Monday 8 July 2019

Hari pustakawan: sebuah ilusi



laman web perpusnas

Selamat hari pustakawan!!!

Demikian teriak seorang kawan. Teriakan yang keras, dan menyimpan kebanggaan. 

Sejak lama, predikat "HARI" memang punya daya magis, sakral, dan sangat memikat. Mulai dari hari berdirinya negara, pernikahan, hari lahir.

Bahkan hari jadian, ditolak atau putus dari pacar. Hari itu diingat, meski mungkin ada kenangannya yang berusaha dilupakan. Pahit.

#eaaa

Sebenarnya, ada yang salah kaprah. Tepatnya bukan hari, tapi tanggal. Hari Kesaktian Pancasila itu bukan hari Senin, Selasa, Rabu, atau lainnya. Namun wujudnya tanggal (dan bulan): 1 Oktober. Hari dan pasarannya pun bisa berganti: wage, kliwon, pahing, pon, atau legi. 

Dan, jika pustakawan punya "HARI" khusus, pastilah juga demikian. Bangga, dan bisa mendukung eksistensi diri dan profesinya. Sama dengan profesi lain yang punya hari.

Namun, benarkah ada hari (tanggal) pustakawan?

Sebagai pustakawan, saya termasuk tidak literate dengan hari-hari besar bidang perpustakaan. Mulai dari hari pustakawan, hari kunjung perpustakaan, hari buku, dan semacamnya.

Saat ini, saat menulis ini, saya tidak hafal (meski pernah mendengar) tanggal hari buku dan hari kunjung perpustakaan.

Lebih akrab dengan menghitung hari menjelang gajian, atau hari libur. Apalagi libur panjang. Saya bisa hafal kapan mulai, dan kapan berakhirnya. Lebih hafal dari hari lahir istri saya. 

Tenin...

**** 

Kembali ke hari pustakawan.

Beberapa waktu lalu, di sebuah grup WA ada yang menulis: Hari Pustakawan 7 Juli. Rasa penasaran muncul. Tepatnya juga pertanyaan.

Memang ada hari pustakawan?

Nggaya temen.

Hijrana, anggota grup, menulis tentang hari pustakawan. Dia mengawali tulisannya dengan protes pada pandangan publik yang menganggap bahwa pustakawan itu penjaga buku. Dia anggap itu tidak tepat.  Dia menulis, "Jika ada yang berfikir bahwa pustakawan hanyalah seorang penjaga buku, maka pemikiran itu tidaklah tepat karena perpustakaan merupakan pusat peradaban dan perubahan"

Pengandaian Hijrana tentang pustakawan, namun ketidaksetujuannya dengan pandangan tentang pustakawan itu didasarkan dengan alasan tentang perpustakaan.  Saya tak mampu mencerna dengan sempurna, apa maksudnya.

Kalau perpustakaan memang sebuah pusat peradaban dan perubahan, apakah itu menegasikan anggapan pustakawan itu penjaga buku?

Silakan cek tulisannya di http://perpustakaan.uin-alauddin.ac.id/hari-pustakawan-indonesia/.

Oke, saya tak ingin berpanjang lebar tentang hal di atas. Saya tertarik pada angka 6 Juli, yang disebut Hijrana sebagai Hari Pustakawan. Ini dikuatkannya dengan pemilihan judul REFLEKSI HARI PUSTAKAWAN 6 JULI. 

Sementara, pustakawan lainnya, Ahmad Syawqi menulis ikhwal hari (lahir) pustakawan pula. Kemuliaan Menjadi Pustakawan, demikian judulnya. Di dalamnya ada keterangan "refleksi hari lahir pustakawan Indonesia". 

Syawqi mengawali tulisannya dengan tegas menyebut betapa bersejarahnya tanggal 7 Juli.
Namun, berbeda dengan Hijrina, di blog https://www.pustakawan.web.id/,  Syawqi tidak tegas menyebut hari Pustakawan, namun Syawqi cenderung memilih 7 Juli sebagai hari lahir pustakawan Indonesia. 

Informasi lainnya, misalnya https://www.facebook.com/perpus.kaltim/posts/, mengawali tulisannya dengan "6 Juli, Hari Pustakawan Indonesia.". Sementara  dan https://www.instagram.com/, menuliskan 7 Juli. Artinya, ada bermacam kesimpulan tentang Hari Pustakawan ini.

Jika memang sudah mapan, mestinya tidak ada perbedaan, meski hanya selisih tanggal. :)


****

Sekarang mari kita lihat laman web hari-hari penting yang ada di web Perpusnas (https://www.perpusnas.go.id/). Laman ini menyajikan tanggal penting terkait hari hari yang tentu dianggap bermakna. Anehnya tidak tercantum tanggal 6 atau 7 Juli sebagai hari Pustakawan. Setelah 5 Juli, langsung mlumpat ke 9 Juli. Entah.

Mungkin khilaf, atau sebenarnya juga meragukan. 

****

Jika pada hari Guru atau hari yang paling baru, Hari Santri, ada upacara memperingatinya; lalu apa yang dilakukan pustakawan pada hari pustakawan?

Upacara juga?

Seberapa penting hari pustakawan? Atau hari pustakawan 6/7 Juli itu hanya sebatas igauan, imajiner, ilusi, khayalan, atau angan-angan yang didorong oleh keinginan luhur, agar profesinya sama dengan Guru yang memiliki Hari Guru?

Mereka lupa, bahwa guru itu punya seragam. Sedangkan pustakawan tidak. Guru itu punya IKIP, sedangkan pustakawan tidak. 

Ada atau tidaknya hari pustakawan, pustakawan itu tetap bisa dilakukan oleh siapa saja. Kita semua adalah pustakawan.

Setiap hari lahir kita, adalah hari pustakawan. Setiap hari, adalah hari pustakawan.


Selamat hari pustakawan, sepanjang masa...!!!
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Terimakasih, komentar akan kami moderasi