biasa, trenggalek yang inovatif, sumatra barat yang militan, aceh yang pernuh perjuangan dan lain sebagainya.

Semangat kebersamaan, saya yakin ada pada para pustakawan atau tenaga perpustakaan di Indonesia. Hanya saja bagaimana mewujudkan atau memulainya, dengan siapa harus memulainya menjadi persoalan tersendiri.

Kita patut berbangga dengan rekan-rekan di daerah yang begitu gesit dalam bergerak. Realitas perpustakaan yang ada di daerah, pastinya mempunyai lahan lebih luas untuk digarap oleh komunitas SliMS Indonesia...

SLiMS adalah perekat, selebihnya kegiatan komunitas SLiMS harus menyeluruh.....
Komunitas SLiMS tidak hanya menggarap cara menggunakan SLiMS, namun juga dalam pengolahan koleksi, promosi perpustakaan, pendidikan pemakai, literasi informasi, isu mutakhir informasi dan lain sebagainya....

*tulisan yang seadanya, semoga ada yang mau menyempurnakannya, agar menjadi pedoman para pegiat SLiMS*

Thursday 24 May 2012

SLiMS, jiwa dan semangat korsa pengelola perpustakaan....

Saya ingat, ketika itu Pak Hendro Wicaksono (lead dev SLiMS) pernah mengatakan ke saya, "saya juga ndak nyangka mas, kenapa Senayan bisa jadi seperti ini". Lontaran itu muncul ketika kami ngobrol tentang munculnya komunitas SliMS di berbagai tempat di Indonesia.

Para pembaca mungkin juga berfikiran sama dengan kami. Semenjak Komunitas SliMS Jogja muncul, berbagai pegiat SliMS di kota lain juga bermunculan. Ada yang dikendalikan oleh "alumni" pegiat SLiMS Jogja tapi ada juga yang "bersemangat" membangun komunitas karena mendapat ide dari diskusi di jejaring sosial. Sebut saja Erist di Kudus yang pada awalnya juga menjadi "beberapa orang" yang pertama ikut belajar di Jogja. Pak Hartoyo di Kudus, Wisnu di Solo juga merupakan alumni komunitas SLiMS Jogja.

Selain Jogja, Kudus dan Solo komunitas SLiMS juga muncul di Sumatra Barat, Ambon, Makassar, Jawa Barat, Malang, Surabaya, SliMS Pati, Pacitan dan lain-lainnya. Produk dari komunitas inipun bermacam-macam, mulai dari belajar bersama, membangun blog dan juga membangun katalog induk menggunakan SLiMS.

Bagi saya, ada hal menarik semenjak munculnya komunitas SLiMS ini. Ketika saya membuka sebuah blog Komunitas SLiMS Pacitan, ternyata penggeraknya adalah para mahasiswa UT. BLog yang mereka bangun lebih dari sekedar lumayan, dengan tampilan yang menarik dan diisi dengan berbagai informasi terkait perpustakaan. Saat itu saya merenung, bahwa ternyata mahasiswa UT pada jurusan Ilmu Perpustakaan mampu melakukan ini. Bayangkan, mahasiswa UT yang saya pernah beranggapan bahwa UT itu hanya sekedar pelarian para PNS yang ingin naik pangkat. Tapi sekarang, anggapan itu berusaha saya singkirkan. Melihat semangat mereka, saya yakin alumni Ilmu Perpustakaan UT tidak begitu saja kalah dengan yang bukan dari UT, bahkan bisa jadi mereka juga dapat "menang" dalam berbagai hal....

Jangan remehkan mahasiswa Ilmu Perpustakaan UT.....

Pada judul tulisan ini saya tulis semangat Corsa pengelola perpustakaan, bukan sekedar pustakawan. Kenapa? karena ternyata SLiMS juga mempu menarik minat para pengelola perpustakaan yang tidak mempunyai pendidikan formal ilmu perpustakaan.

Lulusan SMA, Guru, bahkan alumni Sekolah Menengah Perkebunan sampai dengan para lulusan TI juga tertarik kepada SLiMS. Pada suatu saat ketika saya diminta mengisi training SLiMS pada sekolah di bawah Depag pesertanya adalah Guru dan TU yang menjadi kepala perpustakaan. Dalam hati memang saya menyayangkan realita ini, tapi ketika "manggung" saya berusaha menanamkan ideologi SLiMS kepada para pengelola perpustakaan ini, yang kadang lebih didengar dibanding pengelola perpus yang berpendidikan Ilmu Perpustakaan.

Dan, sepertinya cukup berhasil. Ideologi bahwa dengan SLiMS dapat menekan biaya pengadaan software sehingga biaya dapat dialihkan ke pengadaan koleksi cukup merasuk kepada mereka. Bahkan, waktu itu (training di Hotel Ambarukmo Jogja), pesertanya ada yang dari pengawas Depag provinsi DIY. Saya gunakan saja kesempatan itu untuk memberitahukan apa sebenarnya SLiMS sekaligus pengalaman yang dialami pustakawan ketika penilaian perpustakaan, misalnya tuntutan adanya katalog tercetak.

Tahukan anda, para pengelola perpustakaan ini (terkait SLiMS) sering berdiskusi di jejaring Sosial terutama facebook? Anda dapat menemukan diskusinya di Group FB SLiMS (http://facebook.com/groups/senayan.slims), atau juga di group komunitasnya masing-masing. Selain di FB mereka juga diskusi di milis ics_isis@yahoogroups.com serta forum resminya SLiMS di http://slims.web.id/forum/

Apa yang mereka diskusikan? banyak hal.....
Mulai dari yang paling sederhana, bagaimana install SLiMS sampai berbagai bagaimana mengoptimalkan bahkan memodifikasi SLiMS....

Munculnya komunitas SliMS itu membuat haru, tapi ternyata nilai lebih dari munculnya komunitas ini dan yang membuat lebih terharu lagi adalah SLiMS dapat berkontribusi dalam membangun semangat kekompakan para pustakawan......

Biarlah, meskipun Komunitas ini hanya berada pada lebel akar rumput, tidak punya ikatan resmi pada pemerintah, Badan Perpustakaan dan semacamnya, namun toh mereka tetap hidup dan semoga tetap hidup dan berkreasi serta ikut meningkatkan kemampuan para pustakawan. Namun demikian, terimakasih untuk institusi baik negeri atau swasta yang berkenan menampung komunitas dalam berkegiatan.... Jasamu tiada tara...


Komunitas SliMS di mana saja, mari kita belajar bersama. Belajar SLiMS dan juga berbagai aspek dalam ilmu perpustakaan.... Jadikan SLiMS sebagai sarana perekat dan penyemangat kita untuk berkreasi. Codinglah, mengajarlah, belajarlah, melihatlah, mendengarlah, menulislah, ngeblog-lah, dan bermanfaatlah bagi semuanya...




Salam Komunitas...

*purwoko*
http://facebook.com/groups/senayan.slims

Friday 11 May 2012

Mini Workshop perdana

Rabu 9/5/2012
Workshop MiniRabu siang selepas istirahat diawali dengan makan siang bersama, dilanjutkan dengan acara inti "mini workshop pengelola perpustakaan FT UGM". Hari itu adalah pertama kalinya personil perpustakaan FT UGM dapat bertemu secara lengkap. Mulai dari pengelola e-lib, koleksi jurnal, kesekretariatan, penjaga malam serta kebersihan.

Acara hari itu adalah sosialisasi rencana kerja perpustakaan FT UGM serta distribusi deskripsi kerja para pengelola Workshop Miniperpustakaan. Acara dilaksanakan di lantai 2 (ruang e-library) dengan total 11 peserta. Kesebelas peserta tersebut adalah Apri Wibowo (kebersihan), Undang Syaefudin, Yayul Safaronah, Yusron, Heri, Sugiman, Sugeng, Tri Widodo, Budi Priyono, Isnaeni Syamsiati, serta Purwoko.

Mengawali acara, Purwoko menyampaikan beberapa hal terkait posisi kerja di perpustakaan FT, disusul penegasan bahwa yang paling dekat secara emosional dengan Perpustakaan FT adalah rekan-rekan kerja yang lama di FT. Forum itu adalah forum untuk semuanya. Purwoko juga menyampaikan prinsip kerja yang hendaknya dipatuhi oleh semua: Kerjasama, Terbuka, Adil dan Terukur.

Acara siang itu berlangsung dengan santai, kadang diselingi dengan guyonan dari beberapa peserta. Pada sesi berikutnya, Purwoko menyampaikan rencana strategis 2 tahun ke depan terkait perpustakaan FT UGM. Rencana tersebut terbagi menjadi 6 bulan pertama, 6 bulan kedua, 1 tahun pertama dan 1 tahun kedua. Purwoko menyadari dengan masih sedikitnya pengetahuan tentang perpustakaan FT UGM maka dia baru mampu membuat rencana sampai pada tahun kedua.

Dari paparan Purwoko, perpustakaan FT pada 6 bulan pertama konsentrasi pada pemantapan fisik, aturan, mekanisme kerja, pemantapan deksripsi kerja. Enam bulan kedua mulai dengan pengembangan SDM perpusakaan untuk persiapan pengelolaan perpustakaan yang dapat dimungkinkan berbeda dengan mekanisme pelayanan yang lama. Satu tahun pertama, terkait dengan teknologi, perpustakaan mulai membahas idealisme terkait pemanfaatan teknologi di perpustakaan. Diantara pemanfaatan teknologi itu adalah sebagai pengamanan, pengelolaan koleksi digital, website, serta pengelolaan koleksi jurnal.

Berbagai usulan, pandangan serta hal yang berkaitan muncul pada mini workshop itu. Ketika para staff diminta untuk memaparkan keinginannya ke depan terkait perpustakaan, dengan semangat dan senang hati mereka memaparkannya.


Kamis 10/5/2012
Workshop MiniKamis itu saya merasa tak banyak yang saya lakukan. Hari itu saya masih memikirkan rekan-rekan kerja saya yang masih kekurangan pekerjaan selama renovasi gedung. Ah.. kasihan sekali. Belum lagi permasalahan lainnya yang saya rasa cukup banyak. Konsep partnership dengan MIC, legalisasi deskripsi kerja, presentasi konsep TI dan perpustakaan ke Wakil dekan 1, jenuhnya menunggu lantai dua direnovasi (yang kabarnya karyawannya libur 2 hari), bahkan kabarnya akan ada sedikit perombakan pada tata ruang perpustakaan, terkait perpustakaan jurusan (ada yang telah minta bantuan terkait perpustakaanya), konsep integrasi, serta PR bagaimana mengembangkan SDM perpustakaan.

Saya masih memprioritaskan untuk konslidasi internal dengan membuat tata aturan yang jelas. Dalam bayangan saya harus ada nilai yang disepakati bersama, aturan ijin, pembuatan aturan/tata tertib ke perpustakaan dan lain sebagainya.

Pagi itu sampai sekitar jam 11 siang saya menghadiri acara Microsoft di MM UGM. Dalam undangan tertulis ada sosialisasi lisensi microsoft, cloud computing dan juga presentasi dari MIC. Sepertinya menarik, apalagi MIC berkantor di Perpustakaan FT UGM.
Di sana saya bertemu dengan mas Arif Surachman (penanggungjawab perpustakaan FEB), yang baru saja diberi kepercayaan untuk maju pada kompetisi pustakawan nasional DIKTI.
Harapan saya di wisma MM itu sepertinya tidak terpenuhi, sesi awal dipenuhi dengan sosialisasi lisensi yang ternyata arahnya ke "jualan". Sebagai orang yang tida begitu mengenal MS saya merasa jenuh dan akhirnya kembali ke FT UGM bersama mas Arif Surachman.

Wednesday 9 May 2012

Senin dan Selasa, 7-8 Mei 2012

Senin dan Selasa, 7-8 Mei 2012 adalah hari ke 3 dan 4 saya berada di Perpustakaan FT UGM.

Hari senin pagi, adalah hari dimana usulan salah seorang rekan kerja dilakukan. Beliau adalah pak Budi yang ketika itu mengusulkan merapikan buku-buku yang berserakan di lantai basement.

Ketika saya melihat di basement, memang benar berbagai bentuk jenis dan dari beraneka tahun koleksi perpustaakaan mangkrak di lantai. Sewajarnya, paling tidak untuk merapikan harus di tempatkan di rak. Pagi itu rekan-rekan kerja saya itu ramai-ramai mengangkut rak dari gudang sebelah timur perpustakaan ke lantai dasar. Tepatnya ada 3 rak. Beramai-ramai pulalah mereka menyusun koleksi pada rak tersebut. Sayangnya rak tersebut 2 sisi, jadinya koleksi yang ada di sebelah dalam sulit terlihat dari luar (rak mepet di dinding).

Sayangnya pula, saya tak sempat (atau tepatnya lupa) mengambil dokumentasi kegiatan rekan-rekan saya tersebut. Sampai pada waktunya, akhirnya pada siang harinya salah satu rekan membeli nasi bungkus untuk dimakan bersama. Tidak saya sangka pula, sebelumnya mereka membeli gorengan dari kantin sebelah dengan uang pribadi. Ah.. ternyata semangat kerjasama rekan-rekan saya sangat luar biasa.

Hari itu pula, saya pertama kali meninggalkan rekan-rekan kerja sama pada jam kerja. Tepatnya pada pukul 13.30 saya menghadiri undangan di Perpustakaan Pusat UGM. Terus terang sebagai orang yang "baru" saya merasa berat meskipun hanya beberapa jam saja dan tidak sampai sore hari (melebihi jam kerja). Di Perpustakaan Pusat, ternyata saya tidak sendiri. Ada para pengelola perpustakaan pusat dan para pustakawan berprestasi. Ternyata agenda hari itu adalah untuk mempersiapkan calon peserta pemilihan pustakawan berprestasi DIKTI.

Hari Selasa....
Briefing pertamaHari selasa 8 Mei 2012 juga mempunyai sejarahnya sendiri. Pagi itu adalah pagi pertama kami melakukan briefing sebelum bekerja. Beberapa hal saya sampaikan, termasuk prinsip kerja: Kerjasama, Terbuka, Adil dan Terukur. Sebelum perpustakaan jadi 100%, harapannnya kita semua saling menjaga dan berusaha kreatif untuk mencari pekerjaan yang sekiranya dapat dilakukan.

Dan benar, sore harinya ternyata kreatifitas beberapa rekan kerja saya terbukti. Ada pak Undang, pak Sugiman dengan dibantu rekan lain berusaha memperbaiki kelistrikan perpustakaan yang saat itu rusak, hasilnya sukses.

Saya sendiri menyadari, bahwa ketika mendorong orang untuk kreatif pasti ada hambatannya. Maka selain mendorong mereka untuk kreatif

Friday 4 May 2012

,

Hari kedua di Perpustakaan FT UGM

Hari itu adalah Jumat, tepatnya 4 Mei 2012.
Ada yang istimewa pada hari itu, yaitu acara kumpul bersama dengan pustakawan dan admin TI di berbagai jurusan lingkungan FT UGM. Ide ini sebenarnya muncul dari ngobrol saya dengan mas Apri (Admin TI Geodesi) tentang OJS aka Open Journal System yang kemudian pak Eko Hendrawan (TI Fakultas) mengatakan perlunya pertemuan antara TI dan Pustakawan.

Ngobrol pada jumat pagi itu berlangsung santai, ngalor ngidul sambil kenalan. Ketika menyampaikan informasi diri, hadirin juga menyampaikan apa bidangnya dan apa masalahnya. Saya tidak akan menyinggung permasalahan pada TI, namun hanya pada wilayah pustakawan.
Ketika para pustakawan jurusan diminta untuk bicara, ternyata mereka semua sangat menguasai perpustakaanya. Menguasai dalam arti sekarang perpustakaannya melakukan apa sekaligus masalahnya ada di mana.
Mulai dari minta komputer tapi terus saja di "semayani", berjuang untuk menata ruang, berkorban agar dapat komputer baru, pustakawan tapi nyambi di sekretariat, perpustakaan tapi tak ada koneksi internet, perpustakaan ada di bekas lab dan lain sebagainya.

Yang membuat saya bangga adalah mereka bertahan dan berjuang untuk mendapatkan idealismenya. Misalnya cerita seorang kawan yang perpustakaannya bekas lab. Dia akhirnya melakukan sayembara redesain ruang, dan kabarnya GOL dan segera direnovasi. Seorang kawan beda lagi, ketika minta komputer tidak diberi, kemudian dia barter dengan insentifnya. Cukup nekad kawan saya yang satu itu.... tanpa perlu saya sebutkan namanya.
Beberapa hal yang pagi itu dapat diformulasikan adalah, terkait dengan OJS untuk pengelolaan jurnal yang dihasilkan jurusan, publikasi layanan Perpustakaan FT yang disupport oleh MIC. Kemungkinan kerjasama untuk mino workshop tentang OJS dan layanan lain, serta pemasangan xbanner di jurusan-jurusan.
Berikutnya disepakati pustakawan jurusan dan fakultas teknik UGm akan berkumpul sebulan satu kali, pada jumat pertama pagi hari.

Gudang dan Sampah

Adalah pak Budi, seorang rekan kerja yang pada pagi itu mengerjakan pembersihan gudang dengan rekan-rekan lain di saat saya dan mas Yusron ikut pertemuan di KPFT UGM. Ide pak Budi beliau lontarkan pada sela-sela ngobrol. Terkejut memang saya waktu itu. Kenapa? ternyata rekan kerja saya kreatif. Saya waktu itu mengatakan silakan berkreasi untuk mencari pekerjaan yang bisa dilakukan sembari menunggu renovasi selesai 100%. Saya kasihan pada rekan-rekan karena otomatis pekerjaan utama mereka mandeg. Mesti ada terobosan untuk membuat mereka dapat "bergerak", dan itu adalah kegiatan.
Akhirnya, disepakati pula bahwa setelah pembersihan gudang, siang harinya menyiapkan ruangan untuk memasukkan rak di gudang. Rak ini pada hari senin akan diangkut, dipasang dan digunakan untuk menempatkan buku-buku yang sementara dianggap tidak terpakai.

Apakah barang tak berguna hanya ada di gudang itu? ternyata tidak. Ternyata tempat sementara perpustakaan ketika perpus masih direnovasipun bak gudang dengan berbagai barang yang terbengkalai. Siang itu pula saya dan pak Widodo menyambangi dan melihat. Sebagai orang baru, sebenarnya saya mikirnya pendek saja. Serahkan fakultas selesai. Biarlah perpustakaan memikirkan apa yang sekarang ada saja... :)

Ide segar lagi

Adalah pak Undang, yang senangnya guyon dan kadang konyol. Dia adalah rekan KKN sekaligus kuliah saya di S1 Kelas Khusus UIN Suka. Siang itu dia menyampaikan berbagai ide untuk perpustakaan. Salahs atunya adalah pembagian kerja shift. Pak Undang menganggap bahwa sekarang perpus sudah modern dan penggerak perpusnya banyak. Alangkah baiknya kalau buka sampai malam dan dibagi dua shift.
, ,

Hari pertama, setelah 7 tahun lebih di Geologi UGM...

Hari pertama saya di perpustakaan FT UGM saya mulai pada 3 Mei 2012. Pada tanggal 2 Mei 2012 saya resmi dilantik untuk menggantikan pak Purwono yang memasuki masa pensiun.
Sebenarnya berat meninggalkan Teknik Geologi UGM. Pada acara serah terima tersebut saya katakan bahwa saya mendapat banyak hal dari Teknik Geologi UGM meskipun pada awalnya saya merasa menyesal bekerja di Teknik Geologi UGM. Bahkan kepada pak Pri (Asisten Dekan bidang Sarana) saya katakan bahwa di Geologi UGM saya merasa diberi kebebasan berkreasi terkait perpustakaan. Inilah yang mungkin tidak didapatkan oleh rekan lain yang ada diperpustakaan jurusan lainnya pada lingkungan FT UGM.

Sore harinya, saya merasa sangat sangat "trenyuh" ketika Jurusan Teknik Geologi menyiapkan acara khusus untuk perpindahan saya sekaligus acara selamat datang untuk 2 karyawan baru. Satu untuk menggantikan saya, satunya lagi untuk menempati posisi arsiparis.
Pada acara itu, saya tekankan lagi bahwa awalnya saya menyesal bekerja di geologi ugm, namun ternyata ada banyak hal yang saya dapatkan di geologi ugm. Geologi UGM ibarat kawah candradimuka yang mendidik emosi, karakter juga skill.

Perpust FT UGM

Pada wilayah kerja baru ini, saya merasa ada hal yang berbeda. Selain saya adalah staff paling muda, saya juga diminta menjadi pemimpin mereka.
Saya berusaha terbuka. Memang ada banyak permasalahan baik sederhana maupun pelik ada di perpustakaan ini. Beberapa hal saya gali, dengan harapan ada yang bisa diselesaikan dan ada yang bisa dipercepat. Dipercepat dalam arti perpustakaan segera memberikan layanannya.
Ada seorang staff yang mengatakan sudah jenuh, 7 bulan tidak bekerja. Ah benar juga ya... bayangkan berbulan-bulan mereka menunggu gedung baru selesai direnovasi, setelah selesai ternyata masih banyak hal yang harus dibenahi alias belum selesai 100%.


Keterbukaan

Sebelum serah terima, ada sms masuk ke HP saya. Intinya mengundang saya pada acara ramah tamah dengan rekan-rekan karyawan perpustakaan FT UGM. Saat menerima sms itu, saya belum dilantik menjadi Pj Kepala Perpustakaan FT UGM.
Ketika saya sampaikan sms itu kepada istri, istri saya mengatakan bahwa itu wujud bahwa mereka benar-benar mengundang dan ingin ngobrol dengan saya.
Akhirnya saya terima dan pada 3 Mei 2012 siang, kurang lebih pukul 11.00 sd 13.00 saya dan rekan rekan pengelola perpustakaan FT UGM (mulai dari pustakawan sampai dengan petugas kebersihan) berangkat menuju Jambon Resto. Di sana kami ngobrol ngalor ngidul tentang perpustakaan FT dan segala pernak-pernik permasalahan serta idealismenya.
Tak disangka, ternyata antusiasme rekan kerja saya luar biasa. Banyak hal saya gali dari pertemuan singkat itu. Bahkan ada usulan yang akhirnya muncul dan banyak inisiatif muncul dari mereka.
Rekan kerja saya orang yang kreatif, tinggal memantik. Insyaallah setelah pantikan itu bekerja akan ada hasilnya. Sabar, tentunya dibutuhkan dalam hal ini. Jika ada masalah, tentunya wajar.
Karakter yang beragam, tentunya menjadi hal tersendiri yang harus diperhatikan, apalagi semuanya lebih sepuh dari pada saya. Selain peran mengarahkan, tentunya saya juga harus menjaga hati mereka sebagai orang yang lebih tua dari pada saya....

Sebenarnya saya masih ingin menahan untuk melontarkan ide saya, namun satu dua ide akhirnya muncul pada acara itu. Mulai dari adopsi model yang saya dapatkan di Jurusan Teknik Geologi UGM yaitu program briefing serta evaluasi berkala.

Ah... rekan kerja saya memang luar biasa.

Thursday 19 April 2012

Lyx to html dengan ELyXer

Elyxer adalah aplikasi yang dibangun untuk konversi dari Lyx ke html.
Saya beberapa kali menggunakan fitur lyx2html yang dimiliki lyx, namun sayang kurang memuaskan.

Saat SDD bulan Maret 2012, saya menemukan Elyxer. bagaimana Penggunaan Elyxer.

Menggunakan Lycid Lynx.
Saat SDD saya menggunakan Ubuntu LL, untuk instalasi dapat langsung dari paket, cukup


sudo apt-get install elyxer


(enter)

Penggunaannya juga cukup mudah, cukup mengetikkan


elyxer file.lyx file.html




Karmic Koala
Ketika di kantor, saya mencoba install di KK, ternyata di paket tidak tersedia. Terpaksa install manual


1. Ambil source code di http://download.savannah.gnu.org/releases/elyxer/
Pastikan dalam komputer anda ada program Phyton
2. Ekstrak file yang masih dikompress
3. Masuk ke direktori hasil ekstrak
4. # python install.py
5. Selesai.
Cara menggunakannya:
$ elyxer.py document.lyx document.html





selengkapnya:
http://elyxer.nongnu.org/
http://elyxer.nongnu.org/userguide.html

Wednesday 11 April 2012

, ,

Petisi: Hentikan Tradisi Kebijakan Penempatan Pegawai Bermasalah di Perpustakaan

http://sosbud.kompasiana.com/2012/04/10/petisi-hentikan-tradisi-kebijakan-penempatan-pegawai-bermasalah-di-perpustakaan/

Untuk kedua kalinya, citra perpustakaan sekolah diperburuk oleh kebijakan penempatan guru bermasalah di perpustakaan sekolah. Kasus terbaru di SMPN 26 Purworejo seperti yang diberitakan oleh Harian Suara Merdeka, 18 Maret 2012 dengan judul “Guru Pemukul Siswa Dibebastugaskan Mengajar”. Dalam berita tersebut Kepala Dinas P dan K Kabupaten Purworejo, menyatakan bahwa guru berinisial Ar yang melakukan penganiayaan terhadap siswa SMPN 26 Purworejo untuk sementara dibebastugaskan dari mengajar dan untuk sementara menjadi petugas perpustakaan. Tahun 2009, kasus yang sama terjadi di SMP Negeri 79 Jakarta, seperti yang dimuat di Koran Tempo pada tanggal 19 Januari 2009 dengan judul “Guru Penganiaya Siswa Dipindah Tugas ”.

Menyikapi kasus-kasus tersebut di atas, kami dari berbagai asosiasi pustakawan, lembaga-lembaga pendidikan Ilmu Perpustakaan & Informasi, lembaga-lembaga Perpustakaan Umum, Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Perguruan Tinggi, dan Perpustakaan Khusus dari berbagai daerah di Indonesia serta pustakawan-pustakawan dari berbagai penjuru Nusantara bersama Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia (APISI) sebagai lembaga pengembangan kepustakawan sekolah Indonesia menyampaikan keberatan terhadap kebijakan-kebijakan penempatan pegawai bermasalah di perpustakaan karena telah memberi citra buruk bagi perpustakaan sekolah sebagai tempat penghukuman.

Kebijakan-kebijakan penempatan pegawai bermasalah di perpustakaan merupakan bentuk kurang pahamnya para pengambil kebijakan di instansi-instansi yang mengelola bidang pendidikan tentang fungsi perpustakaan sekolah serta standar perpustakaan sekolah sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 25 Tahun 2008. Kasus ini, selain memberi citra buruk terhadap perpustakaan sekolah juga merupakan pelecehan terhadap profesi pustakawan.

Kami dari berbagai asosiasi pustakawan, lembaga-lembaga pendidikan Ilmu Perpustakaan & Informasi, lembaga-lembaga Perpustakaan Umum, Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Perguruan Tinggi, dan Perpustakaan Khusus dari berbagai daerah di Indonesia serta pustakawan-pustakawan dari berbagai penjuru Nusantara bersama APISI berharap di masa mendatang kasus-kasus serupa tidak terjadi lagi di sekolah-sekolah lain serta di semua jenis perpustakaan di Indonesia.

Secara tegas kami menyatakan:

“Hentikan tradisi kebijakan penempatan pegawai bermasalah di perpustakaan!”

Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia (APISI)
Alamat Sekretariat APISI
Jl. Dahlia No. 355A Rt 007/15 Serua Ciputat 15414
Telepon: 021- 94326925; 021-818155374; Faks: 021-746 37 522
Email: kotaksurat@apisi.org
Website: http://apisi.org/

Solidaritas Pustakawan Tolak Penempatan Pegawai Bermasalah di Perpustakaan
Ahmad Subhan 081 227 1955 77
lempoxe@yahoo.com
http://www.facebook.com/groups/solidaritaspustakawanindonesia

Petisi ini didukung oleh:

1. AC Sungkana Hadi (Pustakawan Utama Universitas Cendrawasih).
2. Acep Muslim (Pustakawan AKATIGA Bandung).
3. Achmad Djunaedi (Pustakawan PUSTAKA, Bogor).
4. Ade Heri Wibawa (Pustakawan SDN 2 Klampok Banjarnegara).
5. Adi Prasetyawan (Pustakawan UPN Veteran Jatim).
6. Aditya Nugraha (Perpustakaan UK Petra Surabaya).
7. Ahmad Subhan (Pustakawan IRE Yogyakarta).
8. Ahmadul Fajri (Riau).
9. Akhmad Syaikhu (Pustakawan PUSTAKA Bogor).
10. Ali Minanto (Pustakawan PolGov UGM).
11. Amy Lee (Pustakawan SMAN 3 Metro-Lampung).
12. Andang Liestyarini (Ujungberung).
13. Andres Amrulloh, S.Sos. (Bogor)
14. Andya Nur Cahyono (Pustakawan Unindra).
15. Any Fauzianie (Bandung International School).
16. Arie Nugraha (Dosen IP&I UI).
17. Arief Budiman (Alumni IP&I UNPAD).
18. Arif Surachman (Pustakawan FEB UGM).
19. Aris Maulana (Mahasiswa IP&I UI).
20. Arman Kurniadi (Jakarta).
21. Arsidi Ahmad (Pustakawan Sekolah Teladan, Pengurus ATPUSI Yogyakarta).
22. Asbahul Pajri Taslim (Pustakawan Universitas Dehasen Bengkulu).
23. Asep Saeful Rohman (Dosen IP&I UNPAD).
24. Bagus Ramdan (Konsultan Perpustakaan, Bandung).
25. Bambang Murdianto (Ungaran).
26. Bambang Setianto (Bojonegoro).
27. Banu Susanto (Pustakawan UNIMED).
28. Basya Zia (SDIT Luqman Hakim Yogya, Pengurus ATPUSI Kota Yogya).
29. Bayu Setya Pambudi, A.Md. (Yogyakarta).
30. Bondhan Endriawan (Pustakawan Univ. Negeri Trunojoyo Madura).
31. Christina Retno (Pustakawan, Bekasi).
32. Christina Tulalessy (Jakarta).
33. Christine Sadeli (Pustakawan Global Prestasi School, Jakarta).
34. Daud Saputra (Depok).
35. Dewi Apriliani (Bandung).
36. Dewi Puspitasari (Pustakawan UNAIR).
37. Dhama Gustiar Baskoro (Pustakawan UPH).
38. Dicky Ermandara (Sumedang).
39. Didik Witono (Surabaya).
40. Dimas Rizky Prasetio (Librarian Ruang Depan Gallery S.14).
41. Dimas Wahyu Nugroho (Pusat Dokumentasi HAM UBAYA).
42. Dina Isyanti (Pustakawan, Jakarta).
43. Dindin Catur Nur Putrianti (INTI College Indonesia).
44. Djoko Prasetyo (Purwokerto).
45. Dwi Novita Ernaningsih (Pustakawan UM).
46. Elfian Sumendap (Perpustakaan STA Tiranus, Bandung).
47. Elisabeth Sondang (Associate Librarian - JIS).
48. Endang Ernawati (Library and Knowledge Center Bina Nusantara University).
49. Endang Fatmawati (Kepala Perpustakaan FEB UNDIP).
50. Endang Fitriyah (Surabaya).
51. Endang Gunarti (Surabaya).
52. Endhar Priyo Utomo (Semarang).
53. Erizt Putra Kelana (Alumni IP&I UIN Sunan Kalijaga).
54. Etin Sumiyati (Sekretariat Wakil Presiden RI).
55. Evalien Suryati (Salatiga).
56. Fahma Rianti (Pustakawan STEI SEBI Sawangan Depok).
57. Faishal Hidayatullah (Mahasiswa Ilmu Perpustakaan Universitas Diponegoro).
58. Firman Edi (ATPUSI Riau).
59. Francisca Messakh (Sekolah Pelita Harapan Karawaci).
60. Galuh Paramita Swasti (Pustakawan UDINUS Semarang).
61. Gamma (Staff Library News TV ONE).
62. Gerri Mulyawandry (Labschool Kebayoran).
63. Halima Bustami (Pustakawan UNJ).
64. Hamid Mahmud Marrancang (Perpustakaan STAIN Parepare).
65. Hanna Latuputty (Pengurus Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia - APISI).
66. Hartanto (Sidoarjo).
67. Hastun Rifa’i (Wonogiri).
68. Hendriyanto (Kulonprogo).
69. Heni Feviasari (Pustakawan STEI Tazkia).
70. Heri Kurniawan (Pustakawan SMAN 1 Lendah Kulonprogo DIY).
71. Heriyanto (Pengajar Ilmu Perpustakaan di Semarang).
72. Herlina (UPT Perpustakaan IAIN Raden Fatah, Palembang).
73. Hertanto Eko, A.Ma.Pust (Pustakawan SD di Kab. Tegal).
74. Hijrah Fitriani (Pustakawan RSUP Fatmawati Jakarta).
75. Hilda Putong (Librarian, Head of Research Center Ssttintim Makassar).
76. I Gede Edy Purwaka (Staf Unit Capacity Development, Yayasan SATUNAMA Yogyakarta).
77. Ika Wulandari (Bandung).
78. Ikatan Alumni Ilmu Perpustakaan dan Informasi Sunan Kalijaga Yogyakarta.
79. Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII).
80. Imam Budi P (Binus Business School Librarian).
81. Imelda Nuralam Pakpahan (Pustakawan di Kementerian Kelautan dan Perikanan)
82. Imron Rosyadi (Pustakawan IAIN Walisongo Semarang).
83. Information Resource Center (IRC) Jakarta.
84. Irma Elvina (Perpustakaan IPB).
85. Irman Siswadi (Pustakawan UI).
86. Ishak Juarsa (Perpustakaan Sumatera Selatan).
87. Iskandar Said (Pustakawan Unhas Makassar).
88. Ismawati Setyaningsih (Pustakawan, Bekasi).
89. Iwan Prasetyo (Jakarta).
90. Iwan Tero (Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara).
91. Jajang Burhanudin (Pustakawan UIN Sunan Gunung Djati Bandung).
92. Jazimatul Husna Arba’i (Pustakawan FTM TL UPN ” V” Yogyakarta ).
93. Joko Bangun Nugroho (Pustakawan SDN Kabuaran, Prb, Kbm).
94. Jumadi (Grobogan-Purwodadi).
95. Jurusan Ilmu Informasi & Perpustakaan Fikom UNPAD.
96. Kalarensi Naibaho (Pustakawan UI).
97. Kemala Widya Paramita (Jakarta).
98. Klub Perpustakaan Indonesia (KPI).
99. Kurnia Utami (Perpustakaan UMS).
100. Latifah Wahyuni (Pustakawan SMPN 7 Magelang).
101. Leilla Claudya (Surabaya).
102. Lenny Florida Sitanggang (Pustakawan Sekolah Medan).
103. Lenti Sitorus (Pustakawan Khusus – Jakarta).
104. Lesdi suryadi said,S.IP, (Pustakawan SMAN 9 Kota Tangerang Selatan).
105. Lilies Fardhiyah (Bogor).
106. Lis Setyowati (FT UNDIP).
107. Lukman Budiman (Bogor).
108. Lulu Lucyana (Jakarta).
109. Luthfianti Makarim (Pustakawan, Jakarta).
110. M. Harfano A (Pustakawan SMP/SMA Sutomo 1, Medan).
111. Mamok Suparmo Paulus (Yogyakarta).
112. Mariyah (Pustakawan UI).
113. Maryani Septiana (Pustakawan Poltek Batam).
114. Maryulisman (Pustakawan UIN Jakarta).
115. Mat Sjafii (Pustakawan Unair).
116. Melkion Donald (Pustakawan Baperpusip Prov. Jatim).
117. Minanuddin (Forum Perpustakaan Khusus).
118. Misbah Munir (Banjarmasin).
119. Mochamad Ariyo Faridh Zidni (Pustakawan Konsultan/Independen/ Jakarta-Bogor).
120. Moh Rif’an SIP (Pustakawan MAN 2 Madiun).
121. Mohamad Aries (Depok).
122. Mohammad Luthfil Hakim (Pustakawan Fak. Saintek UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).
123. Muhammad Sholihin (Universitas Sebelas Maret).
124. Muhammad Tawwaf, S.IP.M.Si (Pustakawan UIN Suska Riau & Ketua PD IPI Riau).
125. Mujaini (Pustakawan Inspektorat Jenderal Kemenkeu).
126. Munawaroh (Perpustakaan STIE Perbanas Surabaya).
127. Murad Maulana (Pustakawan Bapusda Kab. Indramayu).
128. Muraro Bidami (Mahasiswa IP&I IAIN Raden Fatah Palembang).
129. Murtini Pendit (Pustakawan Senior).
130. Mustika Wati (Jakarta).
131. Musyawarah Kerja Pengelola Perpustakaan Sekolah (MKPPS) Kota Metro-Lampung.
132. Mutri Batul Aini ( Pustakawan Ditjen Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta).
133. Nasirullah Sitam (Alumni IP&I UIN Sunan Kalijaga).
134. Neni Trisnawati (Bogor).
135. Nina Purwani Istiana (Pustakawan UGM).
136. Nurma Baity Abidin, S.Hum (Perpustakaan SMKN 1 Tengaran, Kab.Semarang).
137. Nurul Hayati (JIP UIN Jakarta).
138. Ola Triana (Mahasiswa Ilmu Informasi & Perpustakaan Fikom Unpad).
139. Perpustakaan American Corners Indonesia.
140. Perpustakaan Antropologi Padjadjaran.
141. Perpustakaan Dbuku (Surabaya).
142. Perpustakaan UNIKOM (Bandung).
143. Prafita Imadianti (Mahasiswa Magister Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia).
144. Prakoso Bambang (Surabaya).
145. Prita Hw (Alumni IIP Unair, Founder Jaringan Insan Baca, Penulis).
146. Puti Asmarani (Mahasiswa Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
147. Quraisy Mathar (Dosen Ilmu Perpustakaan UIN Alauddin Makassar).
148. Rahmad Adhi Tama (Depok).
149. Rahmat Saputra (Depok).
150. Ratna Kriswijayanti (Perpusda Kab. Jepara).
151. Reni Siti Zachrani (Pustakawan Balitnak, Bogor).
152. Resty Jayanti Fakhlina (Dosen Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi IAIN Imam Bonjol Padang).
153. Retno Vian Rosika (Pustakawan SMP 8, Kota Batu).
154. Riana Mardina (Pustakawan UKRIDA).
155. Rika Mustikawati, S.Sos (Sukabumi).
156. Rini Yastuti (Semarang).
157. Rosita T (Perpustakaan HITS Tangerang).
158. Rotmianto Mohamad (Pemkab Magetan).
159. Salmubi (Perpustakaan B.J. Habibe Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar).
160. Samuel Tri Santoso (Pustakawan SMA WARGA Surakarta).
161. Sasadara Manjer Kawuryan (Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang).
162. Sekar Dinihari K. Wardhana (Ichthus School Jakarta South).
163. Shanti Maulani (Mahasiswa II&P Fikom Unpad).
164. Siti Nurningsih (Jakarta).
165. Sri Ati Suwanto (Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan UNDIP).
166. Sri Sulastri Prabowo (Bogor).
167. Sri Wulan (Pustakawan Biologi LIPI).
168. Sugeng Wahyu Ariyadi (Pustakawan Baperpusip Prov. Jatim).
169. Sulistiorini (Pustakawan Unair).
170. Sulistyo Basuki (Profesor Ilmu Perpustakaan & Informasi).
171. Supriyadi (Pustakawan STKIP MPL LAMPUNG).
172. Sushanty Chandradewi (Librarian The Japan Foundation, Jakarta).
173. Suzanna Katharina Mamahit (Universitas Ciputra Library).
174. Tan Kayen (Kedungwuni).
175. Tatang Pamungkas (Surabaya).
176. Taufik Hidayah (Pustakawan SMP Negeri 2 Maos,Cilacap).
177. Tri Hardiningtyas (Pustakawan UNS).
178. Trini Haryanti (Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia).
179. Umi Proboyekti (FPPTI DIY).
180. Verina Maria Oktaviane (Pustakawan Majalah SWA).
181. Vivit Wardah Rufaidah (PUSTAKA BOGOR).
182. Wahid Nashihuddin (PDII LIPI).
183. Wasli Andril Fajar (Mahasiswa Ilmu Perpustakaan UNAIR).
184. Wawan Darmawan (Mahasiswa Ilmu Informasi & Perpustakaan UNPAD).
185. Welmin Suharto (Pustakawan Universitas Brawijaya).
186. Wibowo Purnomohadi (Pendiri Grup Republik Pustakawan).
187. Wiji Lestari (Mahasiswi D3 Perpustakaan UNS).
188. Winda Hanifa (Mahasiswa IP&I).
189. Wuri Indri Pramesti (Sumedang).
190. Yanti Kustanti, A.Md., S.Sos. (Pustakawan SMA Negeri 3 Sidoarjo - Jawa Timur).
191. Yanto Dhiya’uddin (Mahasiswa S2 IP&I UIN Sunan Kalijaga).
192. Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia (YPPI).
193. Yoseva Silaen (Pustakawan Khusus).
194. Yournetty (Pustakawan Perpustakaan Umum LIA).
195. Yuli Asmini (Pustakawan dan Educator Komnas HAM Indonesia).
196. Yulianti Fajar Wulandari (Pustakawan Kementerian Kehutanan RI).
197. Yulianti Sodikin (Pustakawan Fikom Unpad).
198. Yusri Fahmi (Pustakawan STAIN Padangsidimpuan Sumatera Utara).
199. Yustin Ningsih (Jombang).
200. Zulianto Adi (Pustakawan Sekolah Alam Cikeas).