Saturday 30 April 2022

Beberapa hal yang bagi saya menarik pada penjaringan aspirasi bakal carek UGM 2022

Rekaman dapat dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=vhw_F8nI7JM

Sesi presentasi 

Prof. Sigit Riyanto

Analisis SWOT Prof. Sigit

Bagi para bakal carek, menganalisis SWOT tentu harus lengkap. Dari S sampai T. Namun, bagi pemirsa, saya misalnya, ketika mencermati SWOT yang dipaparkan,  tidak harus melihat semuanya.

Kekuatan, ya biarkan saja sebagai kekuatan. Toh sudah kuat. Yang manarik saya, justru di kelemahan, dan tantangan.

Nah, dari paparan Prof. Sigit, saya tertarik dengan point "kebijakan sering dipengaruhi pihak luar", serta tidak disertai EBP maupun marwah (muruah?) UGM.

Paparan ini bisa dicermati pada rekaman detik 1:12:00.

Tentu saja, Prof. Sigit tidak asal dalam mencantumkan point ini. Pasti ada hal-hal yang jadi dasarnya.

Kemudian, pada bagian tantangan, hal menarik ada pada bagian penuruhan demokratisasi dan kebebasan akademik.


 Prof. Bambang Kironoto


Prof. Bambang memulai program dari RIK UGM. Mungkin karena Prof. Bambang merupakan bagian dari rezim rektor saat ini, sehingga sungkan jika harus terang-terangan menyampaikan kelemahan dalam bentuk SWOT, misalnya. 

Prof. Bambang banyak memaparkan program kerja. Prof. Bambang juga menyebut "sedang atau sudah dijalankan", "sudah ada", dll. Agaknya ingin menunjukkan kepada publik bahwa apa yang menjadi programnya punya keterkaitan, sudah dimulai, sudah ada bukti pada periode saat ini. 

Hal ini juga diperkuat dengan menampilkan gambar desain pengembangan kampus yang sedang berjalan. 

Istilah yang digunakan pun, memakai istilah yang "menyentuh". Misalnya "sejahtera", dan "bahagia". Silakan lihat di sini.

Ya. Agaknya ingin menonjolkan posisinya yang saat ini menjabat sebagai WR, mencitrakan diri (lebih) memahami persoalan.


Prof. Deendarlianto


Prof. Deen memulai dengan RIK dan Statuta. Setelah itu, menampilkan tantangan eksternal dan internal UGM. 

Saat memaparkan tantangan ini, Prof. Deen mengambil kesempatan untuk menggarisbawahi "anak muda" yang merupakan pembelajar yang berani mengambil risiko. "Muda" dalam hal ini agaknya ingin mengarahkan publik pada sosok dirinya yang merupakan bakal carek termuda.

Prof. Deen tidak secara tegas menyampaikan weakness dari UGM saat ini yang perlu perbaikan.

Beberapa program unggulannya, khususnya terkait riset, sangat dengan dengan ilmu keteknikan. Renewable energy, misalnya. Paparan (selain video) Prof. Deen dapat dilihat di sini.


Prof. Ova Emilia


Prof. Ova mengawali paparan dengan penggambaran ideal UGM yang tidak hanya mengakar dan menjulang, namun juga berbuah dan berbunga.

Jika ditengok ke belakang, bisa jadi ini merupakan kritik yang halus pada jargon UGM selama ini, yang hanya sebatas "mengakar kuat menjulang tinggi". 

Prof. Ova memanfaatkan waktu untuk menyampaikan garis besar programnya.


Prof. Ali Agus



Prof. Ali mengawali paparan programnya dengan menampilkan point hasil belanja dari sarasehan UGM Nyawiji.

Prof. Ali menyebutnya sebagai tantangan, yang dibagi menjadi internal dan eksternal. Dari sinilah 9 isu pokok dirumuskan, kemudian dijabarkan dalam 5 program kerja, 5 kebijakan strategis dan 5 kebijakan operasional.

Runtut.

Sebagai ciri khas, dibanding bakal carek sebelumnya, Prof. Ali menyampaikan (semacam) jargon komitmen: tidak bohong, tidak curang. 

Melihat jargon di atas, saya berfikir: pasti penegasan dalam bentuk jargon ini ada latar belakangnya.

Ini menarik!


Prof. Teguh Budipitojo



Prof. Teguh mengawali presentasi dengan menanggapi komentar bahwa rektor harus yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Menurutnya, yang harus selesai dengan dirinya sendiri itu ya UGM itu sendiri, kemudian UGM harus fokus pada bangsa dan negara. Hmm. Mungkin maksudnya UGM harus sudah selesai dengan masalah internalnya sendiri, dan harus sudah lebih fokus ke masalah Indonesia, bangsa dan negara.

Silakan cermati di sini.

Menariknya, program kerja pertama Prof. Teguh (yang didasarkan pada RIK, Kebijakan Umum, Renstra) tetap masih berkutat pada penguatan internal. Artinya, Prof. Teguh mengakui bahwa UGM belum sepenuhnya selesai dengan dirinya sendiri.


Sesi tanya jawab #1

Huh. Ketika saya menulis ini, waktu menunjukkan tengah malam. Saya tidak mampu lagi mencermati 1/1. Silakan tonton mulai menit 2:40:00.

Saya langsung loncat ke pernyataan penutup para bakal carek saja. Para pernyaan penutup ini, ada yang menyampaikan resum dalam bentuk pernyataan dan garis besar. Namun ada juga yang masih mengambil kesempatan menyampaikan (ulang) point-point implementatif.

Prof. Sigit Riyanto:

  1. Penekanan bahwa UGM harus menjadi  rujukan akademik, juga penanda kemajuan peradaban Indonesia

Prof. Bambang Agus:

  1. Penekanan pada penghasilan mahasiswa yang memiliki jiwa socio entrepreneur

Prof. Deendarlianto

  1. Penekanan komitmen akan menjalani proses secara etis; dan jika terpilih akan menempatkan diri pada posisi independen dari kepentingan politik dan semacamnya
  2. Jaminan mahasiswa tidak ada yang putus kuliah karena biaya
  3. Komitmen membawa UGM masuk 200 besar dunia, 50 asia, 10 ASEAN

Prof. Ova Emilia

  1. Yang baik diteruskan, yang perlu dibenahi agar dibenahi

Prof. Ali Agus

  1. Mendukung siapapun yang terpilih

Prof. Teguh Budipitojo

  1. Mohon maaf kepada SA karena tidak sowan, atau WA, untuk menjaga independensi. 
  2. Komit mengikuti seluruh ketentuan seleksi bakal carek UGM, dan menerima apapun hasilnya

Catatan penting pada sesi presentasi:

  1. Prof. Sigit berani menampilkan SWOT, dan mengritisi kondisi UGM saat ini. SWOT ini kemudian diturunkan pada program. Sayangnya, karena waktu yang singkat, program kurang dapat tersampaikan.
  2. Prof. Bambang menampilkan proker yang rinci + memanfaatkan posisinya saat ini untuk menyajikan data
  3. Prof. Deen juga menampilkan proker yang cukup rinci
  4. Prof. Ova menawarkan program yang mengarah pada metafora  UGM yang berbuah lebat dan berbunga indah
  5. Prof. Ali menegaskan dirinya, jika terpilih menjadi rektor, akan menyelesaikan amanah sampai selesai, tidak akan melirik atau tergoda jabatan lain
  6. Prof. Teguh menyampaikan proker dalam bentuk garis besar. Hal menarik, Prof. Teguh menyinggung penyiapan talenta muda untuk menuju nobel prize. 
  7. Sebagian besar bakal carek, menyoroti tata kelola, yang mengindikasikan adanya kegemukan struktur, bahkan tumpang tindih

****

Yang perlu disadari dari proses ini yaitu penentuan rektor ini melalui proses pemilihan, bukan ujian. Pemilihan, bagi saya, merupakan proses politik. Proses yang dimungkinkan ada hal-hal yang tak terlihat oleh publik,  namun digunakan  sebagai pertimbangan oleh para pemilik suara.

Yang pasti, bagi saya yang cuma kroco ini, rektor harus tahu benar-salah dan baik-buruk, tidak sekedar untung-rugi.

Sekian.



Tuesday 26 April 2022

Inilah Calon Rektor UGM versi Netizen di Live Chat Youtube

Sumber gambar: Yutub penjaringan aspirasi

Panitia Seleksi Rektor UGM menyelenggarakan Penjaringan Aspirasi, yang diisi dengan presentasi para bakal calon rektor (carek).

Kegiatan yang dilaksanakan pada Selasa, 26 April 2022 ini bisa dilihat recordnya di https://www.youtube.com/watch?v=vhw_F8nI7JM.

Nah, ketika pelaksanakan penjaringan, para pemirsa youtube juga saling menyapa di chat. Selain itu, mereka juga menyebut calon jagoannya.

Nah (lagi)!. Kita lihat peta suara para netizen yang muncul di live chat ini.

Wordcloud dari Live Chat

Saya copas chat tersebut, lalu saya masukkan ke https://wordart.com/create. Saya ambil apa adanya, lalu muncullah tampilan di atas.

Kata "prof" paling banyak muncul. Wordart merekam sebanyak 141x. Agaknya, para netizen menyebut para kandidat ini dengan jabatan fungsionalnya. Sebagai bentuk penghormatan. Memang. Enam bakal carek merupakan pendekar pada bidangnya masing-masing. Semuanya telah meraih gelar profesor.

Bagaimana dengan kemunculan nama-nama bakal carek?

Wordart merekam penggalan nama para bakal carek. Mulai dari Ali, Agus, Aguss, Bambang, Sigit, Deen, Deendarlianto, Ova.

Agus (29), dan Aguss (1). Keduanya bisa jadi bagian dari "Ali Agus", atau "Bambang Agus". Namun, karena Ali Agus bisa diwakili dengan Ali, dan Bambang Agus bisa diwakili oleh Bambang, maka kata agus  dan aguss ini bisa dikeluarkan dari statistik.

Nah. Dari nama-nama para bakal carek, paling banyak disebut nama "Ali", yang mengarah ke nama Prof. Ali Agus. Ali disebut sebanyak 51x.

Berikutnya Ova (41), Teguh (16), Bambang (16), Sigit (13), Deen (11), Deendarlianto (1). Selain itu, ada BAK sebanyak 4x. Agaknya BAK ini merupakan kependekan dari Bambang Agus Kironoto.


Lalu, siapa yang akan menang?

WMA yang menentukan!

---

Grenengan lain tentang rektor UGM ada di http://www.purwo.co/search/label/rektor%20ugm






Sunday 24 April 2022

Strategi para bakal calon rektor UGM untuk menegakkan integritas akademik

Minggu sore, sambil menunggu buka puasa, iseng melihat CV para bakal calon rektor (carek) UGM di laman https://seleksirektor.ugm.ac.id

Tentu saja, CV ini memuat banyak informasi. Mulai dari data diri, serta jawaban atas pertanyaan yang disodorkan panitia seleksi rektor.

Tentunya menarik dianalisis. Namun, jika hendak dianalisis semua, tentu makan waktu lama. Selain itu, saya juga ngilo githok: saya itu siapa. Hanya warga biasa (biasa saja). Dan, tentu  yang wajib melakukan analisis keseluruhan itu para anggota Senat Akademik, sebelum hasilnya disodorkan ke MWA. Di tangan MWA--yang terdapat 30-an% suara menteri dikbud--itulah rektor UGM berikutnya ditentukan. Hehe.

Saya iseng saja fokus pada beberapa hal yang membuat saya tertarik. Sekalian buat latihan nulis.

***

Pada form yang menyatu dengan CV para bakal carek tersebut, ada bagian yang harus diisi. Bagian ini menarik perhatian saya. Begini kurang lebih:

Strategi Bapak/Ibu untuk menangani isu integritas dan kecurangan akademik serta plagiarisme. (Tuliskan antara 100-250 kata)

Ya. Isu integritas tentu menjadi isu--yang bagi saya--utama di perguruan tinggi. Semua hal yang dilakukan sivitas akademika--dosen dan mahasiswa--ditopang oleh integritas akademik.  

Karyo: "Lho, tenaga kependidikan kok tidak dimasukkan?
Paijo: "Tenaga kependidikan tidak termasuk sivitas akademika, Kang!"

Apalagi, beberapa waktu lalu--dan juga waktu sebelumnya--muncul kasus yang menyerempet integritas. Salah satunya plagiarisme yang ditengarai dilakukan oleh salah satu alumnus, yang penyelesaiannya--agaknya--tidak memuaskan semua orang. Atau paling tidak, masih ada ganjalan-ganjalan.

****

Nah, saya coba lihat jawaban para bakal carek atas pertanyaan tersebut.

Saya ambil kata kunci dari jawaban para bakal carek, lalu dijadikan format RIS menggunakan Zotero. Selain kata kunci, saya masukkan juga nama bakal carek. Hal ini untuk mempermudah analisis klasternya. Hasilnya saya visualkan menggunakan VosViewer.

Dataset dalam bentuk RIS, bagi yang ingin melakukan verifikasi,  dapat diunduh di sini. Berikut ini hasilnya.


Klaster strategi para bakal carek terkait integritas dan penanggulangan plagiarisme

Termasuk nama, terdapat 37 kata kunci. Kata kunci ini sebagian besar saya biarkan apa adanya, tidak saya seragamkan berdasar maknanya. Artinya saya gunakan apa yang ditulis oleh masing-masing bakal carek. Kecuali (semoga tidak keliru) software yang saya gunakan juga untuk mewakili teknologi, dan orientasi kampus mewakili "awal masuk".

Dari 6 bakal carek, dengan 37 kata kunci, membentuk 5 klaster. Berarti ada 2 bakal carek yang menjadi satu klaster. Artinya keduanya memiliki strategi yang beririsan.

Bakal carek tersebut yaitu Prof. Teguh yang memiliki 3 kata kunci,  2 di antaranya sama dengan Prof. Ova: edukasi dan software. Sementara 1 kata kunci yaitu sanksi sama dengan Prof. Sigit dan Prof. Deen. Karena lebih kuat terhubung dengan Prof. Ova, maka Prof. Teguh menjadi satu klaster dengan Prof. Ova.

Dari visualisasi di atas,  tidak ada kata kunci yang menjadi penghubung ke semua bakal carek. Namun ada beberapa kata kunci yang menghubungkan ke beberapa bakal carek. Kata kunci tersebut yaitu: software, sanksi (tegas), orientasi kampus, dan internalisasi. Artinya ada beberapa carek yang bersepakat, atau memiliki ide serupa dalam penegakan integritas akademik.

Kata kunci yang menghubungkan antar bakal carek di atas, menjadi kata kunci yang munculnya lebih dari 1x. 


Software disebut oleh 4 (66%) dari 6 bakal carek. Agaknya, sebagian besar carek menempatkan software pendeteksi (plagiarisme/kesamaan kata (kalimat)) sebagai bagian penting dalam pencegahan plagiarisme. Kata kunci ini menghubungkan Prof. Sigit, Prof. Ova, Prof. Deen, dan Prof. Teguh. 

Sementara itu, sanksi disebut oleh 3 bakal carek atau setengah dari total bakal carek. Tiga lainnya tidak menyebut secara tegas sanksi sebagai bagian dari proses pencegahan plagiarisme dan penegakan integritas akademik. Misalnya, Prof. Ali Agus lebih memilih kata: menegakkan peraturan secara fair dan adil. Kata kunci sanksi menghubungkan Prof. Sigit, Prof. Deen, dan Prof. Teguh.

Internalisasi dan orientasi kampus disebut 2 calon (Prof. Bambang, dan Prof. Deen). Sebenarnya kata kunci  orientasi kampus juga disebut oleh Prof. Sigit, namun menggunakan  bahasa yang lebih teknis: ppsmb. Agaknya, ada keinginan bakal carek untuk meneguhkan integritas bagi mahasiswa sejak awal mereka masuk. 

Sementara bagi dosen, sosialisasi dan internalisasi dilakukan melalui berbagai workshop, webinar, juga orientasi (awal) kerja.

Untuk kata kunci lainnya, yang hanya muncul 1x, dapat dilihat langsung pada visualisasi di atas, atau melalui versi online yang lebih interaktif di https://tinyurl.com/y59l9ml7

Beberapa catatan penting

Dari pengamatan saya, ada beberapa catatan penting pada strategi para bakal carek UGM 2022-2027 terkait penegakan integritas akademik.

  1. Semua bakal calon rektor memaparkan nilai integritas secara umum, kecuali terkait plagiat.
  2. Ada ide-ide yang sama dan saling terkait.
  3. Bakal carek cenderung fokus pada isu plagiarisme, padahal pada  Permendikbud Ristek, pelanggaran integritas, khususnya akademik, tidak hanya terkait plagiat. Mungkin hal ini disebabkan oleh kolom pertanyaan yang menuliskan "kecurangan akademik dan plagiat"  mengikuti kata  "integritas".
  4. Munculnya ide modul wajib atau kuliah wajib bagi mahasiswa. Ini menarik. Mungkin selama ini sudah dilaksanakan, namun sifatnya masih belum terintegrasi, dan tidak dengan standard yang sama.
  5. Muncul/disebutnya "perpustakaan" dalam proses penegakan integritas. Meski hanya disebut oleh satu bakal carek, namun tentu ini menarik
  6. Hanya ada satu bakal carek yang berani secara terang-terangan menyebut bahwa pimpinan dan dosen UGM harus menjadi role model.
  7. Ada satu bakal carek yang strateginya tidak memiliki point khas, sehingga posisinya menyatu pada klaster lain.

 

****

Bagaimana dengan tenaga kependidikan?

Ya. Seperti dikatakan Paijo di atas, tendik tidak masuk kategori sivitas akademika. Demikian dijelaskan pada pasal 1 nomor 13 Undang-undang Pendidikan Tinggi No 12 Tahun 2012. Tendik itu ketenagaan (pasal 69), dan merupakan penunjang (penjelasan pasal 69b). Namun, tentu saja tendik juga harus menjunjung integritas, termasuk juga menghindari kecurangan, dan plagiarisme.

Sebenarnya, selain penyebutan perpustakaan (yang digerakkan tendik) oleh Prof. Deen, ada bakal carek yang terang-terangan menyebut tenaga kependidikan dalam strategi menguatkan integritas akademik, yaitu Prof. Ova. Tendik, dalam hal ini dokumen hasil penugasan ke tendik disebut juga sebagai sasaran untuk dicek menggunakan software anti-plagiarisme. Meskipun penyebutan "software anti plagiarisme" sebenarnya juga tidak tepat benar.

Akhirnya, para bakal carek tersebut sudah benar. Dosenlah yang utama. Karena mereka civitas akademika. Contoh. Seluruh geraknya dilihat, dijadikan tolok ukur dalam bertindak, khususnya di kampus.

Diikuti oleh mahasiswa, dan juga tenaga kependidikan.

[[ sekian ]]

Tulisan lain terkait rektor UGM, dapat dilihat di sini








Monday 18 April 2022

Wajah publikasi Prof. Jonner, guru besar baru bidang Ilmu Perpustakaan

Paijo kembali melanjutkan petualangannya. Setelah sebelumnya mencoba menyajikan publikasi 3 guru besar ilmu perpustakaan di Indonesia, kali ini Paijo hendak menelisik wajah publikasi per guru besar. Khususnya guru besar baru.

Dimulai dari Prof. Jonner Hasugian. Paijo melacak publikasi Pak Jonner dari beberapa sumber, di antaranya seperti tertulis di bawah ini. 

  1. Repo USU dengan kata kunci Jonner Hasugian, tahun dokumen antara 2010-2019
  2. Repo USU dengan kata kunci Jonner Hasugian, tahun dokumen antara 2020-2021
  3. Repo USU dengan kata kunci Jonner Hasugian, tahun dokumen antara 2020-2022
  4. Laman Google Scholar Jonner Hasugian https://scholar.google.com/citations?user=Miyd7poAAAAJ&hl=id&oi=ao
  5. Sumber lainnya, termasuk profil Scopus.
Hasil rekapnya disajikan pada tabel di bawah, atau klik ini untuk tampilan layar penuh. Oia, hanya ditampilkan publikasi antara 2010-2022, dengan asumsi paper/publikasi rentang tahun inilah yang digunakan sebagai syarat meraih guru besar. Data yang mengarah ke tugas akhir mahasiswa, kami keluarkan.

Kemudian, jika paper tidak menyebut secara jelas tahun terbit, maka identitas tahun diperoleh dari tampilan di laman repo. Sebenarnya bisa jadi tahun yang tampil bukan tahun publikasi dokumen, melainkan tahun upload ke repo. Tapi biarlah... wong ini cuma iseng saja, kok.

Ada pula paper yang tidak memiliki kata kunci. Untuk paper seperti ini, maka kata kunci ditambahkan sendiri. Ya, tentu sangat subyektif. Tapi tidak apa-apa. Kata kunci tambahan juga disertakan pada tabel di bawah. Bisa dikoreksi jika keliru.

Beberapa informasi di atas menjadi batasan dari analisis pada tulisan ini.

****



Berdasar daftar di atas, jika dikategorikan berdasar jenis publikasi, Pak Jonner memiliki 4 publikasi jurnal, 2 prosiding, 16 yang (kami) kategorikan repository, 1 laporan penelitian, dan 2 buku.

Dari 4 publikasi jurnal, 2 di antaranya jurnal nasional; serta 2 jurnal internasional yang salah satunya masih terindeks Scopus dan sisanya tak lagi diindeks Scopus (discontinued).

Kata kunci publikasi. Versi online klik di sini

Pak Jonner, pada pidato guru besarnya menyampaikan tema bibliometrik. Jika dilihat pada daftar publikasi di atas, melalui sebaran kata kunci, bibliometrik memiliki angka kemunculan 3. Hal ini berarti ada 3 karya publikasi Pak Jonner terkait bibliometrik. 

Bibliometrik memiliki angka kemunculan yang sama dengan repository dan information resources. 

Untuk link strength, bibliometrik kalah dengan information resources. Juga kalah dengan library use, gratification obtained, gratificatuon sought. Padahal 3 kata kunci terakhir ini occurrences (kemunculannya) lebih rendah dari bibliometrik. Hal ini berarti kajian bibliometrik yang dilakukan masih kurang variasi areanya (tidak banyak berhubungan dengan keyword lain).

Angka kemunculan 11 kata kunci teratas, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Kemunculan kata kunci

Tiga karya Pak Jonner terkait bibliometrik yaitu:Analisis Bibliometrika terhadap Publikasi Hasil Penelitian AIDS di Indonesia, buku berjudul Bibliometrika, dan Analisis Sitiran Terhadap Disertasi Program Doktor (S-3) Ilmu Kedokteran Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Oia, satu lagi, yang agaknya juga berkaitan dengan bibliometrik: Faktor Dampak Jurnal dan Pengindeksan (Journal Impact Factor and Indexing). 


Kesimpulan
Karyo: "Trus kesimpulanmu apa, Jo?"
Paijo: "Aku tidak mau menyimpulkan, Kang!"

Agaknya Paijo tidak membuat kesimpulan. Dia lebih ke ingin menyajikan data, semampu dia. Idep-idep buat latihan nulis. 


Friday 15 April 2022

Fakta-fakta pemilihan rektor UGM 2022

Pemilihan tahun ini untuk memilih rektor ke-17

Sejak awal berdiri, jika dihitung maka rektor yang akan terpilih pada tahun ini merupakan rektor ke-17

Peluang deret cantik dari FK

Bagi Bu Ova (calon dari FKKMK), ada peluang membuat deret angka cantik jika beliau berhasil jadi rektor. Deret tersebut yaitu: 1,7,17. 
Deret ini terbentuk karena rektor ke-1 dari FK, rektor ke-7 dari FK. Maka jika disandingkan jadi angka 1&7 = 17. 

Jika Bu Ova berhasil jadi rektor, juga akan menjadi rektor perempuan pertama yang terpilih melalui proses  sejak awal. Rektor perempuan sebelumnya, Bu Rita, tidak melalui proses penuh sejak awal.

Bagi FT, ini peluang hatrick

Pada dua periode terakhir, Rektor UGM dari FT. Tahun ini peluang hatrick terbuka luas. Di atas kertas, jika dipetakan fakultas, FT UGM punya paling banyak alumni di MWA. Dosen FT juga ada yang di Kemendikbud. Ya, siapa tahu diminta pendapat/pertimbangan. 😀

Mendikbud kayake masih punya suara. 

Bagi Pak Ali Agus, ini "pertarungan" ke-2, dan sangat mungkin kesempatan terakhir sebelum pensiun.

Perjuangan benar-benar harus dilakukan Pak Ali Agus. Sebagai finalis pada pemilihan periode 2017, tentunya Pak Ali punya motivasi lebih ketika kembali mencalonkan diri.

Berhentinya pola FISIPOL-FT

Sejak 1998, sampai Pak Panut, pola rektor UGM yaitu: FISIPOL-FISIPOL, FT, FISIPOL, FT, FT. Jika deret ini konsisten, maka tahun ini seharusnya FISIPOL.
Namun, FISIPOL absen pada pilrek tahun ini.

FT tetap konsisten dengan >1 calon

Beberapa periode pemilihan rektor, FT selalu memiliki pendaftar lebih dari satu orang. 



Wajah publikasi 1 Profesor LIS Malaysia, bandingkan dengan dari Indonesia

Setelah memetakan publikasi 3 guru besar ilmu perpustakaan di Indonesia, atas saran seorang kawan, dilanjutkan dengan membandingkan dengan guru besar ilmu perpus negara tetangga.

Dari web ini IIUM: Staff Directory, saya temukan 1 nama yang profilnya mengarah pada: dosen di bidang perpustakaan dan informasi, serta sudah mencapai derajad Profesor: Roslina Bt. Othman.

Dataset bentuk csv dapat diunduh di sini.

Nah! Agar jeruk to jeruk, alias sejajar, maka saya coba cari juga daftar publikasinya yang terindeks Scopus. Hmm, sebenarnya tidak benar-benar jeruk to jeruk, ya. Karena yang Indonesia 3 nama, yang Malaysia saya baru dapat 1 nama. Tapi tak apalah.

Karyo: "Kok Scopus lagi, Jo?"

Paijo: "Lho, ya biar sama dengan yang sebelumnya, Kang."

profil 

Ketemulah laman profil ini. 

Laman profil ini sudah membuat saya ngilu. Dari jumlah dokumen, pada 1 orang guru besar saja, mencapai 37. Hampir 4 kali lipat gabungan 3 guru besar ilmu perpustakaan di Indonesia.

***

Kita lihat detailnya.


Dari tahun terbit, publikasi Bu Raslina dimulai tahun 2004. Bisa dibandingkan dengan guru besar dari Indonesia.

jejaring penulis

Asal jejaring penulis pun tidak hanya dari 1 negara saja. Ada 4 negara lain, selain Malaysia, yang bersama-sama Bu Raslina menulis. Jejaring antar penulis bisa dilihat pada gambar di bawah ini.

Klaster jejaring antar penulis


Dari 37 paper, memunculkan 129 kata kunci. Klaster dan jejaring kata kunci tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


Dari 129 kata kunci, berbeda dengan 3 guru besar dari Indonesia, tidak ditemukan kata kunci spesifik Covid-19. Adanya "pandemic" yang muncul 1x bersama dengan learning gain, KM, dan syncronous learning.

Kata kunci yang baru berhubungan dengan ethic, kajian pemikiran, SNA, r-programming, dan semacamnya. Di bawah ini saya tampilkan kata kunci yang average pub years-nya paling tinggi.



Tampilan jejaring kata kunci secara online dapat dilihat di bawah ini.



Kesimpulan

Jika dibandingkan dengan publikasi guru besar ilmu perpustakaan di Indonesia, maka dapat kita lihat bahwa sesungguhnya....

Titik-titik dapat diisi sendiri.

[[ selesai ]]



Thursday 14 April 2022

Publikasi 3 Profesor Ilmu Perpustakaan di Indonesia: sudah menggembirakan atau belum?

Setidaknya sampai saat ini, detik ini, pas saya nulis ini, ada tiga profesor atau guru besar bidang Ilmu Perpustakaan di Indonesia. 

Pertama, Sulistyo Basuki. Menurut data di sini, Pak Sulis memperoleh gelar profesornya pada 1995 dari Universitas Indonesia. Cukup lama Pak Sulis menjadi satu-satunya guru besar di bidang perpustakaan di Indonesia. Bertahun-tahun tak ada orang lain yang mampu menyusulnya.

Setelah sekian lama tidak ada guru besar baru, bahkan sampai Pak Sulis pensiun, baru pada tahun 2022 muncul guru besar baru. Pak Jonner Hasugian, yang menurut berita di sini, dikukuhkan pada 2022. Pak Jonner merupakan dosen di Universitas Sumatra Utara, tentu saja departemen ilmu perpustakaan.

Setelah Pak Jonner, pada tahun yang sama, ada Pak Nurdin Laugu dari Univ Islam Negeri Sunan Kalijaga yang meraih guru besar.

Nah. Guru besar tentu saja merupakan orang yang sangat mumpuni pada bidang ilmu tertentu. Mereka pasti banyak bergelut pada bidang penelitian, kemudian diterbitkan. Terbitan inilah yang  menjadi salah satu syarat mereka memperoleh jabatan guru besar. Konon begitu katanya.

Sebagai guru besar, ilmunya sudah menjulang tinggi. Melampaui sejawatnya yang masih lektor atau lektor kepala. 

Lalu, seperti apa wajah publikasi mereka?

***

Saya coba cari di database Scopus. Mengingat database ini menjadi salah satu tolok ukur pengajuan guru besar. Setidaknya demikian syarat dalam panduan pengajuan angka kredit yang dibuat oleh Dikti tahun 2019.

Karyo: "Kok cuma Scopus, Jo?"

Paijo: "Sik gampang tur cepet, Kang."

Saya telusuri ID Scopus 3 guru besar ini, kemudian dijadikan bahan untuk membuat rumus pencarian. 

Ini rumus yang saya gunakan: AU-ID ( "Nurdin, L."   57214073491 )  OR  AU-ID ( "Hasugian, Jonner"   57205436668 )  OR  AU-ID ( "Basuki, Sulistyo"   56496954400 ).

Pencarian menghasilkan 10 dokumen.

Total publikasi masing-masing GB

Pak Nurdin, meskipun paling baru sebagai guru besar, memiliki paper paling banyak.


Co-authornya Pak Nurdin

Pak Nurdin, yang memiliki 4 publikasi, ternyata ditulis dengan 4 orang lainnya. Artinya rata-rata 1 paper ditulis berdua dengan orang lain. Beberapa nama, sepertinya mahasiswa(nya), serta yang lain sesama dosen di kampusnya.

Co-authornya Pak Sulis

Cukup banyak co-author pada 3 publikasi Pak Sulis. Beberapa nama agaknya mahasiswa bimbingannya. Saya malah tidak menemukan (mengenal) nama yang merupakan dosen ilmu perpustakaan.


Sebagian penulis jejaringnya Pak Jonner


Cukup banyak penulis jejaringnya Pak Jonner, padahal papernya hanya 3.  Saya penasaran. Saya temukan paper ini, yang penulisnya ada 99 orang. Mungkin paper inilah yang menjadikan Pak Jonner punya banyak co-author.


Negara asal penulis

Hmm, dari 10 paper, semuanya ditulis oleh orang Indonesia. Agaknya kurang menggembirakan untuk ukuran seorang guru besar.



Gambar di atas menunjukkan wadah publikasi paper. Info terkait hal ini, lebih detail ada pada tabel bagian akhir tulisan ini. Yang jelas, LPP yang paling banyak dipakai publikasi (3 dari 10), sudah diskontinu dari Scopus. :)

***

Oke. Kita coba visualkan dengan VV agar lebih mudah menganalisnya. Oia, dataset saya unggah di sini. Monggo yang mau unduh.


co-author 3 guru besar 


Gambar di atas menunjukkan, bahwa ternyata 3 guru besar ilmu perpustakaan di Indonesia ini, tidak "berteman". Artinya apa?

Ya, berarti secara ide, mereka tidak terhubung melalui tulisan ilmiah.

Hmm, ada yang aneh. Ada 1 paper Pak Jonner yang penulisnya banyak (lihat keterangan sebelumnya), namun yang terbaca di visualisasi hanya beberapa. Saya belum nemu jawabnya.

kata kunci 2 guru besar baru


Gambar di atas merupakan bidang garap 2 guru besar baru, yaitu Pak Nurdin dan Pak Jonner yang ditunjukkan dengan kata kunci papernya. Setidaknya ada 6 klaster berdasar kata kunci, dari total 7 dokumen. Berarti ada 1  dokumen yang saling terkait sehingga menyatu dengan klaster lainnya.  
Kata kunci publikasi 3 guru besar

Gambar di atas kumpulan kata kunci dari semua guru besar. Total ada 8 klaster, dengan angka kemunculan terbanyak yaitu "academic libraries" sebanyak 3x. Lainnya cuma 1x.



overlay kata kunci publikasi 3 guru besar

Jika dipindah ke overlay, yang kuning atau lebih terang merupakan kata kunci yang munculnya paling baru. 

Saya coba ambil dari data map, berikut kata kunci yang average pub yearsnya paling tinggi, yang berarti relativ ada publikasi baru.

 

Ternyata, bidang perpustakaan juga ikut-ikutan meneliti covid-19, meski tentu saja dikaitkan dengan perpustakaan, misalnya bidang layanan. Kemunculan topik masjid terkait arsip, sejarah, juga cukup menarik.  

Juga imaging politics. Apa lagi ini...

Paijo: "Kang, kok ndak ada topik bookless atau sofa dan bantal, ya?"
Karyo: "Hus!"


Kesimpulan

Dari jumlah GB, jumlah paper, topik, jejaring penulis, dan lainnya, menurut anda publikasi  3 guru besar ilmu perpustakaan ini cukup menggembirakan atau tidak/belum?


Monggo diambil kesimpulan sendiri-sendiri, ya.


****
Berikut daftar 10 paper dari 3 guru besar di atas. Empat diantaranya, jurnalnya sudah diskontinyu dari Scopus. (Klik di sini untuk tampilan daftar publikasi fullscreen)

Thursday 7 April 2022

Menelisik motivasi para calon rektor UGM

Sumber foto: UGM
Jumlah pendaftar (bakal) calon rektor UGM bervariasi tiap periode.

Jika dilihat dari periode sebelumnya, bakal calon periode ini menurun jumlahnya.  Tahun 2002, paling tidak ada 3 calon. Tahun 2007, menurut data ini, ada 10 orang. Tahun 2012, menurut data ini, ada 7 pendaftar.

Sebelum pemilihan 2022, yaitu proses pemilihan tahun 2017, menurut data ini, pendaftar sebanyak 9 orang.

Tahun 2022 ada 7 pendaftar. Artinya ada penurunan 2 angka. Dari 7 ini kemudian tersisa 6 bakal calon rektor UGM yang lolos administrasi. Kesemuanya dari internal UGM, satu-satunya calon dari luar UGM gagal melanjutkan.

Dengan skema terbuka bagi semua warga negara Republik Indonesia, tentu jumlah ini--setidaknya menurut saya-- kurang menggembirakan.

Apa yang menjadikan internal UGM kurang greget mendaftar? Dan apa yang membuat eksternal juga kurang berbondong-bondong mendaftar?

Tentu jawabnya bisa bermacam. Atau minimal terkaannya bisa bermacam. Bisa karena tidak menarik sama sekali. Atau alasan peluangnya kecil. Kecilnya peluang seorang calon, bisa dilihat dari komposisi MWA maupun suara menteri.

Mungkin banyak yang sadar diri. Berat. 

Entahlah.

***

Nah. Dari proses yang berjalan di 2022, pansel telah memajang profil beserta motivasi masing-masing carek di laman Seleksi Rektor. Profil yang dipasang, merupakan profil calon yang lolos seleksi administrasi.

Saya coba, iseng, mengambil data narasi motivasi masing-masing carek dari laman seleksi rektor, lalu saya masukkan NVIVO. Sekaligus upaya mengingat fitur di NVIVO, saya coba sajikan hasilnya di bawah ini.

Secara enteng-entengan, kita lihat satu per satu. 

*****

Prof. Ali Agus


Di atas merupakan kata yang yang paling banyak muncul pada paparan motivasi Pak Agus. "Amanah" menjadi kata paling banyak muncul.


Kata amanah dari Pak Agus terkait dengan cara pandang dirinya pada jabatan rektor. "Amanah tidak patut diminta," katanya. Juga "jabatan adalah amanah".


Prof. Bambang Kironoto


Pak Bambang banyak bicara tentang pengembangan.  Kata ini merupakan bagian dari semacam visi/komitmennya jika dipercaya menjadi rektor. 
Kata "pengembangan" yang disampaikan terkait dengan manajemen, leap frogging, tridharma, agile university governance. Agaknya, Pak Bambang memanfaatkan kesempatan menulis motivasi untuk menyisipkan point visi misinya. Ini menarik.


Prof. Deendarlianto

Sementara itu, Prof. Deen menempatkan "kepemimpinan" sebagai kata yang banyak disebut. 
Kepemimpinan yang disodorkan Pak Deen dikaitkan dengan tawaran model kepemimpinan yang akan diterapkannya jika dipercaya sebagai rektor. Kata kepemimpinan ini berhubungan dengan adaptif, humanis, dinamis.


Prof. Ova Emilia


"Komitmen" menjadi kata yang paling banyak ditulis Bu Ova dalam motivasinya. Disusul kata "pengembangan.
Kata "komitmen" yang disampaikan Bu Ova, yaitu  komitmen jika terpilih sebagai rektor. Ada lima komitmen Bu Ova, yaitu terkait mencetak, memperkuat, meningkatkan, membangun, dan mendorong.


Prof. Sigit Riyanto



Pak Sigit banyak menulis kata "kesempatan" pada motivasinya. 
Agaknya, kata "kesempatan" ini digunakannya untuk menyampaikan apa saja yang selama ini sudah pernah dilakukan. Mengemban (amanah), mengajar, membimbing, membantu. 

Terkait pencalonannya, kata "kesempatan" dikaitkan dengan tantangan dan juga mengabdi (sebagai rektor). 


Prof. Teguh Budipitojo


Kata "hewan" muncul sebagai kata paling banyak disebut Pak Teguh. Kata ini ternyata banyak disebut saat Pak Teguh bercerita tentang dirinya.
Jika dicari kata lain yang terkait dengan motivasi/visi misi, maka ditemukan kata inovatif.
Kata inovatif yang disampaikan Pak Teguh, berkaitan dengan kata "merancang". 



******

Kesimpulan

Para bakal  calon ada  yang masih samar dalam menyebutkan program. 

Hal ini wajar. Mungkin ada semacam program kunci yang enggan diketahui publik sebelum dipaparkan di depan SA.

Namun ada juga yang sudah menyampaikan point-point, atau sebut saja kata kunci, yang akan dilakukan jika terpilih jadi rektor. Mungkin dimaksudkan agar publik tahu bahwa dirinya benar-benar siap.


Kesimpulan? Ya itu tadi, rekap kata-kata paling banyak muncul: amanah, pengembangan, kepemimpinan, komitmen, kesempatan, dan inovatif. 

Kalau disatukan menjadi: kesempatan untuk memimpin pengembangan dengan inovatif, komitmen, dan amanah.

Kesimpilan mendalam?

Maaf, tulisan ini (awalnya) saya kerjakan pukul 23.28 malam. Pas ngantuk-ngantuknya. Kesimpulannya saya serahkan pada masing-masing pembaca saja. 

[[ selesai ]]

Sumber:


Wednesday 6 April 2022

Teknik Sipil: jurusan tertua dan selalu ada pada 5 rezim terakhir rektor UGM

foto di Museum UGM

Fakultas Teknik,  jika ditarik ke belakang, minimal sampai Sekolah Tinggi Teknik Yogyakarta (STT) Yogyakarta, merupakan institusi yang menjadi bakal UGM.

STT Yogyakarta merupakan sekolah pindahan dari STT Bandung, yang tentunya lebih tua lagi usianya. STT Bandung, jika dirunut masih ada sambungan ke TH Bandung, yang tentunya lebih tua lagi. Dan, jika ditelisik, perguruan tinggi teknik masa itu, isinya jurusan Teknik Sipil.

***

STT Yogyakarta, bersama dengan sekolah lainnya, termasuk BPTGM bergabung menjadi UNGM. Setelah menjadi UGM, STT Yogyakarta inilah yang kemudian disebut Fakultas Teknik UGM.

Nah, seberapa banyak peran FT UGM, khususnya Teknik Sipil pada bergeraknya UGM, khususnya pada wilayah manajemennya?




Gambar di atas menunjukkan hadirnya FT UGM pada 6 rezim terakhir, sejak 1998 hingga 2022.

Berikut ini keterangan lebih lengkap. Oia, saya gunakan kata rezim sebagai judul, karena agaknya memang pas mewakili "pemerintahan" di universitas. Rezim, dalam KBBI berarti tata pemerintah negara; pemerintahan yang berkuasa.


--

1. Masa Rektor Prof.  Ichlasul Amal (1998-2002)

Pada periode ini, dari FT ada Ir. Soewandi Indanoe dari DTAP yang kemudian digantikan Prof. Achmad Djunaedi, juga dari DTAP, menjabat sebagai wakil rektor.

****

Pada periode pasca Ir. Soewandi dan Prof. Achmad Djunaedi ini, FT selalu mencatatkan dosen dari Teknik Sipil pada jabatan rektor atau wakil rektor.

2. Masa Prof. Sofian Effendi (2002-2007)

Pada periode ini, Prof. Sudjarwadi (Teknik Sipil), menjadi wakil rektor. Saat itu sebutannya Wakil Rektor Senior.

3. Masa Prof. Sudjarwadi (2007-2012)

Sebelum menjabat sebagai rektor, Prof. Sudjarwadi (Teknik Sipil) bertarung pada pilrek, yang salah satu calonnya Prof. Sofian Effendi sendiri, yang waktu itu masih menjabat rektor. Dari FT, selain Prof. Sudjarwadi, pada masa ini ada Prof. Atyanto Dharoko yang berasal dari DTAP FT UGM sebagai wakil rektor. 

3. Masa Prof. Pratikno (2012-2014)

Sebelum terpilih, Prof. Pratikno harus mengikuti proses pemilihan yang juga diikuti oleh beberapa dosen dari DTSL FT UGM, yaitu Prof. Danang Parikesit dan Prof. Suryo Hapsoro, keduanya dari Teknik Sipil. Danang Parikesit berhasil masuk final.

Pada periode ini pun terdapat wakil rektor dari Teknik Sipil, Prof. Budi S. Wignyosukarto.

4. Masa Prof. Dwikorita Karnawati (2014-2017)

Prof. Rita menjabat rektor tanpa melalui pemilihan, namun meneruskan masa sisa jabatan Prof. Pratikno yang ternyata memilih naik sebagai menteri. Pada masa Prof. Rita ini, terdapat Prof. Budi S. Wignyosukarto dari Teknik Sipil yang menjabat wakil rektor..

5. Masa Prof.  Panut Mulyono (2017-2022)

Pada proses pemilihan, selain Prof. Panut, pada periode ini turut pula Prof. Rita (yang masih menjabat rektor), serta Prof. Nizam (Teknik Sipil).

Pada kepemimpinan Prof. Panut yang jadi rektor, terdapat Prof. Bambang Kironoto dari Teknik Sipil yang menjabat sebagai wakil rektor.

6. Pilrek 2022

Saat ini, pada pilihan rektor 2022, terdapat dua nama dari FT UGM. Prof. Deendarlianto (DTMI), dan Prof. Bambang Agus Kironoto (Teknik Sipil) yang masih menjabat wakil rektor

***

Jadi, sejak 1998, selalu ada dosen FT UGM yang menjabat sebagai rektor atau wakil rektor. Dari 6 rezim rektor UGM sejak 1998, 5 rezim di antaranya selalu ada dari Teknik Sipil FT UGM, baik sebagai rektor atau wakil rektor. Sementara 1 lainnya dari Teknik Arsitektur dan Perencanaan.

Jika kembali pada awalan tulisan ini, mungkin memang karena usia, sehingga Teknik Sipil selalu ada, khususnya 5 periode rektor terakhir. Sebagai jurusan tua, maka kelimpahan SDM pun menjadi hal yang wajar, jejaringnya kuat.

Bagaimana periode berikutnya?

Kita lihat bersama.


6 April 2022, pukul 12 siang

Sumber data: Arsip UGM