Friday 29 January 2016

,

FAQ tentang masalah pustakawan.

Di bawah ini, FAQ terkait kejadian dan (mungkin) keluhan pustakawan. Jawabannya, mungkin tidak umum, alias tidak sama dengan pandangan banyak orang. Maaf. Namanya juga iseng. Jawaban disusun atas dasar keisengan, namun tidak menutup kemungkinan ada unsur kebenarannya.

------------------

Mengapa pustakawan ada yang diberi pekerjaan tambahan?
Pertama: kemungkinan atasan menganggap pekerjaan pustakawan terlalu ringan. Cuma meminjam dan mengembalikan buku saja. Maka, diberilah tambahan pekerjaan.
Kedua: kemungkinan si pustakawan pinter, maka dioptimalkan dengan pekerjaan tambahan
Ketiga: staf administratifnya kurang, maka pustakawan harus merangkap pekerjaan. Keempat: pustakawan dirasa gajinya kecil, dengan pekerjaan tambahan maka pimpinan bisa memiliki alasan legal untuk menambah honor pustakawan. 
Mengapa pustakawan ada yang dipindah  ke bagian TU?
Pertama: kemungkinan TU kekurangan staf, dianggap pekerjaan di perpustakaan cuma pinjam dan kembali saja, atau memang selama ini perpustakaan dicitrakan sebagai tempat yang hanya meminjam dan kembali buku saja,  maka dikurangi staf perpus untuk dipindah di TU. Atau perpus dijadikan sambilan saja, kalau pas dibutuhkan baru dibuka. Kalau pas tutup, staf ada di TU.
Mengapa perpustakaan ada yang diisi/diberi staf lulusan SMA?
Pertama: pimpinan menganggap dan berharap, pekerjaan di perpustakaan hanya mencatat buku, meminjamkan dan mengembalikan buku saja. Itu kan cuma pekerjaan kecil, tak perlu sekolah tinggi dan ijazah perpustakaan untuk menjalan peran itu. 
Honor pengelola perpus lebih kecil dibanding honor TU?
Kemungkinan, pekerjaan pustakawan itu dianggap risikonya kecil. Dia hanya berhubungan dengan pemustaka. Kalau TU, bisa berhubungan dengan instansi lain. Kan berabe kalau pekerjaannya keliru. Pustakawan salah beri label, salah beri call number, risikonya kecil. 
Kepala perpustakaan dipegang bukan oleh pustakawan?
Ini jalan pahala lho. Kan kasihan, kalau guru ndak dapat angka kredit. Lumayan ketika diminta jadi kepala perpus, bisa buat nambah angka kreditnya. Bagi pustakawan, anggap saja itu sedekah, dari pada bikin sakit hati. Ndak kuat? keluar saja. Selesai.
, , ,

Studi banding pustakawan Indonesia ke luar negeri, apa yang harus disiapkan?

Sumber klik
Maret 2016, FPPTI DIY merencanakan studi banding ke Malaysia dan Singapura. Poster lengkapnya, silakan lihat di sini. Monggo dilihat, dan segera siapkan ubo rampenya untuk bergabung.
Weh, mantep ki, Kang. Iso ngerti negoro liyo. Ra lirak-lirik lho..
Tajuk dari acara tersebut adalah Embedded Librarianship Tour 2016.  Tentang embedded librarianship, beberapa artikel saya tulis di blog ini.

http://www.purwo.co/2016/01/embedded-librarian-kerjaannya-apa.html
http://www.purwo.co/2016/01/peran-scholarly-communications-oleh.html

Saya pernah dua kali pergi ke luar negeri, terkait kepustakawanan. Pertama, studi banding ketika kuliah. Tujuannya Malaysia, Singapura dan Thailand. Kedua, ketika ikut Gennext Conference di Brunei Darussalam.

Bagaimana perpustakaan di negara tersebut? dari sisi bangunan, megah. Dari sisi teknologi, canggih. Dari sisi perabot, bagus dan modern. Dari sisi kegiatan, yang populer saat itu adalah istilah literasi informasi. Istilah ini seolah jadi sihir para pustakawan untuk menunjukkan dirinya ada. Apa itu literasi informasi? silakan dicari.

Dari sisi kemampuan SDM, ini yang saya tidak sempat eksplorasi. Entah mengapa, dua kali kesempatan tersebut saya hanya terkesima dengan fisik, bukan substansi. Lihat kursi, meja, mesin, ruang, fasilitas yang wah, langsung ngiler.
Merasa ndak punya ya, Kang? jadinya ngiler.
Nah, agar tidak ngiler ketika sampai di tempat. Maka beberapa hal ini perlu dipersiapkan.

  1. Siapkan fisik, mental dan spiritual, karena akan melakukan perjalanan jauh. 
  2. Sebelum berangkat, cari tahu dahulu tentang perpustakaan yang akan dituju. Cari alamat webnya, lihat gedungnya, lihat koleksnya, lihat apa kegiatannya, lihat kualifikasi SDMnya dan lainnya. Di bawah ini, alamat web perpustakaan yang akan dituju tersebut.
  3. Lihat pula, hal-hal yang terkait tema studi banding. Dalam hal ini embedded librarianship (EL), cari tahu terkait EL pada perpusatakaan yang akan dikunjungi. Pelajari dahulu, apa itu EL...kemudian bayangkan dan reka-rekalah konsep tersebut diterapkan di perpustakaan anda. Jika ada kesulitan, atau masalah dalam bayangan (perekaan) tersebut, tulis dan bawalah pertanyaan/masalah tersebut untuk dicari jawabnya di perpustakaan yang akan dikunjungi
  4. Siapkan uang saku

Selamat belajar.

Thursday 28 January 2016

, ,

Menggunakan Mendeley/Zotero. Sebelum menulis artikel, apa yang harus diperhatikan?

Menulis artikel ilmiah, merupakan tugas rutin mahasiswa. Nah, sebelum menulis artikel, terkait dengan penulisan referensi, perhatikan hal-hal berikut.
  1. Baca guide for author dari jurnal yang hendak dituju. Guide ini dapat dilihat pada alamat online jurnal tersebut. 
  2. Periksa pada bagian petunjuk penulisan referensi, apakah disarankan menggunakan Reference Management Tools?
  3. Jika disarankan, cek di web CitationStyles, apakah nama jurnalnya telah mendaftarkan style referensinya dalam portal CitationStyles?
  4. Jika ada, dan disarankan, maka install dan gunakan. Jika tidak ada, maka perhatikan cara menulis reference pada guide for author.

Gambar di bawah ini menunjukkan kepada penulis, tata cara membuat daftar referensi dengan reference management software. Kebetulan, jurnal Carbohydrate Polymer menyarankan penggunaan software dan menyediakan CSL.

Contoh Guide for Author, sumber klik

Nah, karena jelas saran di Author Guide, maka ketika menggunakan Zotero atau Mendeley, periksa pada database CSL, apakah tersedia style yang disarankan?
Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa style Carbohydrate Polymer tersedia di CSL yang dilihat melalui aplikasi Mendeley. Install dan gunakan.
Pencarian style Carbohydrate Polymer di Mendeley
Nah, dengan adanya dukungan style yang dapat dipanggil dengan berbagai aplikasi Reference Management Software, maka penulis akan dimudahkan dalam mengelola dokumen referensi sekaligus membuat kutipan dan daftar pustakanya.


Sunday 24 January 2016

,

Peran Scholarly Communications oleh Embedded Librarian di Malaysia

Sebelumnya, semedi saya menghasilkan postingan tentang Scholarly Communication, di sini. Setelahnya, saya coba cari hal riil yang dilakukan terkait peran tersebut.

Paijo: "Sajake kang Pur nulis karo ngarep-arep dorpris ki, nang HPTT 70 FT UGM."

sumber klik
Hasil penelitian yang dilakukan oleh pustakawan di Malaysia ini menarik dicermati. "Embedded librarianship in scholarly communication: perceived roles of academic librarians in malaysian research intensive universities", demikian judul penelitian ini, yang dilakukan oleh pustakawan di Universiti Teknologi MARA dan dosen di University Malaya.

Peran scholarly dibagi menjadi dua: pre publication roles dan post publication roles. Peran pertama dilakukan sebelum sebuah artikel riset diterbitkan, sedangkan peran kedua setela sebuah artikel riset diterbitkan.

Pre-publication Roles 
Saya kutipkan beberapa kata kunci pada peran ini.
  1. Information Provider : membuat semua informasi baik cetak atau elektronik dapat diakses dengan mudah oleh pemustaka
  2. Information service provider : 
    1. user education untuk meningkatkan literasi informasi. 
    2. research support program : didesain khusus untuk peneliti agar dapat menemukan informasi yang dibutuhkan. Misal: lokakarya penulisan, reference management tools, research impact, ResearchID, open access, pustakawan berperan terkait konsultasi publikasi, bagaimana dan di mana menerbitkan artikel. Ada layanan unik yang disebut scholarly communications service yang membantu peneliti dalam menulis artikel berdasar hasil temuan penelitian. Dalam hal ini perlu kerjasama dengan unit/pihak lain, dan tetap harus dijaga agar jangan sampai pustakawan mengambil peran dari supervisor.
  3. Bibliograhic Roles: mengelola informasi, dan menyusun CAS (current awareness services) untuk membantu peneliti menemukan informasi yang dibutuhkan dengan mudah, untuk mendukung proses komunikasi ilmiahnya
  4. Liaison roles : pustakawan dapat bertemu dengan para peneliti, staf di fakultas agar dapat dengan baik mempersiapkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Presentasi dalam event di fakultas/unit. Bertemu dengan penerbit, editor jurnal untuk kemudian disampaikan pada mahasiswa/peneliti.
  5. Research Counsellor : menjadi konselor peneliti ketika menemukan kesulitan dalam setiap proses scholarly communication, secara perseorangan.
  6. Facilities Providers : menyiapkan akses internet, ruang diskusi, ruang meneliti/menulis,
  7. Module designer : misalnya menyiapkan template untuk menulis ilmiah menggunakan Libre atau Ms. Office.
  8. Policy Makers : misalnya melibatkan diri dalam publikasi hasil riset pada institusinya
  9. Intellectual property of Scientific Products : Uniquely one of the librarian in this current study is involved in Pattern Filing and the verification process for the university. 

Melihat beberapa peran yang dilaksanakan tersebut, sepertinya dalam keseharian pustakawan di Indonesia sudah banyak dilakukan. Hanya mungkin perlu ditingkatkan lagi kualitas dan kuantitasnya, agar peneliti semakin percaya kepada pustakawan. Penunjukkan pustakawan yang mendalami proses komunikasi ilmiah, kemudian meningkan skill dan pengetahuan yang mendukungnya menjadi hal yang perlu diperhatikan.


Friday 15 January 2016

, ,

Mengawinkan Mendeley dengan Simpan.UGM (OwnCloud) untuk mengelola artikel permintaan mahasiswa

"Mas Bro, mosok saya install 3 Mendeley di komputer yang berbeda, maksudnya biar bisa bertukar data untuk mengelola artikel permintaan mahasiswa oleh 3 orang yang berbeda. Tapi, setelah sinkronisasi, ternyata semua komputer menyimpan semua file yang sama. Kan ngebak-ebaki. Piye iki?"

Rekan sekalian.., ternyata belajar memang dapat dipicu apa saja. Salah satunya, dari pertanyaan orang lain. Tidak semua pertanyaan, dapat terjawab. Pasti. Kadang kita harus mencari dulu jawabnya, baru disampaikan.
Mumet ki Dhab. Piye ya..
Akhirnya, saya mikir... dan karena ini hari Jumat, maka pertanyaan tersebut terbawa ke sholat Jumat. Jian... Tapi, saya dapat jalan keluarnya. Setelah Jum'atan, saya coba dan berhasil. Intinya mengawinkan Mendeley dengan aplikasi SIMPAN milik UGM yang menggunakan OwnCloud.

Ada yang belum tahu aplikasi Simpan.UGM? slentik kupinge.

Lakukan langkah satu dan dua di bawah ini pada komputer yang sama. Komputer ini yang nanti akan digunakan untuk mencari artikel dan menyimpannya dengan Mendeley.
Cara ini silakan dicoba, sangat mungkin ada cara lain. Santae wae Bro. Tapi, aplikasi ownCloud dalam tulisan ini mengacu ke server yang dimiliki UGM lho.. dari selain UGM, silakan menyesuaikan.

Install Mendeley
Install mendeley hanya di satu tempat saja. lakukan semua proses pengunduhan dari satu tempat ini.
Seting Mendeley, agar penyimpanan dokumen ditempatkan pada folder yang ditentukan. D://DATA, misalnya. Jangan lupa, seting rename file sesuai pengarang dan judul dan jurnal. Penamaan ini untuk mempermudah pencarian.
Ingat ya Kang, pada konteks tulisan ini, ketika melakukan penyimpanan ke Mendeley dilakukan dengan diunduh lebih dulu baru simpan ke Mendeley. Bukan menggunakan fitur Mendeley Web Importer (save to mendeley). Ssst, kecuali dengan Zotero, beda maning.

Install ownCloud Client
Instasll dan seting sincronisasi ownCloud ke folder tempat penyimpanan file yang dikelola dengan Mendeley.
Ssst, jangan lupa, ketika login ke ownCloud, gunakan akun UGM, dan arahkan server ke https://simpan.ugm.ac.id.


Nah, dengan dua langkah di atas, maka ketika dokumen dimasukkan dalam Mendeley, maka secara otomatis juga akan tersincronisasi ke layanan Cloudnya UGM.

Bagaimana jika mahasiswa meminta artikel, dan artikel tersebut sudah dimiliki dan dikelola dengan Mendeley?
Pustakawan yang melayani tidak harus menginstall dan membuka mendeley di komputernya. Layanan bisa dilakukan di mana saja (dengan catatan file sudah dikelola/dimiliki), dari komputer yang terkoneksi internet. Tidak harus di perpustakaan, di rumah juga bisa.

Caranya adalah:
Buka http://simpan.ugm.ac.id
Login dengan username dan password UGM yang sama dengan ketika seting ownCloud.
Setelah itu... tra lalalala.. Lihat, sudah ada file-file PDF yang nama filenya menggunakan nama pengarang-jurnal-judul artikel, sesuai dengan seting penamaan/rename file yang dilakukan di Mendeley?

Bagaimana mengirim ke yang membutuhkan? klik saja tombol "Bagikan", sesuai baris dokumen yang dibutuhkan. Lalu, ada dua pilihan: copy paste url download dan kirimkan ke email yang membutuhkan, atau langsung tulis email yang membutunkan, dan klik Kirim.
tampilan sincronisasi di OwnCloud SIMPAN.UGM

Terimakasih untuk Bu Martina Uki atas inspirasi siang ini.

Semoga bermanfaat, sik tak mbaleni le #madhiang

Thursday 14 January 2016

, ,

Catatan selama mempelajari Zotero dan Mendeley (dan sedikit EndNote)


Ini adalah catatan saya selama mempelajari Zotero, Mendeley dan sedikit EndNote. + dan - di bawah ini, masih bisa dikoreksi lagi. Saya tulis sebagai catatan dokumentasi.

Zotero
  1. bagus dalam pengelolaan laman web, Mendeley tidak bisa menangkap laman web (+)
  2. plugin nya banyak, https://www.zotero.org/support/plugins (+)
  3. (kata teman), lebih bagus dalam mengambil metadata dari .pdf (+)
  4. dikelola bukan oleh perusahaan (+/-)
  5. akses file .pdf dari jurnal online, langsung tersimpan di komputer. (+)
  6. bisa full offline (+)
  7. penyimpanan metadata dan file bisa diseting dalam satu folder tertentu, sehingga bisa dibuat sinkronisasi dengan mesin cloud lainnya (GoogleDrive, office365, simpan.ugm..) (+)

Mendeley
  1. kuota penyimpanannya lebih banyak, dibanding Zotero (+)
  2. bagus dalam menangani file .pdf, mampu melakukan manipulasi file .pdf dengan baik (note, highlight...) (+)
  3. tampilan lebih menarik (relatif yak) (+)
  4. dikelola perusahaan (Elsevier) (?)
  5. harus punya akun di Mendeley Web untuk menggunakan (ada syarat online pada saat login) (-)
  6. penyimpanan via online jurnal tidak langsung ke komputer, tapi ke penyimpanan cloud. (+/-)
  7. bisa mengambil metadata dari Zotero (sinkronisasi) (+)
  8. metadata dan file ada pada folder terpisah, menyulitkan jika ingin backup manual atau dengan layanan cloud lain (-)
  9. punya mesin pencari sendiri, terintegrasi di tampilan Mendeley (+)

EndNote (eksporasi yang saya lakukan baru sedikit, belum banyak...)
  1. hanya tersedia di Windows dan Mac (-)
  2. (saya merasa) tidak optimal atau berat di Windows 10 (-)
  3. ringan (saya gunakan di Windows 7) (+)
  4. bisa otomatis membuat kutipan di depan (author prominent)
  5. belum bisa ambil metadata langsung dari file dan DOI (-)
  6. data yang dikelola dapat dipisah dalam file berbeda (+). Misal referensi untuk tesis, disimpan dalam file tesis.enl, artikel.enl dan lainnya.
  7. tidak bisa membaca langsung metadata sebuah file .pdf (-)
  8. dapat disetel pencarian langsung ke database tertentu (+)
Bacaan lain:
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0099133316302294 (Comparison of the Accuracy of Bibliographical References Generated for Medical Citation Styles by EndNote, Mendeley, RefWorks and Zotero)

Monday 11 January 2016

Embedded Librarian : kerjaannya apa?

Tulisan grenengan ini, sebagaimana tulisan yang lain, tetap terbuka untuk dikritisi.
"Wong cuma, untuk ngisi blog, kok Kang. Jadi ya, sak kecekele. Opo maneh sing nulis isih sinau. Monggo dilanjut membaca." 
Dulu, saya pernah menulis ini http://www.purwo.co/2015/07/embedding-librarianship-in-lms.html. Intinya, apa yang bisa pustakawan lakukan pada LMS a.k.a Learning Management Systems.

Saya coba eksplorasi lagi tentang embedded librarian. Pustakawan yang ditanam? ditanam di mana?
"Embedded librarians work closely over time with non-librarian groups" (sumber)
Kalimat di atas adalah kunci pertama yang saya peroleh. Pustakawan yang bekerja dengan kelompok yang bukan pustakawan?
"A librarian added to your online course as a course builder for a period of time to support your student learners in their research process." (sumber)
Kalimat di atas adalah kunci kedua. Pustakawan yang dimasukkan dalam kuliah online, mendukung pembelajaran pada proses penelitian. Ini kayake mirip seperti yang saya tulis di http://www.purwo.co/2015/07/embedding-librarianship-in-lms.html. Tugas pustakawan pada kuliah online, ya mirip seperti di lingkungan fisik, tapi di online.
"Piye tho maksude kang?, kok mubeng-mubeng".
Misalnya, mahasiswa pada online course, kadang ndak bisa akses sumber informasi online yang biasanya diakses di kampus. Atau meskipun bisa, kita sebagai pustakawan dapat langsung menyajikan pada online course tersebut. Sehingga mahasiswa terbantu. Pustakawan tertanam dan melayani seperti halnya di dunian nyata, namun tempatnya saja yang beda.

Kata Li Si (2012), EL ini didahulu oleh konsep embedded journalist, yang berwujud menyatunya reporter pada dunia reportase. Misalnya reporter yang mengikuti atau ngintil (jawa) para tentara yang sedang perang. 

Sebatas pengetahuan saya, dimulai dari istilah embedded, maka untuk mengetahui apa yang bisa dilakukan pustakawan yang tertanam ini, harus dilihat dulu, DITANAM DI MANA?.

Sebentar, sebelum saya lanjutkan.... yang perlu digarus bawahi terkait EL adalah partisipasi, bukan sekedar menyiapkan informasi. Sebagaimana disampaikan oleh Li Si dan kawan-kawannya (2012), dalam kalimat ini:
Thus, embedded librarians move from a supporting role into partnership with their clientele, enabling librarians to develop stronger connections and relationships with those they serve.11 “Participation” and “collaboration” are at the core of the concept, collaboration being one of the most important factors. (sumber)

Di mana saja pustakawan bisa tertanam? Dari beberapa literatur yang saya dapatkan, pustakawan dapat tertanam pada lingkungan pembelajaran (kelas fisik atau virtual), serta dalam komunitas peneliti (konteks penelitian).

Kelas fisik, maksudnya, ya ruang kelas. Pustakawan ikut mahasiswa dalam proses kuliah. Kelas virtual, ya seperti yang saya maksud pada awal tulisan, di LMS misalnya. Pada komunitas penelitian, ya ikut nimbrung dengan para peneliti. Ini agaknya meneguhkan konsep pustakawan yang jangan hanya sekeder mengelola dan menyajikan, tapi juga ikut mencipta pengetahuan (dengan ikut penelitian).

Nah, tempat tertanamnya pustakawan tersebut, akan berpengaruh pada apa yang bisa dilakukan. Masih dari sumber yang sama, yaitu Li Si (2012), ada beberapa best practice EL di China yang bisa ditiru.

Tongji University Library:
Tongji University Library helped this project by means of researching and analyzing the content of the project, developing an information retrieval strategy, assessing and mining relevant databases and online resources at home and abroad, providing follow-up literature services during the research process, and classifying and indexing the documents involved, building a database with functions for browsing and searching, and timely update.

Shanghai Jiao Tong University-library
The elements of the embedded services are as follows:(1) Visiting each subject innovation base to get in touch with teachers and research teams, and preserving user records in order to serve users long-term. Librarians have visited hundreds of professors and established user files for each of them, as more teachers learn about these subject services.(2) Entering research team of each college and department to build a two way network of subject service, and training informationists as the bridge between library subject service team and the research team.(3) Embedding themselves into national research groups, the librarians provide long-term specialist support for the research task groups, focusing on improving users' information literacy, providing relevant literature and information for research groups, organizing research files for the various task groups; tracking the latest information on issues as they evolve and searching for comparable research elsewhere.

Courses Resource Guides at Fudan University Library

Fudan University Library focused on embedding library service into learning resources. Through the library services, users can subscribe to lectures in special courses and guides to curriculum resources. Fig. 1 shows the resource guide page of a subject service, named Tutorial reading of original literature works: Intensive reading of Lao She. The page content includes course information (course title, code, teacher's name and email), contact information for the library subject service (name, telephone number, email and office location of the subject librarian), assigned reading literature (with full-text of both journal articles and excerpts from books), course related resources (include relevant websites and information from databases) etc. The library supports the teaching process through providing essential resources related to the course.


Selain best practice di atas, berikut beberapa kegiatan yang dilakukan dalam EL, yang saya ko-pas dari web https://library.uncg.edu/.
  • help learners use the library's online resources such as journal databases and e-books
  • help learners find appropriate web resources
  • assist learners with finding and requesting library materials that are not online
  • help with citation formats
  • provide web based tutorials about the online library resources
  • help learners access materials the library does not own
  • collaborate with instructor to develop an assignment based library instruction session
  • facilitate a discussion board in your Blackboard classroom (typically for 5-10 days) to answer learner questions regarding finding and using library resources

Berbagai item kegiatan, baik dalam konsep atau best practice tersebut dapat dijadikan gambaran lebih dalam tentang EL. 

Selain kata kunci: partisipasi, dan kolaborasi di atas, dibutuhkan skill (terkait apa yang akan dilakukan) dan strategi (terkait bagaimana melakukan) untuk menjalankan strategi Embedded Librarian dalam lingkungan akademik. Dua hal ini, tentunya yang jadi pe-er.


Parto: "Kang, lah kalau ditempat saya... dosen dan komunitas peneliti sudah mengikutkan mahasiswa je. Mahasiswa menjadi asisten untuk mencari data, mengolah dan lainnya. Dosen lebih memilih mahasiswa, karena sekalian mendidik mereka pada dunia penelitian. Pustakawan? kayake, bagi mereka cukup melayani peminjaman dan pengembalian" 
Harjo:"lah, saya tertarik tertanam di lingkungan belajar online kang. Tapi... E-learning tempat saya, ndak aktip je. Cuma buat upload bahan kuliah saja" 

Masih dari tulisan Li Si, ada kesimpulan bahwa hanya ada 5 perpustakaan yang kegiatannya dapat dikategorikan layanan embedded. Lima perpustakaan ini, sebagaimana tabel berikut.


Nah, monggo, jika berminat kegiatan dan strategi penerapan EL dapat diterapkan pada perpustakaan saudara-saudara...

#salam

Referensi:

Thursday 7 January 2016

,

Scholarly Communication Librarian : apa kira-kira pekerjaannya?

Scholarly communication, dapat diartikan sebagai komunikasi ilmiah. Namun ketika ditambahi istilah librarian (pustakawan), maka menjadi pustakawan komunikasi ilmiah. Selama ini saya hanya mengenal pustakawan sirkulasi, pustakawan referensi, pustakawan ahli, pustakawan terampil, pustakawan utama. Nah, lalu apa itu  Scholarly Communication Librarian? 

Judul di atas saya pilih, karena saya ini orangnya nyari yang riil-riil saja. Perpustakaan dibawa ke ranah konseptual, ngawang-awang, malah marahi mumet. Pertanyaan para pustakawan kan sama semua, "njuk aku kon ngopo saiki?". Pekerjaan apa yang harus dilakukan pustakawan, itu harus diperjelas.

Parto"Saya malah punya ide begini, Kang. Bagaimana kalau para dosen Ilmu perpustakaan itu, diminta seminggu di perpustakaan bertemu mahasiswa dan siapapun yang berkunjung ke perpustakaan. Untuk apa? untuk menunjukkan, apa dan bagaimana sih pekerjaan pustakawan yang ideal itu?"
Paijo: "Hus, rasah ngoyo woro pak lek."

Balik ke SCL, untuk mengetahuinya, saya mencoba mencari melalui mesin pelacak, Google.

Agar lebih jelas, kita buka web yang memuat data diri Molly Keener,
http://zsr.wfu.edu/directory/molly-keener. Pada web tersebut, Molly dideskripsikan sebagai SCL dengan beberapa tugas yang menarik. Molly membantu civitas kampus untuk mengelola copyright dan intelectual property-nya, mengeksplorasi berbagai pilihan penerbitan termasuk openaccess.
Molly juga mendidik mahasiswa tentang pentingnya mengelola copyright ketika menerbitkan karya. Serta, otomatis Molly juga mengajar literasi informasi.

Web berikutnya, adalah https://recruit.apo.ucla.edu/apply/JPF01408. Web ini berisi lowongan pekerjaan sebagai SCL. Nah, kita bisa melihat pekerjaan yang akan dibebankan pada kandidat yang lolos. Ada banyak pekerjaan. Sama seperti Molly, pada web ini menyebutkan pula intelectual property dan dunia publikasi (open publishing) yang menjadi tanggungjawab SCL. SCL, juga bertanggungjawab menjangkau pemustaka, mengembangkan training atau pendidikan tentang scholarly communication.

Nah, sebenarnya apa sih scholarly communication itu? sehingga sampai ada pustakawan khusus yang bidangnya pada SC?
"Weit, kok nulisnya kuwalik Kang, kan kudunya definisi itu di awal tulisan." Wis ben lah..
sumber
http://library.auraria.edu/services/scholarly-communication
Saya menemukan web ini, http://libguides.northwestern.edu/scholcomm dan http://library.auraria.edu/services/scholarly-communication. Pada web tersebut, dibahas SC secara mendetail. Scholarly communication is the process of publishing new research findings, demikian kutipan tentang SC. SC dilakukan dalam berbagai bentuk, mulai dari buku, jurnal, prosiding, poster atau blog. Untuk menjaga kualitas, dilakukan peer review oleh ahli.

Singkat kata, dari beberapa sumber tentang SC, saya berkesimpulan bahwa SCL pada perguruan tinggi adalah sebagai berikut.

Skill yang harus dimiliki dan peran yang bisa dilaksanakan:
  • Pengetahuan tentang penelitian
  • Memberi penjelasan tentang ID peneliti yang berlaku internasional (ID SCOPUS, ORCID), 
  • Memberi arahan tentang komunitas peneliti yang bisa dimasuki untuk berdiskusi ilmiah tentang penelitiannya.
  • Pengetahuan tentang cara memilih tempat publikasi, berdasar topik, kemudian memilih jurnal atau konferensi.
  • Mencari informasi ranking jurnal sesuai topik, dan membantu memilih jurnal yang sesuai untuk level penulis.
  • Memberi advice bagaimana menindaklanjuti catatan dari reviewer, dan apa yang harus dilakukan setelah memperbaiki review.
  • Membantu/memberi advice  tentang potensi copyright pada tulisan, cara mengatur, menjaga dan mendaftarkannya.
  • Memberi advice tentang pilihan jurnal open access atau berbayar untuk tulisan yang akan diterbitkan, atau pilihan self-archiving.
  • Memberi advice tentang dunia penghitungan/penilaian jurnal internasional (WoS, SCOPUS), dan impact terhadap artikel yang akan diterbitkan.
Nah, demikianlah yang saya pahami, hasil dari njungkel njempalik.
update: Kemungkinan masih ada lagi peran selain di atas atau koreksi atas pemahaman saya. Peran yang saya tuliskan, adalah hubungan langsung antara pustakawan dengan pemustaka. Bagaimana  dengan peran SCL terkait dokumen ilmiah?
Ada artikel menarik, yang menulis Embedded dan Scholarly Comm Librarian. Judulnya "Embedded librarianship in scholarly communication: perceived roles of academic librarians in malaysian research intensive universities" yang dapat dibaca di http://eprints.usm.my.

Artikel ini menelisik peran terkait scholarly communication oleh embedded librarian, atau dengan kata lain mengeksplorasi praktek yang dilakukan embedded librarian terkait peran mendukung scholarly communication.

Monggo dibaca, saya akan coba tulis tafsiran saya atas artikel tersebut pada postingan yang lain.

Terimakasih.

Tuesday 5 January 2016

Apa saja sumber untuk mendapatkan informasi ilmiah?

sumber http://www.1001wisata.com/
Pada url ini  (klik), kami membuat peta sumber informasi yang dapat digunakan untuk melacak informasi yang dibutuhkan. Namun, peta tersebut memuat informasi tersebar dan tidak memuat prioritasnya.

Bagaimana jika dibuat prioritas?.. Ssst, ini versi saya lho, dan dengan sudut pandang UGM.

Sumber informasi dilanggan atau dimiliki UGM
Ini merupakan prioritas pertama. Akses ke dua sumber informasi tersebut dapat dilakukan melalui http://ugm.id/ss (merupakan satu pintu untuk pencarian artikel/buku yang dilanggan UGM). Sementara untuk koleksi yang dimiliki UGM, berupa bahan tercetak dapat diakses via http://opac.lib.ugm.ac.id (katalog induk perpustakaan se-UGM).
Untuk jurnal yang diterbitkan UGM, dapat dilacak di http://i-lib.ugm.ac.id dan http://jurnal.ugm.ac.id

Sumber dilanggan DIKTI
DIKTI melanggan jurnal, yang dapat diakses melalui http://dikti.summon.serialssolutions.com. Akses yang dilakukan via jaringan internet kampus, akan memudahkan unduh fulltext. Khusus UGM, kemungkinan ada irisan dengan yang telah dilanggan UGM.

Sumber dilanggan Perpusnas
Informasi artikel/e-book yang dilanggan Perpusnas, dapat diakses melalui http://e-resources.perpusnas.go.id

ResearchGate
RG merupakan portal para penulis dunia. Penulis yang memiliki akun di RG, dapat kita hubungi secara online. Jika kita memerlukan artikel, maka kita dapat lakukan permintaan kepada penulis, secara langsung via RG.

Academia
Mirip dengan RG, Academia juga merupakan fasilitas berjejaring antar ilmuwan.

Mengirim email ke penulis
Cara ini merupakan cara  untuk menghubungi penulis tanpa aplikasi pengantar, namun langsung mengirim surat (elektronik). Penyebutan alasan penggunaan artikel yang dibutuhkan, tentunya dapat ditulis ketika menuliskan permintaan ini.

Jejaring berbagi artikel di internet
Setidaknya ada dua jejaring yang anggotanya saling membantu menemukan artikel ilmiah yang dibutuhkan. Pertama milis (mailing list), kedua grup Facebook.

Jaringan alumni
Nah, khusus pustakawan, baik-baiklah pada mahasiswa tingkat akhir. Jaga hubungan dengan alumni. Alumni merupakan aset untuk dapat diberdayagunakan membantu adik angkatannya. Lacak alumni yang saat ini sedang kuliah di luar negeri, komunikasi dan jadikan jejaring.

Openaccess
Ada banyak sumber informasi openaccess, baik berdiri sendiri atau berwujud directory. Kesemuanya dapat dijadikan sumber referensi. Namun demikian, biasanya saya sampaikan ke mahasiswa, bahwa jika merasa ragu dengan sumber OA, maka pastikan dengan menelusuri alamat web berikut siapa yang ada dibalik web tersebut. Atau dapat juga diperiksa di SCOPUS atau Thompson ISI WoS. Jika ada pada keduanya, atau salah satunya, maka dari angka 100, 80 sudah aman. Yang 20? konsultasikan ke dosen pembimbing. Mengapa dosen pembimbing penting? karena angka 20 tadi tetap memuat berbagai kemungkinan. Terindex SCOPUS tapi predator, misalnya.

Sumber underground
Jalan terakhir ini, bagi yang tahu sebenarnya jalan paling pintas. Namun demikian, pilihan ini berisiko.  Dari mana sih sumber underground itu? hehe, penasaran ya?