Monday 23 April 2007

Alternatif Aplikasi Open Source dan Free Software Terhadap Aplikasi Propertiery

sumber: http://www.hdn.or.id


Tabel daftar aplikasi ini akan saya update secara perlahan-lahan untuk bisa mendapatkan daftar aplikasi open source sebagai alternatif dari aplikasi propertiery. Bagi yang ingin turut berkontribusi, silakan tinggalkan pesan di ruang komentar. Semoga bermanfaat untuk semua.























































































































  Open Source & Freeware
Propertiery
Operating System  
Office Application PackOpenOfficeMS Office
Word ProcessingOpenOffice Writer, AbiWordMS Word
SpreadsheetOpenOffice CalcMS Excel
PresentationOpenOffice ImpressMS Powerpoint
Draw DiagramDIA, FreeMindMS Visio, Mindjet Manager
Graphics DesignGimp, InkscapeCorelDraw!, Freehand, Adobe Photoshop
Internet BrowserFirefox, OperaInternet Explorer (IE)
AntivirusClamwin, AVG Free Advisor, SoftlabsAV, avast! 4 Home Edition, Avira AntiVir, ClamAV, Comodo Antivirus, CyberHawk Basic, PC Tools Anti Virus Free EditionNorton Antivirus, McAfee, AVG Antivirus
Email ClientMozilla ThunderbirdOutlook Express
3D Modelling & AnimationBlenderAuto Desk 3D Max
Desktop PublishingScribusAdobe Pagemaker
Instant MessengerGaim, Yahoo Messenger, GoogleTalk 
Project Management ToolDotProject (web based)MS Project
ERPCompiere, ERP5SAP
Programming LanguagePHP, PerlASP
Integrated Development EnvironmentDev C++Visual Basic, Visual C++
Web ServerApacheIIS
Database ServerMySQL, PostgreSQL, 
Numerical ComputationScilabMathLab
GISMapWindow GIS 
Web DevelopmentOpenLaszloMS FrontPage, Dreamweaver

NB: Daftar Padanan Aplikasi Windows vs Linux di situs Romi Satria Wahono
NB lagi: Situs-situs penyedia open source dan free software:

  1. http://kambing.vlsm.org

  2. http://komo.vlsm.org (idem sama yg nomor 1)

  3. http://www.tigris.org/

  4. http://www.sourceforge.net/

  5. http://www.freshmeat.net/

Sunday 8 April 2007

, ,

Ngoprek Openbiblio

dari sekian banyak software otomasi perpustakaan, openbiblio merupakan salah satunya. Software ini dikembangkan oleh dave Steven. Sejak pertama kali muncul sampai sekarang OB ini telah mencapai versi 0.6.0. Dengan mengandalkan php sebagai scriptingnya, mysql sebagai databasenya dan apache sebagai web servernya, OB mampu memberikan kemudahan dalam pengelolaan koleksi perpusakaan. Tentunya berkaitan dengan pengelolaan koleksi hardcopy laiknya buku, majalah, jurnal dll.

Dari beberapa kali nginstall dan mengoperasikan, baik sebagai localhost maupun dalam web, saya berapresiasi sekali dengan OB ini. Selain mudah dalam hal instalasi, OB juga mudah dalam pengoperasian.

Saya kira untuk sekolah atau perpustakaan-perpustakaan kecil yang tidak begitu mampu untuk membeli software yang mahal-mahal, OB bisa menjadi alternatifnya. Selain sirkulasi kita bisa mendapatkan statistik yang lumayan banyak. Laporan statistik itu antara lain:
buku populer, buku terlambat, anggota terlambat, bikin surat keterlambatan, bikin barcode koleksi, nyari jumlah koleksi dll. Emmm,ternyata di OB juga ada menu pesan, asyiknya dengan menu ini memungkinkan sistem untuk memberitahu kita jika ada buku yang dipesan tapi akan dipinjam oleh orang lain. Selain itu scrip yang dibangun memberi kemudahan kita untuk mengontrol barcode yang telah kita masukkan. Jika ada barcode pernah ditulis dan di tulis kembali, OB akan menolak dan mengingatkan kita.... Asyik ya...

ViVa LiGOS -- Library go Opensource

silakan coba

Curiculum Vitae

PURWOKO





YM: purgeologi


Alamat: Sendowo F 145, Sleman Yogyakarta 55281






































Tempat, Tgl. Lahir:Gunungkidul, 18 Mei 1982

Jenis kelamin

:Laki-laki

Status pernikahan

:
Menikah (8 Agustus tahun 2008)


Alamat asal

:
Nglipar Kidul, Nglipar Gunungkidul Yogyakarta 55852

Pengalaman Manajerial
Sterring Committee dan Wakil Ketua umum Ramadhan Di Kampus Jama'ah Shalahuddin UGM 2003

Ketua Divisi Perpustakaan Jama'ah Shalahuddin UGM 2003

Sekretaris Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan Akbar Jama'ah Shalahuddin UGM 2002

Koordinator Bedah Buku Ramadhan Di Kampus Jama'ah Shalahudin UGM 2002

Pemimpin Sidang I Kongres Forum Komunikasi Mahasiswa Perpustakaan Indonesia 2002

Koordinator KKN Tematik Relawan Gempa Kelompok ISI dan Semail, UIN Sunan Kalijaga 2006

Sekretaris pada Workshop "One Day Workshop on LIS research methods" Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga 2007
Pelatihan dan Kursus
Training Kepemimpinan tingkat I, II & III Jama'ah Shalahuddin UGM 2002-2004

Diklat Desain dan Pemrograman Web (Lembaga Pendidikan SMILE Group) Maret-Mei 2006

Pelatihan Komputer di PPTIK

Pelatihan jaringan di PPTIK

Pelatihan/Kursus Jaringan di Smile Groups

Pelatihan Bahasa Program di BITS Training Centre

Kursus Bahasa Inggris di English Link 2005
Pengalaman Kerja

PKL di Perpustakaan Teknik UGM (2003)

Magang Kerja di Perpustakaan FISIPOL UGM (maret-juni 2004)

Pustakawan di Teknik Geologi UGM (juli 2005 รข€“ sekarang)

Instruktur Pelatihan Otomasi untuk Mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga

Instruktur Pelatihan Perpustakaan Pondok Pesantren di UIN Sunan kalijaga (Januari/Maret 2008)

Fasilitator Pelatihan Perpustakaan Program ASKADOL/PSKP UGM

Salah satu tim dokumentasi Software Opensource untuk Perpustakaan 'Senayan'

Instruktur Pelatihan Software Senayan di acara MagelangAksara Vaganza
'

Instruktur Pelatihan Software senayan di UNS Surakarta'
Instruktur Pelatihan Software senayan yang digelar Perpustakaan Kota Magelang'
Instruktur Pelatihan Web 2.0 Untuk pustakawan UGM (14 Mei 2009)'
Fasilitator Sosialisasi Software Senayan untuk Pustakawan SMU/MA kota Temanggung (16 Mei 2009)'
Fasilitator Workshop Pengelolaak Aset Digital, yg diselenggarakan UPU Perpus UGM dan S2 MIP UGM di MM UGM (30 Mei 2009) '
Pembiacara Talkshow "Senayan" di Festifal Komputer Indonesia JEC Yogyakarta (13 Juni 2009)
Fasilitator Pelatihan Pengelolaan Aset Digital Fakultas Filsafat UGM (19 Juni 2009)'
Fasilitator Pelatihan Otomasi Perpustakaan "Senayan" yang diselenggaraan FISIPOL UGM (18 Juli 2009)
Fasilitator Pelatihan Instalasi SIPPUS UGM (16 Oktober 2009)
Fasilitator Pelatihan Otomasi Perpustakaan "Senayan" yang diselenggaraan UIN SUnan Kalijaga (November-Desember 2009)
Fasilitator Pelatihan Blog untuk Mahasiswa Kedokteran Gigi UGM
Pembicara Seminar "SLiMS: Library System for Library Freedom" yang diselenggarakan perpustakan Daerah Sleman (29 Juli 2010) di Grha Sarina Vidi Yogyakarta
Instruktur Bimbingan Teknis SliMS untuk Pustakawan BAPETEN Jakarta (21 Oktober 2010)
Instruktur TOT Garba Rujukan Digital (GARUDA) untuk Pustakawan DIY, diselenggarakan oleh FPPTI DIY, 13 Oktober 2010
Fasilitator Pelatihan SLiMS di Universitas Dian Nuswantoro Semarang, diadakan oleh Perpustakaan Daerah Semarang tanggl 10 November 20100
Fasilitator Pelatihan SLiMS untuk SMK RSBI Yogyakarta di PPTIK UGM, diselenggarakan oleh Dikpora DIY dan UPU Perpustakaan UGM tanggal 1-5 November 2010
Fasilitator Pelatihan SLiMS untuk SMA RSBI Yogyakarta di PPTIK UGM, diselenggarakan oleh Dikpora DIY dan UPU Perpustakaan UGM tanggal 22-23 Desember 2010
Fasilitator pelatihan SLiMS di UNS, 29 Desember 2010




Kualifikasi tambahan




Menguasai aplikasi MS Office, Open Office


Web master (bersama Rachmad Resmiyanto www.rachmadr.web.ugm.ac.id ) untuk Simposium Geologi Internasional : The 8 th Field Wise Seminar on Geological Engineering Field -- The 3 rd International Symposium & Exhibition on Earth Resources and Geological Engineering Education Gadjah Mada University August 2006 ( www.fws.ugm.ac.id )

Web Master untuk web pribadi Dr. Heru Hendrayana ( www.heruhendrayana.staff.ugm.ac.id )

Web master Gempa Jogja untuk Teknik Geologi UGM ( www.fws.ugm.ac.id/disaster/ )

Web master Teknik Geologi UGM ( www.geologi.ugm.ac.id ), Forum Diskusi Teknik Geologi UGM ( www.geologi.ugm.ac.id/forum ), dan Webite Himpunan Maasiswa Teknik Geologi UGM ( www.geologi.ugm.ac.id/hmtg )



Minat Kajian


Perpustakaan Islam

Manajemen Perpustakaan

Perpustakaan Digital

Aspek Sosial Perpustakaan

Islamisasi Sains







Riwayat Pendidikan



(on going) S2 Manajemen Informasi dan Perpustakaan UGM
S1 pada jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Diploma III Manajemen Informasi dan Perpustakaan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, (2004)
SMK 1 Wonosari, Gunungkidul Yogyakarta, Jurusan Manajemen Bisnis, (2000)
SLTP 1 Nglipar, Wonosari Gunungkidul Yogyakarta, (1997)
SD Inpres Sumberjo, Nglipar Gunungkidul (1994)




Tips Goggling

Googling Tips
(di copy pastekan dari Tips yang ada di Intranet Perpustakaan UGM)

( Semua teknik ini dapat dibaca di: Google ). Cara-cara ini adalah mengusahakan agar google menampilkan hasil yang se-spesifik mungkin, sesuai dengan kata kunci kita.

* Tips 1: Penggunaan biasa dan penggunaan Pencarian Canggih/Advanced Search

Tips pertama adalah penggunaan google biasa. Memasukkan kata kunci yang kita cari. Untuk mencari hasil yang lebih spesifik, dapat menggunakan Advanced Search/Pencarian Canggih

* Tips 2: Menentukan Urutan Kata Kunci

Untuk kata tercari yang berurutan (atau disebut frasa), gunakan teknik tanda kutip :
Misal: <strong>"orang gila"</strong>
Anda juga dapat menggunakan lebih dari 1 kelompok frasa

* Tips 3: Menentukan Format File

Untuk format/jenis file tertentu, anda dapat menambahkan kata
[katatercari] filetype:formatfile atau
[katatercari] .formatfile
contoh :"perpustakaan digital" filetype:pd
atau "teknik jaringan" .pdf

dengan menggunakan cara ini maka file yang akan ditampilkan adalah hanya file-file dengan format yang anda tentukan saja.

Selanjutnya untuk format file anda dapat memilih seperti daftar di bawah ini:

o Microsoft Word Document => .doc
o Portable Document Format => .pdf
o Microsoft Power Point Slide => .pps
o Microsoft Power Point Presentation => .ppt
o Microsoft Excel => .xls
o Text Format => .txt
o Rich Text Format => .rtf
o Compiled HTML Help Modules => .chm
o dll sesuai dengan extensi file


Coba anda ketikkan dalam google search bar kata kata ini:
ayam jantan filetype:doc

Namun anda jangan berharap dapat menemukan file berformat .mp3, wav atau file audio dan video dengan cara ini. Google telah melakukan block untuk jalan ini untuk menghindari pembajakan. Namun anda masih dapat menemukannya di situs pencarian Altavista.com
Tapi dengan google pun kita masih bisa menemukannya dengan tips yang akan dijelaskan di bawah nanti.. ;)

* Tips 4: Menentukan judul File
Anda juga dapat menentukan judul file yang anda cari, dengan menambahkan kata-kata

intitle:katakunci

Begini contohnya: intitle: "menjelajah ruang angkasa"
Kata intitle dapat diganti dengan allintitle

* Tips 5: Menentukan definisi suatu istilah
Gunakan kata define:kata yang dicari untuk menentukan istilah tertentu. Maka google akan mencarikan situs yang mendefinisikan istilah tersebut.
Contoh: define:schizophrenia


* Tips 6: Mengalokasikan pencarian pada lokasi tertentu

Mengalokasikan pencarian pada situs tertentu bisa dilakukan dengan cara berikut:
o Jika situs tempat pencarian sudah jelas nama hostnya
Anda dapat menggunakan kata site:kata yang di cari

Contoh:lumpur panas site:detik.com

o Jika nama situs masih samar
Gunakan kata inurl:kata yang dicari

Contoh: inurl:ugm.ac.id

* Tips 7: Memanfaatkan index suatu direktori dalam suatu host web server
Teknik ini memanfaatkan suatu direktori webserver dengan open permission pada suatu situs yang terindeks oleh google. Anda juga dapat mencari musik, buku, video, iso, dan lainnya disini ;) Hip Huraa
Apa jadinya pada halaman google jika kita lakukan pengetikan seperti ini?

intitle: "index of" mp3 "bryan adam"

Ya, kita bisa menuliskan intitle:"index of"kata tercari
Kata tercari itu bisa anda isikan:
o iso
o ebook atau book
o mp3, atau wav atau mp3g atau avi atau audio dll
o tgz, rar dll


* Tips 8: Memanfaatkan cache Google untuk death page

Death page adalah halaman yang sudah tidak ada/sudah terhapus atau berganti, namun masih terindeks oleh google sebagai halaman utuh. Cirinya adalah jika kita cari, google bisa mendapatkan result terhadap halaman itu, namun halaman tersebut tidak bisa dibuka.
Dengan demikian kita bisa memanfaatkan salinan. Dengan demikian kita akan mengambil lagi halaman tersebut yang tersimpan di google.
,

Library Opensource

Banyak yang gratis kok......

Perkembangan teknologi ternyata berimbas luar biasa pada software yang diperuntukkan pada perpustakaan. baik itu otomasi maupun pengelolaan sumberdaya digital.ร‚ Namun demikian banyaknya software ini tidak dibarengi oleh kemauan para pengelola perpustakaan untuk "ngoprek" software yang ada dan berlisensi GPL ini.

Malahan kebanyakan pengelola perpustakaan berlomba-lomba membeli ke berbagai vendor.
Kenapa harus beli? dengan software opensource kita bisaร‚ mengambil, memodifikasi,ร‚ dan membagi kepada orang lain. Banyaknya Forum diskusi untuk pengembangan software tersebut juga bejibun.

jadi kenapa pusing... viva LiGOS, Library go Opensource...!!!

Kontrol istilah

Ada sebuah cerita, cerita ini saya adopsi dari sebuah pertanyaan dari seorang rekan di luar kota, mahasiswa Ilmu Perpustakaan yang mengambil skripsi tetang kontrol bahasa/istilah. Secara umum, begini ceritanya:

Ada penulis bernama Annisaร‚  Rahmawati, sampai dengan tahun 2000 dia telah menulis 10 buku.ร‚  Pada tahun 2002,ร‚  dia dipersunting oleh seorangร‚  laki-laki bernama Rachmad Bahari. Karena pernikahan ini maka Annisa Rahmawati mengganti namanya menjadi Annisa Bahari.ร‚  Pada perkembangnnya, karena sangat kreatifnya si Annisa ini, dia menghasilkan 20 buku lagi danร‚  telah diterbitkan. Buku-bukunya sangat laku di pasaran, selain karena isinya yang ringan dan memikat, juga gaya bahasanya yang mudah di pahami oleh si pembaca mulai dari remaja sampai dewasa. Maklum buku-buku yang dihasilkannya merupakan buku-buku novel yang cukup nyaman dibaca oleh orang-orangร‚  remaja sampai dewasa.

Satu ketika ada seorang fans-nya, yang mengagumi tulisan-tulisannya, dan selalu membeli buku-buku karyanya, sampai dengan tahun 2001. Di kampusnya dia isengร‚  searchingร‚  koleksi di katalog perpustakaan. Mengecek karya sang penulis pujaan. Dia ketikkan Annisa Rahmawati, kemudian dia ENTER.

Kaget betul ketika dia menemukan ada 30 record yang muncul di layar komputer.ร‚  Ada 20 judul yang belum dia miliki.ร‚  Namun dalam hati dia bertanya รข€ล“Kok dari 30 record ada 20 judul yang tertera dengan penulis Annisa Bahari?รข€. Padahal dia menuliskan Annisa Rahmawati.

Sejurus kemudian dia klik link DETAIL pada record pertama pada judul koleksi yang belum dia miliki. Ternyata ada data tambahan Annisa Rahmawati

Selidikร‚  punya selidik, dia kemudian mengetahui jika si Annisa Rahmawati telah menikah dan mengganti namanya dengan Annisa Bahari, mengikuti nama suaminya.


รข€ล“Berapa jumlah record yang muncul ketika mahasiswa itu mencari dengan kata kunci Annisa Rahmawati?รข€ merupakan pertanyaan yang dilontarkan kepada saya waktu itu. Terus terang cukup mengernyitkan dahi waktu akan menjawabnya. Saya berfikir cukup serius.

Kontrol bahasa, atau kontrol istilah, memang harus diperhatikan bagi para pustakawan.ร‚  Bagaimana kita mampu menerka seperti apa kira-kira seorang pencari informasi akan mencari dan dengan kata kunci apa saja kiranya mereka menelusur.

Banyak istilah yang berpasang-pasangan, dan sama dalam hal artinya.ร‚  Baik dalam satu bahasa, maupun dalam lain bahasa. Carbonat misalnya, dalam bahasa indonesia ditulis karbonat.ร‚  Dalam tesaurus, kata-kata ini, jika mempunyai persamaan arti maka harus dipilih salah satu. Sholat dan sembahyang, dalam tesaurus islam dipilih sholat, karena ini lebih umum digunakan. Sholat Istisqo, merupakan nama sholat untuk sholat yang dilakukan untuk meminta hujan.ร‚  Istisqo lebih dipilih dari pada istilah Sholat Minta Hujan.

Dalam tesaurus, kita di beri pedoman istilah mana yag mesti kita pilih. Yang mana istilah ini akan sangat membantu dalam meningkatkan kualitas penelusuran informasi.

Perkembangan teknologi informasi membawa perubahan besar pada sendi-sendi keidupan manusia. Kegiatan manual dialihkan kepada kegiatan terautomasi. Mesin, dalam hal ini teknologi mengambil perananan penting dalam kehidupan manusia.

Demikian juga diperpustakaan. Berbagai bentuk mesin dan berbagai variannyaร‚  muncul untuk memudahkan kegiatan kepustakawanan. Mulai dari administrasi perpustakaan, pencarian koleksi, sirkulasi koleksi, sampai dengan alih media koleksi perpustakaan.ร‚  Semua tidak bisa dengan begitu saja di ceraikan dari teknologi, terutama teknologi informasi.

Authotiry control, khususnya kontrol bahasa/istilah dalam inputร‚  metadata koleksi perpustakaanpun juga terkena imbasnya. Jika memang teknologi informasi memegang peranan penting, lalu bagaimna nasib istilah-istilah dalam tesaurus, seperti contoh diatas.
Dalam konteks TI (sebutan untuk teknologi informasi), khususnya dalam program/software penelusuran,ร‚  maka tidak ada lagi kata terpilih (prefered terms) dan kata tidak dipilih (non-prefered terms). Jika sebuah kata, istilah baik itu dalam kata kunci maupunร‚  dalam judul, jika kesemuanya terindeks dalam sistem, maka semuanya menempati posisi yang sejajar.ร‚  Semakin banyak istilah yang dipakai untuk mewakili isi, maka semakin mudah record tersebut ditemukan.

Dalam koleksiร‚  Islam, ketika kita ketikkan sembahyang, maka data yang memuat sholatpun juga akan dimunculkan.ร‚  Sehingga permasalahan yang ada adalah pada pemakaian bahasa asing atau bahasa indonesiaร‚  (dari sudut pandang indonesia), bahasa asing (inggris) atau bahasa asli, juga bahasa asli atau sinonimnya.ร‚  Tentunya kita tidakร‚  dapat menerka begitu saja, dengan apa seorang pemakai perpustakaanร‚  akan mencari koleksi yang diinginkan. Maka itulah, istilah yang mewakili dokumen perlu kita cantumkan pada waktu entri data.

Mempelajari teknisnya dengan CDS/ISIS
CDS/ISIS, merupakan jenis database yang tua dan populer dalam kegiatan perpustakaan. Pola pencarian database ini dapat dilakukan dengan logika Boelan (Boelan Logic), selain itu programnya yang di sebar secara bebas turut memberi andil dalam pengembangan automasi perpustakaan.

Untuk mempelajari kontrol istilah di atas, kiranya menarik jika dalam pengajaran (kuliah) ilmu perpustakaan diberikan dengan demo. Tidak melulu konsep dan teorinya saja. Contohnya dengan CDS/ISIS. Dalam kasus cerita diatas, seorang dosen mengentry data dalam database CDS/ISIS, kemudian di indeks, dan dilakukan demo pencarian. Maka diharapkan mahasiswa akan lebih memahami konsep-konsepnya dengan mudah.

Kenapa CDS/ISIS?, dengan database ini, dapat diperlihatkan kepada mahasiswa pola pencarian dengan 2 jalan, pertama search, kemudian browse. Dengan search, maka diasumsikan sipencari informasi sudah mengetahui kata kunci apa yang hendak digunakan untuk mencari koleksi. Di dalam pendefisinisian kata kunci ini dapat pula diikuti dengan logika Boelanร‚  (or, not, and). Selain itu dengan pencarian dengan browse. Dengan cara ini dapat diperliatkan kepada mahasiswa daftar istilah yang diindeks oleh sistem. Kan kita liat bagaimana sejajarnya posisi kata/istilah ini.

Perpustakaan Klaster:

Sejarah telah mencatat bahwa perpustakaan merupakanร‚  sebuah entitas yang tidak bisa di nafikkan dalam mendukung kemajuan intelektual sebuah komunitas.ร‚  Setidaknya ini ditunjukkanร‚  oleh Harun al-Rasyid yang membangunร‚  Khizanah al-Hikmah. Khizanah al-Hikmah iniร‚  lebih dari sekedar perpustakaan, namun juga merupakan pusat penelitian.ร‚  Khizanah al-Hikmah yang kemudian oleh al-Makmun diubah namanya menjadi Bait al-Hikmah pada tahun 815 M, yang pada masanya telah menyangga berbagai kegiatan ilmiah. Selain perpustakaan dan penelitian, juga semagai tempat kegiatan studi, riset astronomi dan matematika.
Pada masa-masa ini pula, banyak orang sudah tahu, bahwa telahร‚  lahir ilmuwan-ilmuwanร‚  modern. Ilmuwan dalam bidang theologi dan juga ilmuwan dalam bidang ilmu umum.
Sebagai contoh Ibnu Sina (Avicenna), yang merupakan seorang ahli kedokteran dan juga seorang folosof. Dengan buku terkenalnya, Al-Kanun (di dunia barat dikenal dengan The Canon) namanya dikenal dunia, dan bukunya telah dijadikan rujukan ilmu kedokteran selama berabad-abad.
Ilmuwan pada masa ini merupakan ilmuwan yang menguasai jenis keilmuwan spesifik dan yang pantas dicatat adalah juga menguasai aspek dasar sebuah ilmu. Jika kita perhatikan lebih jauh maka ilmuwan pada masa ini juga merupakan seorang filosof. Selain itu penguasaan ilmu lain yang mendukung ilmu utama yang dikuasai juga sangat menonjol.
Uraian di atasร‚  merupakan sedikit contoh perkembangan keilmuan yang ada di dunia timur. Di Yunani kita kenal Aristoteles, yang dianggap sebagai orang yang pertama kali mengumpul, menyimpan dan memanfaatkan budaya masa lalu, sebagai embrio perpustakaan.ร‚  Selain Aristoteles terdapat Callimachus yang menyusun bibliografi sastra Yunani sebanyak 120 Jilid.



Perpustakaan universitas, yang banyak orang menyebutnya sebagai jantung universitas, merupakan salah satu penyangga kegiatan keilmuan dalam universitas. Peran vital perpustakaan universitas adalah pendukung pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, sebagaimana dikenal dengan Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat.
Universitas internasional, pada dasarnya adalah universitas yang dikenal oleh dunia internasional. Kenalnya dunia internasional atas sebuah universitas bisa dilihat dari kualitas out put universitas, baik itu lulusan maupun penelitian dari para mahasiswa atau dosen.
Dalam kaitannya dengan jangkauan universitas untuk menjadi universitas bertaraf internasional, maka tidak bisa diingkariร‚  bahwa perpustakaanpun wajib membenahi diri didalam merealisasikan capaian ini.
Aspek pelayanan, fasilitas, promosi dan desiminasiร‚  informasi merupakan sebuah kegiatan yang sudah selayaknya dilakukan oleh perpustakaan universitas. Pelayanan yang menitikberatkan pada aspek kepuasaan user, fasilitas yang memudahkan user,ร‚  promosi layanan dan desiminasi informasi penelitian yang dihasilkan, adalah aspek wajib yang dilakukan perpustakaan. Dengan tanpa bermaksud mengesampingkan aspek teknis dan mekanis diatas, maka sesungguhnya konseptualisasi bentuk perpustakaan yang paling sesuai dalam pengembangan ilmu dan mendukung universitas internasional itulah yang harus rumuskan.
Universitas merupakan lembaga pendidikan yang mencakup berbagai bidang keilmuan, baik eksak maupun sosial. Hal ini tentunya akan berlainan dengan institut atau sekolah tinggi, yang hanya mengampu satu subyek ilmu saja. Aspek keuniversalan di universitas inilah yang kemudian harus di pahami, tidak terkecuali oleh perpustakaan.
Keuniversalan ilmu di universitas, berimplikasi pula pada pengembangan dan interaksi antar ilmu yang ada. Sudah selayaknyalah dikotomi-dikotomi dan pembatasan-pembatasan antar ilmu di minimalisir. Hal ini tentunya tidak lain adalah dalam rangka pengembangan ilmu itu sendiri.
Dalam kenyataannya selama ini berbagai disiplin ilmu selalu ada limitasi, ada batasan, sekatร‚  atau tembok besar dan tinggi yang sulit untuk ditembus. Hingga akhirnya ketika ada dua orang dengan disiplin ilmu yang berbeda mengkaji suatu masalah, maka akan ada dua penyelesaian dan pandangan yang berbeda pula. Ini merupakan jebakan diferensiasi ilmu yang harus di ketahui bersama.

Bertolak dari hal tersebut maka sesungguhnya bagaimana bentuk perpustakaan, dalam hal ini perpustakaan universitas dalam rangka mendekatkan berbagai disiplin ilmu itu?. Pertanyaanร‚  ini merupakan pertanyaan mendasar, bila yang diinginkan adalah output hasil pendidikan yang mumpuni. Mumpuni dalam arti mampu melihat persoalan, kaitannya dengan riset yang komprehensif dengan pendekatan interdisipliner.


Perpustakaan klaster, sebuah usulan
Diakui atau tidak pada masa sekarang ini, perpustakaan perguruan tinggi, pada umumnya masih menutup diri untuk paraร‚  pemakai dari luar institusinya. Sebut saja perpustakaan fakultas A, akan memberlakukan persyaratan tertentu untuk pemakai dari luar fakultas A. Hinggaร‚  kadangkala watu yang dihabiskan untuk mengurus administrasi lebih lama dibanding untuk mendapatkan beberapa informasi yangร‚  ada di perpustakaan.
Jelas, realita seperti ini sangat tidak mendukung percepatan perkembangan ilmu pengetahuan. Karena sesungguhnya ketika semakin mudah orang memperoleh suatu informasi, maka semakin cepat pula seseorang dalam mengembangkan suatu ilmu. Selain itu gesekan-gesekan antar ilmu juga akan menambah khasanah keilmuan.
Sebut saja, interaksi antara ekonomi dan fisika ternyata melahirkan ekonofisika. Hal ini bukan kemudian mengaburkan sekat dan kemerdekaan ilmu satu dengan yang lain, namun dengan รข€ล“perkawinanรข€ antar ilmu ini justru akan ada pandangan-pandangan yang lebih komprehensif dalam penyelesaian sebuah permasalahan. Selain itu bagaimana konsep stratigrafi dalam ilmu geologiร‚  ternyata mampu digunakan untuk mendekati konsep-konsep manajemen strategis. Ini merupakan contoh nyata bahwa interaksi ilmu merupakan hal yang tidak boleh ditawar-tawar lagi.
Dengan banyaknya fakultas dalam perguruan tinggi, dapat kita anggap bahwa spesialisasi ilmu sudah sedemikian besar. Hal ini belum terhitung dengan jurusan dan program studi dalam fakultas yang bersangkutan, yang manaร‚  hampir tiap-tiap fakultas hingga jurusan mempunyai perpustakaan. Sesungguhnya, berbagai fakultas yang ada ini bisa dikelompokkan pada beberapa klaster, dengan mempertimbangkan keterkaitan ilmunya.
Sebut saja klaster Sosial-Humaniora yang terdiri dari Hukum, Sosial Politik, Ekonomi, Ilmu Budaya, Filsafat, Psikologi. Klaster Kesehatan yang terdiri dari Kedokteran Umum, Kedokteran Gigi, Farmasi.ร‚  Serta klaster Teknik dan Sains yang terdiri dari Teknik dan MIPA. Pengelompokan ini bukanlah pengelompokan final, karena interaksi ilmu bisa saja berjalan tidak terduga sebelumnya.
Dari klaster yang ada, kemudian ditarik garis lurus untuk model perpustakaan. Artinya perpustakaan yang ada bukan perpustakaan fakultas namun perpustakaan klaster. Tiap klaster mempunyai perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat klasternya dengan tetap tidak menutup kemungkinan dari klaster lain untuk dapat menggunakan perpustakaan tersebut. Dengan model ini maka interaksi ilmu akan lebih intensif. Berbagai gesekan-gesekan ilmu yang diakibatkan oleh interaksi ini akan muncul. Justru keadaan ini menjadi pemicu perkembangan ilmu.

++++

Pada level Universitas, akhirnya dengan konsep perpustakaan klaster ini terdapat perpustakaan sesuai dengan jumlah klaster yang disepakati di universitas. Pemakai utama dari perpustakaan ini adalah mahasiswa, dosen, peneliti, tenaga administratif dari anggota klaster, dengan tidak menutup untuk dari klaster lainnya.
Bagaimana dengan perpustakaan universitas? Konsep perpustakaan universitas pada umumnya adalah menampung koleksi-koleksi yang bersifat umum, sehingga diharapkan berbagai kalangan lintas fakultas bisa mengaksesnya. Dengan konsep klaster ini, maka diidealkan perpustakaan universitas meleburkan diri, dan menyerahkan koleksinya pada klaster-klaster yang ada. Peranร‚  kepala Perpustakaan, akhirnya adalah sebagai pengelola atas perpustakaan klaster yang ada.


Mendukung interaksi ilmu
Konsep perpustakaan klaster, akan mendekatkan dan mendukung interaksi ilmu. Perpustakaan klaster yang menampung berbagai koleksi dengan berbagai subyek yangร‚  saling berhubungan tentunya pada dataran proses akan mengakibatkan gesekan-gesekan antar ilmu.
Sebagai contoh, pada klaster kesehatan, akan terlihat jelas dengan dimungkikannya seorang calon dokter atau pekerja kesehatanร‚  memahami pula aspek ke-farmasian. Demikian pula pada klaster teknik-sains. Seorang mahasiswa teknik sipil dapat juga memahami lebi mendalam tentang aspek kegeologianร‚  dalam kaitannya dengan teknik sipil. Interaksi ilmu ini pula yang akan mempercepat dan meningkatkan kualitas sebuah penelitian. Dengan intennya ilmu berinteraksi maka akan dimungkinkan adanya penelitian yang berjalan tidak timpang, yang akhirnya meningkatkan kualitas penelitian. Ketidak timpangan disini adalah dengan dimudahkannya akses atas referensi yang ada, baik karena tempat yang dekat maupun semakin banyaknya orang yang menguasai suatu bidang ilmu tertentu dalam ruang yang sama pula.

Efisiensi sumberdaya
Dengan perpustakaan klaster, maka sebagaimana saya tuliskan diatas, Kepala Pepustakaan menduduki peran pengelola atas perpustakaan klaster yang ada. Pengelolaan disiniร‚  termasuk penyeragaman aturan yang ada pada tiap perpustakaan klaster. Peraturan yang ada diharapkan bisa mendukung interaksi ilmu pada klaster yang ada dan bahkan interaksi ilmu antar klaster. Sumberdaya yang ada pada perpustakaan pusat bisa dialihkanร‚  sebagai pustakawan di tiap klaster. Pemindahan pustakawan inilah yang diharapkan akan menjadi subyek spesialis dalam bidang ilmu di klaster tertentu.

Kemudahanร‚  pada pengguna
Kecenderungan pengguna perpustakaan,ร‚  selalu membutuhkan koleksi lain yang juga mendukung kegiatan perkuliahannya. Seorang mahasiswa teknik fisika tentunya juga membutuhkan literaturร‚  tentang fisika dan ilmu murni lain. Mahasiswa kedokteran juga membutuhkan koleksi kefarmasian. Mahasiswa ekonomi menbutuhkan buku-buku sosial. Dengan konsep klaster ini maka kemudahan itu akan didapatkan. User dari perpustakaan sebuah klaster akan mudah menemukan koleksi lain yang dibutuhkannya, dimana keadaan ini akan sulit ditemukan ketika perpustakaan masih dalam konsep fakultas.

PERS, MEDIA DAN PENGARUHNYA

<em>ditulis tahun 2002</em>


LATAR BELAKANG
Media merupakan alat atau sarana yang digunakan untk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. (Hafied Cangara, 2002). Sedangkan informasi merupakan sesuatu yang bernilai dan bermanfaat yang berbentukร‚  tulisan maupun rangkaian kata-kata serta menginterpretasikan sesuau hal.
Media dapat di kategorikan dalam beberapa hal, yaitu media antar pribadi, media kelompok, media publik sereta media massa.
Media antar pribadi. Media ini bisa berbentuk surat, telepon, ataupun kurir yang mengantarkan informasi tersebut.
Media kelompok merupakan sarana untuk menemukanร‚  orang-orang dalam kelompok uintuk saling berinteraksi. Media ini bisa berupa seminar, konferensi serta rapat-rapat tradisional yang sering kita temukan didesa-desa dengan berbagai nama.
Media publik, merupakan media yang mempertemkan banyak orang (massa) yang berinteraksi langsung.ร‚  Media ini bisa berupa rapat akbar,ร‚  dialog publik, kampanye.
Media massa memainkan peran untuk menyampaikan informasi pada orang (massa) yang tersebar tak tidak diketahuiร‚  dimana meraka berada.ร‚  Madia ini berupร‚  surat kabar, film, televisi , dan radio.ร‚ ร‚  Media ini bersifat melembaga, satu arah, meluas dan serempak, memakai alat, dan terbuka.
Dalam memahami tentang media dalam suatu komunitas maka kita tak bisa lepas dari apa yang sering disebut pers. Pers merupakan usahaร‚  dari alat komunikasi massa untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat akan penerangan, hiburan, keinginan untuk mengetahui berita yang telah/akan terjadi di sekitar mereka khususnya dan dunia umumnya (Drs. Taufiq, 1997). Diskripsi pers pun dibedakan menjadi dua. Pers dalam arti sempit yangร‚  didalamnya termasuk suratkabar (mingguan, harian..),ร‚  majalah yang tercetak dan diterbitkan. Sedangkan dalam arti luasร‚  termasuk radio, televisi, film.
Sedangkan media berfungsi untuk menyampaikan gagasan masyarakat (Satjipto Raharjo, 1998)
Paus Leo XIIIร‚  memandang pers sebagai alatร‚  perantara massa gereja, penolong vitalitasร‚  kesegaran, keadilanร‚  kebenaran kembali ajaran agama waktu itu. (Prof, Umar Seno Adji, 1977).
Berbicara tentang pers di Indonesia,ร‚  Abdurrahman Surjomiharjo (1980) menyebutkanร‚  bahwa sejak awal pertumbuhannya pers di Indonesia mencerminkanร‚  struktur masyarakat majemuk dengan berbagai golongan penduduk. Golongan penduduk tersebut adalah Belanda, Tionghoa, Arab dan India sedangkan Indonesia masihร‚  berada dalam berbagai suku.
Pembedaanร‚  golongan perspun kemudian dibedakan sesuai dengan golongan penduduk yang ada dengan pertimbanganร‚  bahasa penyelenggara pers dan massa yang dituju.

PEMBAHASAN


Media informasi dalam kehidupan bangsa Indonesiaร‚  muncul dengan beragam peran.ร‚  Sejak awal perjuangan sampai dengan terjadinya Gerakanร‚  September 30 (Gestapu)ร‚  pertumbuhan pers dan media di Indonesia memperihatkan berbagai kaitan langsung antara usaha desiminasi informasi denganร‚  dinamika politik nasional.ร‚  Hal ini disebabkan oleh kondisi sosial politik dan finansial yang tadak memungkinkan waktu itu.ร‚  Periode Orde Lama tidak ditandai dengan bisnis pers dan media yangร‚  suksek dalam arti sirkulasi, namun dalam waktu ini lahir RRI dan TVRI yang mampu memberikan rasa persatuan antara berbagai elemanร‚  di Indonesia. Dalam kurun waktu Orde baru muncul berbagaiร‚  bisnis informasi dengan masuknya orang-orang profesional dalam bidang ini sertaร‚  terjunnya kelompok politik dalam lapangan yang sama.

1.ร‚ ร‚ ร‚  Pra kemerdekaan

Pada tahun 1855, Bromartani surat kabar pertama dengan bahasa Jawa terbit. Pada masa ini pers belum merefleksikan keadaan masayarakat yang ada dalam kekuasaan Belandaร‚  dan belum ada keterkaitan dengan usaaha-usaha meraih kemerdekaan.
Pada pra kemerdekaan media informasiร‚  di Indonesia dengan bahasa melayu yang pertama diawali dengan unculnya surat kabar Tjahaya Sijang terbit 1869-1927, yang terbit diร‚  Minahasa, Sulawesi Utara. Dalam edisi No. 3, Maret, 1989 disebutkan :

รข€ล“รข€¦.Djanganlah disangkamuร‚  akan kehidupan negeri-negeri yangร‚  lebih besar itu lebih baik daripadaร‚  perdijaman dinegeri kecil. Benarla kehidupan dinegeri besar ini ramai, lebih sedap tetapi janganlah disangka kehidupan itu senang seperti kami merasa di negeri kecil, karena dinegeri besi itu lakunya orang hidup disitu seolah-olah menghambat orang seorang memperoleh kesenangan dan perhentian dan tempoh pada pertimbang-menimbang akan perkata fikiran yang tinggi.
Disitupun seolah-olah manusia hidup saja pada mentjari makan minum dan berpakai yang semuanya gunanya pada tubuh saja,รข€¦.. disitupun hilanglah perfikiran akan agama !.รข€

Dalam kalimat diatas dapat kita ambil kesimpulah bahwa problem urbanisasi sudah muncul sejak dahulu. Kehidupan materialistis dan glamour pun sudah menjadi suatu trenร‚  pada masyarakat yang disebut sebagaiร‚  รข€ล“negeri besarรข€.
Pesan moral dalam kalimat diatas terus ada sejak dahulu sampai sekarang.
Media informasi ini yang dikelola oleh Belanda selain untuk menyebarkan agama juga memberitakan tentang sejarah yang makin muram dalam kalangan masyarakat melayu saat itu.
Baru pada awal abad 20ร‚ ร‚  beberaopa orang nasionalis (Abdul Rivai dan Tirtoadisuryo) menyadari kekuatan media untukร‚  melakukan penggalangan kekuatan guna kemerdekaan. Sehingga lahirlah Sunda Berita (1903) dan Medan Priyayi (1907). Sejak itulah konsep tentang identitas Indonesia mulai tumbuh dan mencapai puncaknya pada 20-10-1928. Sampai periode tersebutร‚ ร‚  dari 33 surat kabar yang beredar hanya 8 yang menggunakan bahasa melayu selebihnya menggunakan bahasa Belanda dan Cina.
Sejak 1926 di Indonesia juga telah berdiri perusahaan yang memproduksi filam cerita, Java Film Companyร‚  dengan Loetung Kesarung sebagai film pertamanya.ร‚  Namun tidak serta merta dengan perkambangan ini merefleksikan perubahan pada sosial kemasyarakatan.ร‚  Sebab dengan perkembangan tekhnologi inipunร‚  acara/programnya hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu saja. Meskipun paling tidak dengan hal tersebutร‚  manusia indonesia mulai di hadapkan pada era kemajuan teknologi serta peradabannya.
Padaร‚  pra kemerdekaanpun media informsai sangan berperan pada saat mengumandangkan pembacaan teks proklamasiร‚  oleh proklamator (Ir. Soekarno dan Bung Hatta) sekaligusร‚  menandai kemerdekaan bangsa Indonesia sertaร‚  berperan pula dalam hal komunikasiร‚  serta pertukaran ide dalam masa perang kemerdekaan.

2.ร‚ ร‚ ร‚  Masa Pasca kemerdekaan

Harian Daulat Rakjat yang terbit di Jogjakarta termasuk koran yang merupakan koran tua pada awal-awal kemerdekaan Indonesia. Selain itu muncul pula berbagai harian yang terbit di daerah-daerahร‚  (Indonesia Raja di Bandung). Harrian ini berperan dalam mempublikasikan berita berita tentang kemerdekaan dan perjuangannya dalam rangka mempertahankan kemerdekaan itu. Serta berperan sebagaiร‚  penyebar isu-isu atau pemikiran-pemikiranร‚  Founding Father Indonesia dalam mendisain negara Indonesia.
Tahun 1962 mulailah bangsa Indonesia dengan perkembangannya dalam hal teknologi informasi. Pada tahun ini lahir RRI dan disusul dengan lahirnya TVRI. Mulai saat inilah bangsa Indonesia merasaร‚  tersatukan sebagai sebuah bangsa. Apa yang terjadi pada daerah lain akan segera terespon oileh masyarakat dari daerah lainnya.
Namun pada masa-masa ini pers ditandai dengan relasinay dengan poliitik.ร‚  Sebut saja Suara karya dan Pelita (Golkar), Harian Angkatan bersenjata dJayakarta dan Berita Yudha (ABRI).ร‚  Sehingga pers dan media informasi di Indonesia selain efektif untuk perjuangan dan mempertsahankan kemerdekaan jugaร‚  merupakan eleman sosial yang ditunggangi dengan berbagai kepentingan sehingga terjadi pergulatan antara berita yang jujur danร‚  arogansi pemerintah.
Pada masa Orde Baru muncul media yang berorientasi bisnis dengan masuknaya kelompok profesional dalam bisnis media. Sebut saja PK. Ojong dengan Kompas-nya, kemudian ada Suara Indonesia Baru,ร‚  Berita Buana, Pikiran Rakyat, tabloit Monitor, Hai, Gadis, dan Mode.
Informasi yang disajikanpun mulai beragam mulai dariร‚  fashion, gaya hidup selebriti, kehidupan manusia dalam danร‚  luar negeri, musik, film, olehraga, gosip, dll.
Dengan informasi yang diusungnya maka banyak hal yang menjadi perkembangan masyarakat Indonesia. Jakarta-jakarta dan MATRA majalah gaya hidup yang ditujuakan pada laki-lakiร‚  telah mendobrak sikap masyarakat Indonesia pada dunia seksualitas yang tabu. Seks telah menjadi hal yang lumrah dengan diakadannya sialog seputar masalah seksualitas melalui media massa dan oinformasi ini. Sehingga seks mulai menjadi komoditas yang nilainya ditentukan olehร‚  prinsip pertukaran ekonomi dalam pasar industri. Hal ini jugaร‚  di dukung dengan perkembangan dalam dunis perfilman Indonesia. Dengan munculnya film-film yang รข€ล“panasรข€ seperti Gairah yang Nakal, Guna-guna Istri Muda, Budak birahi, Permainan Tabu, Jari-jari yang lentik, dll.
Sehingga film (dan pemainnya) sebagai media untuk mentransfer informasi (dalam arti yang seluas-luasnya) seringkali didudukan sebagai terdakwa atas merosotnya moral bangsa.

Satu kajian menarik terntang pers dan media informasi pada ordebaru oleh Kuntowijjoyo (1997).ร‚  Pada massa orde baru terjadi pergrseran sensibilitas media massa.ร‚  Perubahan sosial berupa lenyapnya dikotomi wong cilik dan priyayi dalam pers sejak kemerdekaanร‚  menghadirkan sensibilitas kelas menangahร‚  yang terefleksikan dalam media massa selama orde baru. Pada level ideologiร‚  terjadi pergeseranร‚  dariร‚  orientasi politik kearah orientasi budaya.
Era orde baru juga merupakan era yang menjadi titik tolak perkembangan televisi dengan dibangunnya televisi-televisi swasta. Munculnya RCTI, SCTV, TPI , Indosiar dan Anteve (TPI, RCTI, SCTV dikuasai oleh keluarga cendana sendiri) merupakan bukti nyatanya.ร‚  Saat inilah dalam media informasi khususnya televisiร‚  memperlihatkan perkawianan antaraร‚  bisnis industri dengan kekuasaan yang sangat politis sekali. Sehingga sering ditafsirkanร‚  sebagai upaya-upaya kekuasaan orde baru untukร‚  mengendalikan informasi guna melanggengkan kekuasaannya. Sebut saja wajib relai acara kenegaraan presidenร‚  oleh TV swastaร‚  yang kerap muncul dalam Berita-berita dan siaran khusus pemerintah.
Apa yang disiarkan stasiun televisi di Indonesia bukan hanya seni dan hiburan melainkan pola-pola kultural bahkan etika masyarakat lain dibelahan bumi lain pula. Sehingga banyak hal yang harus berubahร‚  akibat dari media ini.
Karakter Doraemon, Sin Chan, Simpson menghegemoni anak-anak Indonesia mulai dari dari gaya hidup mereka. Berbagai gaya hidup muncul dihadapan kita, mulai dari gaya bicara, potongan rambut, sikap cara pergaulanร‚  serta pola pikir mereka.
Dari SRI: Quality Starts Here september 1995 didapat keterangan bahwa 25 % siaran televisi Indonesia berasal dari program luar negeri . Namun demikian bukan berarti kita sudah pada jalan yang benar dengan banyaknya produk lokal kita. Banyak program yang di beri label รข€ล“lokalรข€ ternyata merupakan 1imitasi dari program asing. Lokal lebih berarti penyandang dana, pemain, tempat, tidak menyentuh level ideologi. Sebut sajaร‚  sinetron kita yang menawarkan kehidupan-kehidupan yang glamourร‚  disaat msyarakat Indonesia banyak yang berada di jurang kemiskinan dan penderitaan.
Perkembangan lebih menarik lagi dalam dunia media informasi adalah munculnyaร‚  media informasi digitalร‚  yang biasa disebut internet mulai tahun 1990-an.
Dengan memanfaatkan teknologi ini media banyak yang melengkapi publiksinya dengan menerbitkan edisi on-line. Sebut saja Tempo, Republika dan Kompas. Dengan media ini pulaร‚  bisa dilakukanร‚  interaksi dengan masyarakat denganร‚  caraร‚  pengiriman e-mail. Tentu saja halini mengakibatkan pembentukan sikap kritisme msyarakat Indonesia.ร‚  Bahkan beberapa media membuka ruang untuร‚  diskusiร‚  kritis secara lebih mendalam (jurnal Prisma, Ulumul Qurรข€™an, Kalam, dll).
Meskipun demikian dengan perkembangan ini menyuburkan konsumerisme di kalangan masyarakat Indonesia yang bependuduk 200-an juta jiwa.
Pada masa Reformasi pers dangat dirasakan pengaruhnya bagi warga negara Indonesia.ร‚  Pada masa ini pers memainkan peranan penting dan bermain dengan kepentingan tentunya meskipun jasa pers pada masa ini cukup besar. Dengan pers dan media informasi kita bisa melihat arus demonstrasi besar-besaran di seluruh penjuru tanah air kita dengan segala perkembangannya, namun bila tanpa kehati-hatian tentunya pers dan media bisa juga barperan sebagai agen provokator oleh pihak-pihak yang tak bertanggungjawab


KESIMPULAN

Media informasi merupakan suatu hal yang sangat berperan dn penting dalam kehidupan masyarakat. Terbuti dengan media informasi komunikais bisa berlangsung dalam rangkaร‚  mencapai tujuan bersama. Pada awal kemerdekaan dan perjuangan mempertahan kemerdekaanร‚  media sungguh berperan penting untuk melakukan konsolidasi untuk aksi. Selain itu pada jauh hari sebelum kemerdekaan, sebelum perjuangan bahkan, media telah berperan dengan memberikan gambaran-gambaran kehidupan dari belahan dunia yang lain. Pada konteks Indonesia misalnya dengan memperlihatkan budaya daerah lainร‚  atau kehidupan akibat penjajahan Belanda.
Diakui atau tidak media dapat membentuk watak dan karakter bangsa Indonesia.ร‚  Terbuktiร‚  ada perbedaan kontras watak bangsa Indonesia antaraร‚  masa pra kemerdekaan dan jaun sebelum masa perang kemerdekaan dengan watak bangsa Indonesia saat ini. Watak bangsa Indonesia (meski istilah Indonesia saat itu belum ada) pada masa pra kemerdekaan yang terpecah-pecah cenderung kesuku-sukuan kemudian bergeser pada persatuan bangsaร‚  sehingga lahirlah perang kemerdekaan sampai berhasil. Namun saai ini watak bangsa Indonesiapun mulai bergeser denagn melupakan watak para pendahulu dan founding fathernya.ร‚  Masyarakat Indonesia cenderung konsumtif egois dan banyak hal yang membedakannya.
Oleh karena itu kita wajib mewaspadai perkembangan pers dan media saat ini. Belajar ari masa lalu tentunya kita tidak ingin bila pers dan media kembali dipolitisasi oelh kekuasaan. Hal lainnya tentunya kita menjaga agar dengan media madyarakat tidak serta merta menerima apa yang ada didalamnya.
Untuk hal ini tentunya harusร‚  dipersiapkan Undang-Undang Pers dan penyiaran yang berpihak pada rakyat dengan selalu mengunggulkan aspek sosial dibanding dengan liberalisme dan otoritarianisme.


Daftar Pustaka

Cangara, Hafied., Pengantar Ilmu Komunikasi, Raja Grafindo Grafika, Jakarta, 2002.
Hass, Robert, HAM dan Media,ร‚  Yayasan Obor Indonesia, Jakarta , 1998.
Senoadji, Umar, Prof., Pers dan aspek-aspek Hukum, Erlangga, Jakarta, 1977.
Simorangkir, CT., J.,ร‚  Hukum dan Kebebasan Pers, PT Binacipta, Jakarta, 1980.
Taufiq, Drs., Sejarah Perkembangan Pers di Indonesia, Triyindo, Jakarta, 1977.

Studi Islam di Dunia Islam

Studi Islam di Dunia Islam, pada dasarnya berbicara tentang studi Islam di kalangan Muslimin sendiri.ร‚  Dalam hal ini paling tidak menangkutร‚  dua hal pokok, 1. metode studi dan 2. para pemikir [orang yang melakukan studi Islam itu sendiri]

Untuk lebih sistematis berikut uraian studi tentang Islam, dengan aspek-aspeknya.ร‚  Uraian ini di pisahkan dalam beberapa bagian
Permulaan Islam
Daulah Muawiyah
Daulah Abbasiyah
Daulah Mugholiyah
Daulah Usmaniyah
Jaman Islam Modern


A. Permulaan Islam [awal Islam รข€“ Akhir Kekhalifahan]

Pada Permulaan Islamร‚  pendidikan Islam dilakukan di Masjid-masjid atau di rumah-rumah. Metode yang dipakai dalam fase ini adalah hafalan. Pada permulaan islam perkembangan Ilmu Pengetahuan dibagi menjadi 3.ร‚  Pertamaร‚  Gerakan Agama, menyangkut pembahasan tentangร‚  tafsir Quran, hadis, fiqh, akhlaq. Kedua Gerakan tarikh, merupakan Gerakan untuk mengumpulkan data-dataร‚  sejarah, kisah dan riwayat hidup. Ketiga Gerakan Filsafat, merupakan gerakan dalam bidang mantiq, kimia, kedokteran dan ilmu lain yang berhubungan. Gerakan filsafat ini pada permulaan Islam tidak begitu meluas perkembangannya. Ilmu-ilmu dalam bidang ini berasal dari bangsa-bangsa lain [Romawi, Persia, Qaldan dan lain-lain]. Pada akhirnya ketiga gerakan ini saling berhubungan dan saling membutuhkan, ahli tafsir akan membutuhkan ahli sejarah untuk mengetahui kehidupanร‚  nabi dalan menafsirkan hadis serta untuk mengetahui sebab turunnya ayat begitu juga dengan ilmu lainnya. Pada awal perkembangan Islam ini ilmu pengetahuan berpusat di Makkah, Madinah, Basrah danร‚  Kaufah [Irak], Damaskus [Syam], dan Fusthat [Mesir].
Satu hal yang penting pada masa ini untuk mengawali studi tentang Islam yang intensif adalah dengan dibukukannya Al Quran pada masa Khalifah Abu Bakar.ร‚  Atas desakan Umar ibn Khattab makaร‚  Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untukร‚  untuk membukukan Al Quran. Upaya ini berlanjut sampai dengan kekhalifahan Usman bin Affan., yang kemudian terbentuk musyaf Al Imam sejumlah 6 naskah yang ada di Kuffah. Basrah, Makkah,ร‚  Syam, Madinah dan 1 naskah ada pada Khalifah Usman sendiri.
Dalam ilmu tafsir, beberapa sahabat seperti Ali bin Abu Thalib, Abdullah ibn Abbas, Abdullah ibn Masud dan Ubay bin Kaab menafsirkanร‚  Quran menurut apa yang mereka dengar dari Rosullullah saw.ร‚  Para sahabat inilah yang dianggab sebagaiร‚  pembina tafsir pertama dalam Islam, kemudian diikuti oleh tabiin seperti Said bin Jubair.





B. Masa Daulah Amawiyah [41-132 H/656-750 M]

Pada Zaman ini Mesjid tetap merupakan Pusat Kehidupan Ilmu. Ilmu-ilmu, terutama Ilmu agama diajarkan di masjid-masjid. Tokoh-tokoh dalam masa ini antara lain;
Abdullah bin Abbas, mengajarkan ilmu tafsir di pekarangan kaรข€™bah.
Rabiah mengajar di dalam masjid madinah
Hasan Basri, mengajar dalam masjid Basrah
Jaรข€™far Shadiq, mengajar di masjid Madinah, mengajarkan ilmu Kimia.

Dalam masa ini ilmu Islam, filsafat dan Terapan di kategorikanร‚  dalam ilmu baru [Al Adaabul Hadisah]. Pembidangan ilmu dalam periode ini di bagi menjadi 2 sebagai berikut:
Al Adaabul hadisah [ilmu-ilmu baru], terbagi:
a.ร‚ ร‚ ร‚  Al-ulumul Islamiyah, diantaranya ilmu รข€“ilmu Al Quran, hadis, Fiqh, Ulumul Lisaniyah, tarikh, dan Jughrafi.
b.ร‚ ร‚ ร‚  Al Ulumud Dakhiliyah, merupakan ilmu perlkuasanร‚  oleh kemajuan ilsam. Diantaranya thib [kedokteran], filsafat, ilmu pasti dan ilmu eksakta lainnya
Al Adaabul Qadimah [ilmu-ilmu lama], merupakan ilmu-ilmu yang telah ada sejak masa Jahiliyah. Diantaranya syair, lughah, khithabah dan amsal.


Masa daulah Abbasiyahร‚  (Abbasiyah 1 132-232 H/750-847M, Abbasiyah 2 232-334 H/847-946 M, Abbasiyah 3 334-467 H/946-1075 M, Abbasiyah 4 467-656 H/1075-1261 M)

Jarjiร‚  Zaidan menyatakan bahwa pada masa daulah Abbasiyah studi tentang islam mengalami kemajuan pesat. Ilmu fiqh dan hadis mengalami kematangan pada masa ini. Serta cabang ilmu Islam yang lain yang mengiringi filsafat. (Hasjimy, 1995)

Pusat-pusat pendidikanร‚  yang ada pada jaman ini adalah maรข€™had [tempat belajar], seperti Kuttab [tempat belajar tingkat pendidikan rendah dan menengah], mesjid untuk pendidikan tinggi dan takhassus, majlis Munadharah tempat pertemuah ahli pikir, pujangga untuk membahas hal-hal ilmiah.ร‚  Darul Hikmah yang didirikan Harun Al-Rasyid dan disempurnakan oleh Al Makmun, merupakan perpustakaan terbesar dilengkapi dengan ruang-ruang untukร‚  belajar. Kemudian pada masaร‚  pemerintahannya [456-485 H] Perdana Menteri Nidhamul Mulk mendirikan sekolah dalam bentuknya seperti sekarang ini dengan nama Madrasah [1064 M menurut Azra dalam Nasution, 2004]. Madrasah ini meliputi pendidikan untuk tingkat rendah, menengah dan tinggi dalam segala bidang.
Tokoh-tokon ilmuwan dalam studi Islam pada masa ini antara lain: Ibnu Jarir ath Tabary, Ibnu Athiyah al Andalusy, Abu Bakar Asam , Ibnu Jaru Al Asady [mufassir]. Imam Bukhary,ร‚  Imam Muslim Ibnu Majah, Baihaqi, At-Tirmizi [Hadis],ร‚  Al Asyari, Imam Ghazali, Washil ibn Atha [kalam], Shabuddin Sahrawardi, Al Qusyairi dan al Ghazali [tasawuf].
Padaร‚  jaman Abbasiyah ini pula di bukukan Ushul Fiqh dan lahirnya istilah-istilah Fiqh [sunnat, wajib]. Paraร‚  Fuqaha [ahli hukum ]ternama yang masih dijadikan rujukan sampai sekarang juga lahir/mengembangkan ilmunya pada jaman ini. Antra lain Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafiรข€™I, Imam Ahmad. Pada jaman ini pula lahir mahzab Syiah Zaidiyah dan Imamiyah.
Perkembangan Al Ulumud Dhakhiliyah [ilmu perluasan oleh perkembangan ilmu Islam] juga mencatatkan sejarahnya pada masa ini. Sebuah buku kumpulan karangan dari anggotaร‚  Ikhwanus Safa berjudul Rosail Ikhwanus Safa berhasil disusun. Isi dari buku ini adalah filsafat Islam meliputi susunan, alam, rahasia langir bumi, bintang, ilmu hayat, ilmujiwa , ilmu pasti,ร‚  musik, mantik, akhlaq dan lain-lain.ร‚  Pengarang dari buku ini kebanyakan merupakan orang Muรข€™tazilah dan Ayiah ekstrim.
Selain itu para ahli kedokteran bermunculan pada masa ini diantaranya Ibnu Sina [Avicenna], Ibnu Masiwaihi, Ibnu Sahal,ร‚  dan Ali bin Abbas.ร‚  Dalam ilmu yang lain ada Ibnu baitar [farmasi dan kimia], jabir Batany [falak dan nujum], Tsabit bin Qurrah al-Hirany [ilmu pasti/riyadhiyaat], Ibnu Saรข€™ad [sejarah],ร‚  Syarif Idrisy [jughrafi/geografi],ร‚  Pada masa akhir Daulah Abbasiyah disusunlah buku Al-Mausuรข€™at. Buku ini berisi bermacam-macam ilmuร‚  sehingga mirip ensiklopedi.



C. Masa Daulah Mugoliyah 659-925 H/1261-1520 M,

Dalam amsa ini studi Islam tidak begitu berkembang. Pada ilmuwan kebanyakan hanya memberikan syarah [penjelas] atas ilmu-ilmu atau kitab-kitab fiqh yang telah ada sebelumnya.ร‚  Namun demikian tak sedikit pula ilmuwan-ilmuwan yang menmpelajari berbagai disiplin ilmuร‚  (studi Quran, hadis, Tasawuf, Thib, ilmu Pasti bahkan ilmu teknik) yang muncul.

Bahkan pada masa ini merupakan matangnya ilmu sosiologi, ditandai dengan munculnya Muqaddimah-nya Ibnu Khaldun (1332-1406 M)

D. Masa Daulah Usmaniyah 925-1213 H/1520-1801 M

Setelah sekian lama tidak ada pemikir Islam yang mumpuni akhirnya pada masa ini lahirร‚  Muhammad biร‚  Abdul Wahhab (1116-1206 H), yang dianggap membawa perubahan besar dalam dunia Islam.
Pada masa ini juga lahir para ahli-ahli hadis (Abdurrauf al Manawy), tasawuf (Abdul Wahab Syaรข€™rany), filsafat (Ash Shadar bin Abdurrahman al Akhdary), sejarah (Syamsuddin Syamy)


Daftar Pustaka

Encarta Encyclopedia 2005. Microsoft, 2004

Hasjimy, A. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1995

Nasution, Khoiruddin. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta: Academia+Tazakka, 2004

Future Library: sebuah impian

Perpustakaan merupakan suatu institusi yang penting dan di perlukan.ร‚  Setidaknya ini dibuktikan oleh sejarah, mulai dari pertama kali perpustakaan muncul, menemukan bentuknya, dan mengalami berbagai revolusi/perubahan. Embrio perpustakaan berupa kumpulan catatan transaksi niaga, ini terjadi pada jaman purba. Sehingga bila dikaitkan dengan konsep perpustakaan modern jelas-jelas belum terpenuhi.. Catatan-catatanร‚  tersebutร‚  menggunakan kayu,ร‚  batu dan lempengan. Kemudian ditemukan media tulis yang disebut papyrus terbuat dari sejenis ruput yang tumbuh di sepanjang sungai NIL. Penemuan ini ada pada 2500 SM dan digunakan sampai dengan 700-an Masehi. Penemuan media tulis berikutnya adalah terjadi di Cina, Eropa hingga akhirnya ditemukannya mesin cetak oleh Johann Guttenberg. Peerkembangan perpustakaan kuno juga bisa kita telusur mulai dari Sumeria dan babylonia, dengan koleksi-koleksi berupa gambar (pictograph) yang diduga sudah terbuka untuk kawula kerajaan. Mesir dengan huruf hieroglyph-nya. Di Yunani, dengan didirikannya museum,ร‚  yang salah satu bagiannya adalah perpustakana ayang mengumpulkanร‚  teks-teks dan manuskript dari segala bahasa di dunia. Roma,ร‚  pada masa Julius Caesar, dengan dibukanya perpustakaan untuk umum. Byzantium, yang perpustakaannya menpunyai koleksi mencapai 120.000 buku. Di Arab terutama pada masa Khalifakh Al Makmun,ร‚ ร‚  yang mendirikan Bait Al Hikmah ( Rumah Kebijakan ) merupakan penggabungan antara perpustakaan, biro terjemah dan akademi.
Akhirnya pada masa-masa sekarang, di mana manusia telah mencapai kematangan sosial dan kultural. Pada masa-masa ini manusia butuh tempat untuk menyinpan hasil dari karya-karya kultural dan sosialnya.
Perpustakaan dari dahulu sampai sekarang dengan berbagai bentuknya jelas mengalami peningkatan. Diantaranya perubahan/bervariasinya media simpan yang digunakan, sistem klasifikasi koleksi perpustakaan yang digunakan, pengakuan oleh pemerintahan, serta pengakuan oleh masyarakat pemakai perpustakaan itu sendiri.
Mulculnya berbagai media informasi, tanggapan terhadap keperluan informasi, serta adanya ledakan informasi yang maha dasyat (information explosion) menimbulkan perubahan-perubahan pada perpustakaan. Perubahan tersebut adalah dengan bermunculannya berbagai jensi perpustakaan.
Perpustakaan sampai pada masa sekarang masih didominasi oleh dua tipe perpustakaan, yaitu perpustakaan kertas dan perpustakaan terotomasi.ร‚  Perpustakaan kertasร‚  adalah perpustakaan yang teknik operasionalnya masih menggunakan kertas dan bahan pustaka yang dimilikipun adalah kertas. Sedangkan perpustakaan terotomasi merupakan perpustakaan yang dalam operasionalnya menggunakan komputer namun koleksi yang dimiliki masih dalam bentuk kertas.
Pada perpustakaan ini akses informasi masih terbatas. Karena jalur akses informasi masih ada sekat-sekat ruang dan waktu. Sehingga jarak dan tempat akan mempengaruhi dalam pengaksesan informasi.
Hingga akhirnya dalam perkembangan teknologi mulai di kenal media internet dan komputer yang semakin mendunia, serta bentuk media simpan yang semakin maju, dengan ditemukannya format penyimpanan digital. Penemuan-penemuan ini menjadikan perpustakaan juga harus menyesuaikan diri.
Membahas perpustakaan masa depan merupakan sebuah angan-angan, idealisme atau juga bisa dikatakan sebuah mimpi. Namun demikian idealisme perpustakaan masa depan itu itu harus kita bangun dengan berbagai hal yang telah ada sekarang, yang kita usahakan sekarang untuk menutup segala kekurangan yang ada sekarang.
Akses informasi yang tidak maksimal, ruang dan waktu yang masih membatasi penyebaran informasi, ketidakmampuan perpustakaan dalam menyediakan informasi sendirian, perkembangan teknologi yang semakin maju, sertaร‚  berbagai jenis informasi yangร‚  muncul dalam hitungan detik, hal-hal tersebutร‚  menggugurkan anggapan bahwa didunia ini ada perpustakaan yang sangat lengkap yang mampu mengcover semua jenis informasi. Padahal di lain pihak manusia membutuhkan informasi tidak kenal waktu dan jenis informasi yang dibutuhkannyaร‚  tidak bisa di duga sebelumnya.
Ada beberapa hal yang mendasari kenapa perpustakaan dimasa depan merupakan hal yang sangat urgen. Pertama globalisasi.ร‚  Kehidupanร‚  dalam era global di mana lingkungan menuntut untuk berkompetisi. Kesuksesan aktifitas akan ditentukan oleh seberapa besar kemampuannya mengakses sumberdaya informasi global, yang mendukung aktiifitasnya. Dasar kedua adalah tren information explosion. Sejak pertengahan abad terakhir publikasi informasi mengalami peningkatan yang tidak bisa diprediksi. Sehingga mendapatkan, mengorganisir dan membuat informasi ini bisa di akses merupakan tantangan yang serius. Ketiga adalah revolusi dalam teknologi komputer, yang menimbulkan babak baru dalam akses informasi elektronik. Babak baru ini ditandai dengan online information yang bisa diakses tanpa batas dengan jaringan internet. Ketiga hal di atas menggiring manusia untuk selalu belajar. Sehingga timbul apa yang disebut dengan long life education and learning.
Tantangan dunia global tersebut menjadikan perpustakaan รข€“sebagai penyedia informasi- harus melakukan inovasi-inovasi, serta pengembangan. Penyesuaian penyesuaian ini menuntut perubahan, baik pada dataran ide dasar perpustakaan maupun dalam hal teknis perpustakaan.


Jangkauan
Perpustakaan masa depan merupakan perpustakaan yang di bangun untuk semua, tanpa menjadikan berbagai perbedaan sebagai alasan dalam mengakses informasi. Warna kulit, agama, kebangsaan, dan perbedaan lainnya merupakanร‚  anugrah Tuhan bukan keinginan manusia yang bersangkutan. Sehingga menjadikannya alasan untuk membatasi akses informasi adalah sebuah kesalahan besar. Selama orang yang besangkutan memang membutuhkan informasi, yang informasi itu ada di perpustakaan yang dia tuju, kenapa tidak. Pertimbangan legalitas dan nilai ekonomis pada informasi pubik haruslah didialogkan.. Tentunya dengan tidak menyangkal bahwa dalam mendapatkan informasi tersebut memang diharuskan untuk memenuhi persyaratan tertentu, menjadi anggota/anggota baca misalnya.
Landasan legal formal kebebasan akses informasi ini adalah Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia pasal 19, yang menyatakan รข€ล“ setiap orang berhak untuk mencari, menerima dan menyebarkan berbagai informasi maupun ide-ide baik lisan maupun tertulis melalui berbagai cara tanpa mengenal batas-batas negaraรข€
Hal ini sejalan dengan prinsip pengembangan ilmu pengetahuan yang harus bebas nilai. Dalam hal ini artinya siapapun berhak mendapatkan informasi publik danร‚  mengembangkannya tanpa harus takut akan sekat-sekat yang membatasi (warna kulit, kebangsaan, bahasa, bahkan agama). Namun demikian dalam pemanfaatan ilmu/informasi haruslah sarat nilai. Dalam hal ini adalah kemaslahatan untuk ummat manusia.
Hal ini berlaku pada berbagai bentuk layanan perpustakaan. Baik itu yang masih menyimpan koleksi tercetak maupun yang sudah mengemas koleksinya dalam bentuk digital. Lebih-lebih pada perpustakaan yang mengemas koleksinya dalam bentuk digital dan online di internet. Maka semua orang di mana saja, kapan saja bisa menikmati informasi yang ditawarkan dengan mudah dan murah. Selain itu dengan koleksi digital ini maka satu fileร‚  bisa di shareร‚  oleh banyak orang dengan ruang dan waktu yang berbeda.
Dialog dan sirkulasi informasi tidak terbatas ruang dan waktu. Pustakawan bisa menawarkan informasi yang dimiliki kepada orang dimanapun dia berada.ร‚  Demikian pula userร‚  bisa menghubungi pustakwan untuk sekedar menanyakan apa yang dimiliki oleh perpustakaannya, atau menanyakan apakan informasi yang dia butuhkan ada di perpustakaan ituร‚  serta semua kegiatan sesudahnya bisa dilakukan dari jarak jauh.


Organisasi
Struktur organisasi yang mantap, jelas, lengkap sesuai kebutuhan dan denganร‚  tanggungjawab masing-masing bagian. Organisasi yang mantap tidakร‚  gemuk, tapi juga tidak harus ramping. Selama distribusi beban pekerjaan jelas, merata dan mengcover semua lini sesuai kebutuhan, maka itu cukup. Meskipun dengan sedikit orang sekalipun.ร‚  Adobsi model-model struktur organisasi yang ada diร‚  instansi-instansi komersial pun tidak menjadi masalah. Sudah selayaknya di perpustakaan ada Public Relation untuk menjembatani perpustakaan dengan pihak luar. Demikian juga bagian analis pasar, yang bekerja untuk selalu menganalisa arus informasi yang dibutuhkan dan yang ada di tingkat publik itu seperti apa.ร‚  Demikian pula bagian-bagian yang lain. Kesensitifan terhadap informasi-informasi baru yang berkembang di luar perpustakaan harus selalu ada.
Kaitannya dengan kegiatan organisasi perpustakaan, pada masa-masa yang akan datang dengan aliran informasi yang semakin deras, adalah suatu hal yang tidak mungkin bagi perpustakaan untuk menangani informasi sendirian. Maka sebenarnya era stand alone libraryร‚  itu sudah selesai.ร‚  Perpustakaan masa depan haruslah mampu membangun kerjasama yang sinergis, kompak dan saling menguntungkan antar perpustakaan. Kerjasama dalam hal tukar menukar informasi, ataupun koleksi yang dimiliki dengan kesepakatan-kesepakatan kedua belah pihak atau lebih.
Pustakawan yang handal, juga marupakan aspek penting yangร‚  harus diperhatikan.ร‚  Pustakawan haruslah menjadi mediator pengetahuan. Dengan mengemukakan pandangan-pandangan tentang badan-badanร‚  pengetahuan yang bisa menuntun ke sumber informasi yang dibutuhkan oleh pemakai. Atau dalam bahasa ringkasnya pustakawan bisa menemukan, menyediakan dan menyampaikan informasi. Sebagai arsitek informasi, dalam hal ini pustakawan dituntut untuk mengorganisisr informasi, sehingga yang rumit bisa disederhanakanร‚  dan mudah dipahami oleh pemakai. Serta mengkreasi struktur informasi sehingga memungkinkan pemakai bisa menelusur informasi dengan mudah dan mandiri. Selain kedua hal di atas,ร‚  dua peran pustakawan yang lainnya adalah pustakawan hibrida dan pemelihara pengetahuan. Sebagai pustakawan hibrida, pustakawan harus mampu memadukan pelayananร‚  pemakain dalam dua model koleksi, koleksi tercetak dan koleksi digital.ร‚  Dalam pemeliharaan pengatahuan, berkaitan dengan preservasi koleksi yangร‚  dimiliki. Hal ini sangat penting, karena tanpa kemampuan yang handal beragam koleksi yang dimiliki perpustakaan bisa lenyap ataupun rusak.




Kekayaan Informasi
Materi koleksi perpustakaan masa depan meliputi materi dari berbagai sumber, sehingga pemakai bisa mengetahui dan mengkomparasikan berbagai informasi yang didapatkannya.ร‚  Koleksi berikut isi dari informasi yang dimiliki ini dikelola dengan database yang aksesibilitasnya tinggi. Data base yang bisa menunjukkan kapada pemakai akan isi dari informasi. Kelengkapan database standar internasional harus dipenuhi. Sehingga dengan jaringan global, maka semua orang lintas negara akan bisa menikmati koleksi yang ditawarkan.ร‚  Selain hal tersebut updating informasi haruslah selalu berjalan. Perpustakaan harus sensitif dengan berbagai informasi yang ada di masyarakat.

Fisik Perpustakaan
Bentuk tampilan fisik perpustakaan masa depan sangatร‚  penting. Hal ini berhubungan dengan kenyamanan, keefektif dan efisienan pelayanan. Dukungan arsitektur yang sesuai kebutuhan sangatlah penting. Pembagian fungsi-fungsi ruang haruslah disesuaikan dan berorientasi kepada pemakai. Yang pada titik akhir menjadikan bentuk atau fisik perpustakaan hal yang membuat pemakai bisa betah untuk menggali informasi di perpustakaan.

Beberapa hal di atas merupakan sesuatu dari sekian banyak hal yang idealkan untuk perpustakaan masa depan. Dalam hal penamaan bisa bermacam-macam. Terminologi yang banyak dipakai orang saat ini adalah Digital Library. Namun sesungguhnya, menilik dari apa yang ada sekarang idealnya perpustakaan masa depan adalah gabungan antara konsep Digital Library murni dengan perpustakaan terautomasi. Sehingga kekurangan dan kelebihan antara keduanya menjadi saling melengkapi.
Inovasi-inovasi memang merupakan hal yang wajib รข€˜ain untuk kita lakukan. Sehingga perpustakaan tidak hanya terkesan sebagai gudang berbagai bentuk koleksi. Namun dengan inovasi tersebut bisa meneguhkan bahwa perpustakaan juga merupakan wahana terbentuk, berkumpul, berdialektika, bergumul, berbenturannya ide-ide, hingga menemukan bentuknya yang ideal.

Kelebihan dan Kekurangan
Mengacu pada konsep di atas maka perpustakaan akan dapat menghimpun semua koleksi yang dinginkan dan mendesiminasikan ke berbagai pihak yang membutuhkan. Bebagai jenis informasi dan berbagai jenis pengguna. Namun demikian ada kalanya ada bentuk-bentuk informasi yang harus di rahasiakan demi keamanan negara. Sebagai contoh Data Geologi dan Geofisika, yang menunjukkan kekayaan alam suatu bangsa yang diteliti dengan biaya banyak. Data tentang penyelidikan tersangka pelaku tindak pidana dan perdata, dan data-data lainnya. Permasalahan hakcipta dan permasalahan penarikan biaya.









Daftar Pustaka

Qalyubi, Syuhabuddin dkk. 2003. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi UIN Sunan Kalijaga.

Keraf, A. Sonny and Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan: sebuah tinjauan filosofis. Yogyakarta: Kanisius
Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia, http://www.unhchr.ch/udhr/lang/inz.pdfร‚  22 Oktober 2005 pukulร‚  8:26 PM 10/22/2005

A Strategic Plan For The Future Of Library Services In Massachusetts. 1993.ร‚  http://mblc.state.ma.us/mblc/publications/other/stratplan.php 19 Oktober 2005, pukul 10.00

Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wibowo, Romi Satria. 2003. Menengok Proyek Digital Library
www.ilmukomputer.com 19 oktober 2005 pukul 10.00


Harkrisnowo, Harkristuti. 2004. Kebabasan Informasi dan Pembatasan Rahasia Negara.
http://kebebasan-informasi.blogspot.com/2004/11/tentang-rahasia-negara-dan-kebebasan_16.html 22 oktober 2005 pukul 10.00
,

Ilmu dan Kebijakan: unsur perpustakaan

George Makdisi menyebutan bahwa ada 6 istilah yang digunakan secara terpadu untuk menggambarkan perpustakan. Tiga pertama adalah bayth (kamar/ruang), khizanah (lemari),  dan dar (rumah), sedangkan tiga kedua adalah hikmah (kebijakan), ilm (ilmu) dan kutub (buku-koleksi).

Ini cukup beralasan, dengan keenam istilah ini maka dalam peradaban muslim dikenal Bayth al Hikmah, Dar al Hikmah, Bayth al Kutub dan yang semacamnya. Perpustakaan terbesar dalam dunia Islam adalah bayth al hikmah yang didirikan  harun al Rasyid pada 830 M.  Di sinilah perpustakaan, lembaga riset dan biro penerjemahan digabungkan. Adalah Al Kindi (807-973M), filosof Islam  pertama yang menerjemahkan karya Aristoteles ke bahasa Arab merupakan orang yang aktif mengelola perpustakaaan ini. Selain beliau ada Musa Al Khawarizm, sang penemu al jabar pun bergelut dengan bayth al hikmah.

Pustakawan pada masa ini adalah juga Ilmuwan.

Adalah Al Nadim, orang yang menciptakan Al Fihrist (daftar isi/index) untuk koleksi yang ada di bayth al Hikmah, yang mengutip sekitar 60.000 buku. Dalam karyanya ini Nadim menyebutkan bahwa pustakawan di Bayth al Hikmah merupakan sosok  yang memiliki kedudukan tinggi di masyarakat karena kecendikiawanan mereka.

Eloknya, meskipun dibangun dimasa Islam oleh daulah Islam, pada masa Al Ma'mun, perpustakaan ini juga dikelola oleh  sejumlah cendikiawan muslim dan non muslim, sebuah kolaborasi indah. Keunggulah bayth al hikmah, hanya dapat dikalahkan oleh perpustkaan Madrasah Nizamiyah pada 1065 M, yang memiliki pustakawan tetap dengan gaji tinggi.

Pada masa sejarah muslim klasik, perpustakaan memegang peranan penting. Sehingga perpustakan dibangun sedemikian rupa, dengan berbagai ruangan untuk berbagai tujuan. Gallery, rak buku, ruang kuliah, perdebatan, riset  termasuk untuk hiburan musikal. SM Imaddudin, menyebutkan bahwa  perpustakaan pada sejarah muslim dirancang sedemikian rupa, sehingga keseluruhan perpustakannya dapat tampak dari satu titik pusat

Koleksi perpustakaan pada masa klasik Islam sangat unggul. Ini berkaitan dengan para scientis lintas bidang pada masa ini sangat subur bermunculan.  Dari segi jumlah, ada 1,6 juta koleksi dalam 40 ruangan pada perpustakaan Khazain al Qusu di Kairo. Diperlukan 400 onta untuk mengangkut buku koleksi Sahib ibn Abbad, 120 onta  dengan 600 peti untuk koleksi pribadi pustakawan Al Wakidi (pustakawan muslim abad ke 9). 100.000 koleksi pada Madrasah Al Fadhiliah, padahal pada masa itu belum ada percetakan. Selain itu perpustakaan ini memiliki 2 buah bola bumi, padahal saat itu peradaban barat masih meyakini bahwa bumi ini datar.

Para bibliofil (pecinta buku)  pada masa ini dengan bangga mengundang para ilmuwan atau cendikiawan lain untuk berkunjung ke perpustakaannya, yang juga diberi makan dan tempat  menginap. Setidaknya ini dilakukan oleh pustakawan Ali ibn yahya al Munajjim dengan perpustakaan pribadinya yang dinamakan Khizanah Al Hikmah.  Lain lagi dengan Ja'far ibn Muhammad al Mausilli dengan Dar al Ilm-nya. Dia membuka pintu perpustakannya untuk semua orang. Bahkan  jika ada orang asing datang dan mempunyai kesulitan finansial, Mausilli memberinya buku dan uang.

Buku di wakafkan  untuk kemanfaatan ilmu pengetahuan.
Perpustakaan sebagai lembaga yang sedemikian rupa yang belum pernah terjadi sebelumnya. Baru pada masa ini perpustakaan sedemikian banyak  lengkap dan banyak dikunjungi, terjadi pada negeri Muslim, demikian Stellhorn Mackensen menyebutkan.

Informasi tulisan ini bersumber dari:
Sardar, Ziauddin. Tantangan Dunia Islam abad 21: menjangkau informasi.  Bandung: Mizan, 1993

Perpustakaan, bukan sekedar pinjam kembali

Salah satu prinsip Perpustakaan seperti yang diungkapkan oleh Ranganatan, seorang ahli matematika dari India yang juga dianggap sebagai bapak Perpustakaan India adalah "Library is a Growing Organisme".
Perpustakaan merupakan sumber daya, lebih dari sekedar sumber. Sumberdaya, dalam konsepnya bisa diperbaharui dan bisa juga habis. Perpustakaan, dalam hal ini hendaknya menempatkan diri sebagai organisme yang selalu berkembang dan selalu bisa diperbaharui.

Selama ini Perpustakaan dalam kegiatan kesehariannya cenderung terjebak pada kerja-kerja teknis dan mekanis. Hal ini terlihat dari kecenderungan Perpustakaan yang hanya [lebih besar]  memperhatikan kegiatan mencari dan menemukan kembali informasi. Pola penemuan yang diseragamkan dengan index, kata kunci dan seabrek fasilitas lainnya, sehingga penggna seolah dipaksa mengikuti  sistem yang sudah ditetapkan Perpustakaan.
Hal ini terkadang  cenderung mengabaikan aspek kemanusiaan manusia. Orang yang datang keperpustakaan dalam situasi ketidakpastian disodori sistem Perpustakaan yang cenderung mekanis dan positivis. Sedangkan karakter  sistem itu mengandung kepastian. Akhirnya akan ada 2 hal yang saling bertentangan yang dibenturkan.
Manusia dalam proses pencarian megalami berbagai fase yang menunjukkan karakter atau perilaku informasinya. Fase-fase tersebut menunjukkan kesenjangan yang dialami. Kesenjangan literature, yang mengindikasikan keadaan yang mana seseorang tidak mengetahui literature apa yang hendak di cari untuk menghilangkan ketidakpastian dalam dirinya. Kesenjangan yang lainnya bisa berupa ketidak tahuan dimana mencari informasi yang dibutuhkan, bahkan kesulitan menetapkan apa yang harus dicarinya.

Situasi ketidakpastian ini merupakan sesuatu yang liar, dan tidak teratur. Dalam keadaan ini orang, selain menemukan informasi dengan sesuai sistem sering pula informasi ditemukan dengan cara yang tidak diduga-duga. Informasi diemukan secara kebetulan, dan bahkan justru tidak melalui sistem yang telah ditetapkan.

Butler (1976) dalam Pendit (2003)  menyatakan bahwa Perpustakaan harus melalui tiga fase. Pertama adalah bookman, kemudian mekanis dan yang terakhir adalah social minded.
Fase bookman merupakan fase dimana Perpustakaan dikelola dengan cara-cara tradisional, belum ada sentuhan teknologi dan mekanisme yang menonjol. Sedangkan fase mekanis, merupakan fase dimana Perpustakaan berlomba-lomba untuk menerapkan mekanisme-mekanisme yang pada umumnya diwujudkan dalam berbagai bentuk teknologi informasi dalam Perpustakaan. Fase social minded, berarti kinerja Perpustakaan menitikberatkan pada aspek manusia. Aspek manusia dengan berbagai karakternya, serta aspek pengembangan keilmuan cenderung menjadi pokok dalam kegiatannya.

Lebih sekedar pinjam kembali.
Jika di telisik dari sejarah Perpustakaan, maka Perpustakaan pada jaman keemasan suatu bangsa merupakan entitas yang sulit di didustakan. Jaman Al Makmun dengan Perpustakaan bait al Hikmahnya, yang berpusat di  Baghdad merupakan salah satu contohnya. Dalam Perpustakaan ini tidak sekedar mencari dan menemukan informasi, namun banyak kegiatan keilmuan yang juga dilakukan dalam Perpustakaan ini. Penerjemahan karya Yunani kedalam bahasa Arab, merupakan salah satu contohnya. Kegiatan penerjemahan inilah yang kemudian mengantarkan kecemerlangan bangsa Arab, Timur Tengah pada masa daulah Abbasiyah. Banyak sekali ilmuan-ilmuan muncul, baik ilmuan yang bergerak dalam bidang theologi maupun ilmuan dalam rumpun ilmu umum.
Sebut saja Ibn Sina, sang ahli kedokteran, yang juga merupakan seorang filosof.  Karya Ibn Sina, Al Kanun yang di Barat dikenal dengan The Canon dan Ibn Sina yang dikenal dengan Avicenna. Karya ini mengilhami dunia kedokteran sampai berabad-abad.

Angka arab berbasis desimal, yang kita pakai sekarang juga merupakan  hasil dari modifikasi para ilmuan pada masa ini. Angka arab yang menggantikan angka Romawi dirasa sangat besar manfaatnya. Apalagi ketika angka 0 [nol] ditemukan.
Hal ini membuktikan  bahwa perpustakaan merupakan wahana berdialektika, berproses dengan berbasis keilmuan. Tidak ada paksaan atas suatu paham, tidak ada paksaan atas suatu  ide. Semua bergumul dan saling mempengaruhi.  Bukan sekedar pinjam dan kembali.

Perpustakaan buka sekedar gudang koleksi, dimana  koleksi yang dirasa  diperlukan dimasukkan didalammya. Perpustakaan juga bukan sekedar unit yang dibangun hanya untuk meneguhkan diri, hanya untuk membanggakan diri, ataupun sekedar melengkapi peraturan formal saja.

Masih banyak contoh perkembangan ilmu yang didukung oleh  Perpustakaan.
Hal yang menarik menurut saya adalah adanya spesialisasi yang tidak dikotomis  pada kalangan ilmuan. Para ilmuan selain menguasai ilmu-ilmu pragmatis yang kegunaannya lebih nyata, juga menguasai aspek filosofis ilmu.  Aspek dasar pengembangan ilmu sangat kentara dalam pemikiran mereka. Sebagaimana kita tahu dalam mendalami ilmu, kita harus tahu bentul konsep ontologi ilmu, episemologi ilmu dan sudut aksiologi ilmu.

Dari berbagai penjabaran ilmu dalam sebuah perpustakaan, maka hendaknya kita dapat memahami betul, apa sesungguhnya yang di kaji oleh ilmu itu [ontologi], bagaimana ilmu muncul dan metodenya seperti apa [epistemologi] dan aspek kemanfaatan ilmu [aksiologi].

Purwoko, pustakawan Teknik Geologi UGM