Tulisan sederhana ini saya dedikasikan untuk tetangga, keluarga, rekan,
sahabat dan semuanya yang telah membantu gawe orang tua saya pada awal
bulan (12/13). Sungguh, kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
atas segenap bantuan dari awal hingga akhir. Mohon maaf jika selama
acara ada banyak kesalahan kami selaku tuan rumah.
-------
Tanggal 1 dan 2 Desember tahun 2013 ini orang tua saya punya
gawe.
Ngunduh mantu,
tasyakuran pernikahan adik saya.
 |
masak mburi |
Ada hal menarik yang hendak saya ceritakan tentang acara
ini.
Ketika ada yang punya
gawe, di kampung muncul kegiatan
“nyinom”
atau
“rewang”. Kegiatan ini merupakan wujud dari kekeluargaan atau
gotong royong di desa.
Nyinom merupakan istilah yang digunakan untuk kaum
laki-laki, sedangkan rewang biasanya digunakan untuk kaum perempuan. Nyinom
bagi kaum laki-laki dilakukan dengan membantu si empunya rumah dalam
menyukseskan “gawe”. Misalnya: memasak air, mencuci gelas, melayankan
makanan, melayani tamu, mencari daun untuk bungkus makanan, memasang dekor,
menata meja kursi, mengelola parkir dan
lain sebagainya.
 |
hiburan "thek-thek" (alat musik dari bambu) |
Sedangkan
rewang, biasanya dengan masak
nasi, masak lauk, menata bumbu, membungkus nasi, memotong kue dan lainnya.
Kegiatan ini dilakukan layaknya orang kota, ada panitia
dengan strukturnya. Kepanitiaan dibentuk
beberapa waktu sebelum hari H, setelah terbentuk kemudian dilakukan “klumpukan”
(berkumpul). Menjelang hari H, para panitia ini mempersiapkan berbagai
perlengkapan untuk hari H. Mulai dari mencari/meminjam meja kursi, piring,
membuat panggung dan lain sebagainya.
 |
njayengan |
Munjung, merupakan acara yang biasanya dilakukan H-1.
Acara ini berwujud kegiatan mengirim makanan kepada para saudara si empunya
gawe
dan juga kepada perangkat pemerintahan terutama dusun dan desa.
Punjungan kepada perangkat
desa/dusun inilah yang kadang jadi simalakama. Karena perangkat pemerintahan yang
dikirimi “punjungan” otomatis “harus” ikut “nyumbang”. Nyumbang merupakan
kegiatan mendatangi orang yang punya gawe, baik diundang maupun tidak dan
memberikan sumbangan berupa bahan makanan atau uang. Bayangkan! jika dalam
sebulan, seorang perangkat desa/dusun dipunjung 10 orang dan kepada tiap
orang rata-rata menyumbang 25.000. Maka sudah Rp250.000 dikeluarkan dalam sebulan.
Di desa, tamu tidak harus
dengan undangan. Tetangga dekat, biasanya datang dengan tanpa undangan. Justru
menjadi tidak etis jika tetangga dekat diminta hadir dengan diberi undangan
resmi.
###
Jangan kaget, jika pada hari H, antara
sinoman
laki-laki dan perempuan, justru para perempuan lebih
 |
persiapan |
dulu datang. Mereka datang pada
bagi buta dan langsung memasak, sementara biasanya laki-laki datang pada pagi
harinya. Untuk siapa para wanita yang datang pagi buta ini memasak? Untuk para
sinoman laki-laki.
Ketika pagi, sinoman laki-laki datang, pertama kali langsung
dipersilakan sarapan dengan masakan yang hasil olahan para rewang perempuan yang datang
lebih dulu. Baru ketika sinoman laki-laki selesai sarapan, para perempuan ini makan.
Jangan heran, inilah wujud pengabdian para perempuan ini
kepada laki-laki. Hal ini juga berlaku ketika makan siang dan sore. Para
perempuan akan makan setelah sinoman laki-laki makan. Betama mulianya para
wanita.
Beberapa kegiatan selama gawe ada beberapa macam.
Laden, merupakan kegiatan menyajikan makanan dan
minuman kepada tamu. Biasanya laki-laki menggunakan “
beki” atau semacam
nampan untuk membawa makanan dan minuman. Kemudian penerima tamu yang selalu
siap diruang utama sigap menurunkan makanan dan minuman ini untuk tamu.
 |
adang sego |
Among tamu, merupakan bagian yang menyiapkan tempat
duduk sekaligus mempersilakan tamu untuk duduk. Among tamu harus pintar-pintar
mengatur lokasi agar tidak sampai penuh. Among tamu biasanya koordinasi dengan
bagian “
prasmanan”. Bagian
prasmanan mengatur alur antrian makan.
Kerjasama dua bagian ini akan melancarkan proses makan para tamu dan juga
menjaga agar ruang tamu yang digunakan transit tamu tidak penuh. Ketika tamu
sudah duduk sementara waktu sambil minum, kemudian dipersilakan makan di ruang
prasmanan lalu pulang. Demikian seterusnya silih-berganti
Jayengan, merupakan bagian yang tugasnya membuat
minum. Meski cuma membuat minum, tugas
juruh”.
Juruh merupakan air putih panas yang diberi gula.
Juruh
digunakan untuk campuran membuat teh, atau sekedar membuat air putih manis panas.
ini juga berat. Dia harus menjaga agar
suplai air panas tidak tersendat, kemudian digunakan untuk membuat teh dan juga
“
Adang, merupakan kegiatan memasak nasi. Ini juga
berat, karena harus memastikan suplai nasi yang telah masak tidak tersendat
untuk melayani tamu. Bayangkan jika tamunya datang bersamaan, dan bagian ini
tidak sigap, pasti akan terjadi kekacauan. Adang biasanya dilakukan dengan soblok
atau panci besar dan memasaknya menggunakan kayu bakar.
Para sinom di bagian
adang dan
jayengan harus punya pandangan yang
prediktif, harus tahu kapan waktu-waktu tamu datang dalam sehari.
Selain beberapa bagian di atas, ada bagian lainnya yang tak
bisa dianggap sepele. Pengelola snack (gedhong njero) yang menyiapkan makanan kecil untuk tamu,
pencatat tamu dan bawaan tamu, “uleh-uleh” yang harus sigap menyerahkan nasi
dan lauk kepada tamu yang hendak pulang. Bagian uleh-uleh ini juga harus jeli
agar “tenggok” yang dipakai tamu membawa barang sumbangan tidak tertukar. Ada lagi
bagian perparkiran, asah-asah (mencuci piring), dan lainnya.
Apa yang dilakukan oleh si empunya
gawe ketika acara ini? Mereka
duduk saja menunggu tamu. Tabu jika ada anggota keluarga ikut membantu teknis
acara. Saya pernah ketika
gawe tanggal 1-2 Desember ini iseng membantu
laden,
alhasil saya ditegur,
“mboten wonten tiyang sanes nopo mas?” (apa tidak ada
orang lain yang bisa bantu mas?). Padahal saya ikut
laden hanya sekedar ingin
merasakan nuansa
laden yang pernah saya lakukan ketika tetangga punya gawe.
Kesemua bagian ini dipimpin oleh ketua sinoman. Ketua
sinoman terdiri dari ketua sinoman laki-laki dan perempuan. Ada pula yang
menentukan wakil keluarga yang punya gawe pada struktur
kepanitiaan. Wakil
keluarga ini berguna sebagai rujukan jika ada permasalahan yang membutuhkan si
empunya gawe untuk menyelesaikan.
Demikian, tulisan singkat tentang tradisi yang ada dikampung
saya, Ngliparkidul, Nglipar GK Yogyakarta. Jika ada update, akan saya susulkan
sebagai tambahan tulisan.
Pada artikel berikutnya, saya akan ceritakan seni etnik yang
pernah mengiringi acara tasyakuran di tempat saya.