Wednesday 26 October 2016

[Hot] Artikel "Agnes Monica" dan "Inul Daratista" dikutip artikel yang diterbitkan Springer dan IEEE

… predatory publishers, which publish counterfeit to exploit the open-access model in which the author pays. These predatory publishers are dishonest and lack transparency. They aim to dupe researchers, especially those inexperienced in scholarly communication. (Beall, J., 2012. Predatory publishers are corrupting open access. Nature, 489, p.179. Available at:
http://www.nature.com/news/predatory-publishers-are-corrupting-open-access-1.11385.)

Agak ragu saya menulis judul di atas, tapi saya "pentelengi" berkali-kali kok kayake ya ndak keliru saya melihatnya. Mohon koreksi.

sumber gambar klik
Jurnal predator, menjadi populer seiring dengan populernya pengindeksan dan semangat mempublikasikan karya para ilmuwan di jurnal (internasional). Jurnal predator, merupakan istilah yang dinisbahkan pada tulisan Beall, dan web Beall di scholarlyoa.com. Beall, sebagaimana di header web menulis mengkritisi dunia penerbitan model open-access.  Sehingga predator sangat terkait dengan batasan tersebut (open-access). Nama scholarlyoa, OA pada domain tersebut juga merujuk ke open-access.

Jurnal open-access kui opo? - salah satunya buka di sini https://aoasg.org.au/what-is-open-access/

Saya lebih sering mengartikan jurnal predator dengan pengertian "jurnal yang berbayar, penulis harus membayar untuk menerbitkan artikelnya, namun penulis tidak mendapatkan layanan jurnal yang berkualitas (reviewer, layout, dan lainnya)". Artinya, antara uang yang diberikan penulis untuk membiayai proses awal-akhir artikel terbit, tidak sebanding. 

Jurnal open-access, memang sebagian besar penulis membayar. Mungkin, karena itulah, Mr. Beall tertarik menelitinya. Apakah semua jurnal open-access itu predator? jelas TIDAK. Beall memiliki kriteria dalam menilainya. OA juga diterapkan oleh beberapa penerbit besar, Elsevier misalnya. Silakan lihat di http://www.sciencedirect.com/#open-access. Elsevier punya dua model OA, Gold dan Green.

Seorang kawan, pernah cerita, ketika submit di jurnal yang dianggap predator, seminggu setelahnya langsung disetujui diterbitkan. Anehnya, si pengelola jurnal justru bertanya "masih ada yang ingin kamu perbaiki?". Hal ini aneh, karena semestinya justru pengelola jurnal, melalui reviewer menunjukkan hal yang kurang dan harus diperbaiki oleh penulis.

Tentu kita ingat, kasus sebuah artikel yang memuat nama penulis Inul Daratista dan Agnes Monika, untuk sebuah jurnal bidang pertanian. Tidak satu artikel, namun dua artikel yang mencantumkan nama Agnes Monika dan Inul Daratista.

  1. "Mapping Indonesian Paddy Field Using Multiple-Temporal Satellite Imagery." klik: http://sains.kompas.com/read/2012/08/29/13392470/Agnes.dan.Inul.Dicatut.di.Makalah.Jurnal.Internasional, download di https://simpan.ugm.ac.id/s/24UOopva81jDvUx
  2. "Effect of methane emission from fertilizer application" atau unduh di https://simpan.ugm.ac.id/s/wsvSgbT9gsDXm78
note: selanjutnya, jika saya tulis Inul Daratista atau Agnes Monika, maka yang saya maksud adalah nama yang tertulis sebagai penulis kedua artikel di atas.

Wussss,
Coba kita bayangkan, jika kita bukan orang Indonesia, lalu bidang ilmu kita pertanian. Maka tidak menutup kemungkinan kita akan mengutip artikel tersebut? apakah ini terjadi. Kita lihat gambar di bawah ini:

Artikel ber DOI 10.1109/TGRS.2016.2590439
salah satu daftar pustaka artikel ber DOI 10.1109/TGRS.2016.2590439
Silakan cari artikel tersebut di jurnal online ternama. Kemudian pastikan, apakah benar referensi nomor 10 mengutip artikel Inul Daratista?

Paper DOI 10.1007/s10333-015-0502-2

Tampilan referensi 

-------------------
Untuk lebih jelas, kita lihat di GoogleScholar. Lihat gambar, tautan di GS silakan klik https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0,5&q=agnes+monica+inul+daratista
Artikel Inul Daratista yang terindeks GoogleScholar

Artikel yang mengutip artikel "Effect..."

Artikel yang mengutip "Mapping..."

terjadi, kan?
Weh, kudu ngati-ati yo kang? - yo jelas, Lek
---------------- 

Kembali ke web ScholarlyOA.

Web ScholarlyOA.com, juga diacu oleh DIKTI (http://pak.dikti.go.id/portal/?p=41), untuk menyaring dan menilai artikel yang diajukan para ilmuwan di bawah DIKTI. Ilmuwan (sebagian) merasa risih jika submit paper di jurnal yang oleh Beall ditulis di webnya. 

Potential, possible, or probable predatory scholarly open-access publishers
(https://scholarlyoa.com/publishers/)

Kalimat di atas, merupakan pembuka pada laman daftar penerbit yang dibuat Beall. Sedangkan di bawah ini, merupakan pembuka di laman daftar jurnal.

Potential, possible, or probable predatory scholarly open-access journals 
(https://scholarlyoa.com/individual-journals/) 


Potential, possible. Dua kata yang dipilih Beal tersebut, memiliki beberapa arti. Beall, masih membuka ruang, bahwa daftarnya keliru. Yang kedua, bagi kita, yang membaca web tersebut memiliki ruang untuk menafsirkan sendiri daftarnya Beall, berdasar penelitian atau pengamatan kita pada jurnal tersebut. Nah, oleh karena itu,  Saya lebih cenderung menggunakan daftar yang dibuat oleh Beall sebagai sarana/alat untuk menfilter/menyeleksi jurnal yang hendak digunakan, baik sebagai referensi maupun disasar submit artikel.

Nah, berkaca pada kasus 1) adanya nama artis yang ditulis sebagai penulis, dan berhasil terbit di jurnal, 2) adanya ilmuwan yang mengutip dari artikel yang kemungkinan besar abal-abal, sebagaimana tertera pada paparan di atas, maka wajib bagi para ilmuwan untuk berhati hati. Setidaknya berhati-hati pada 1) menggunakan artikel yang diunduh dari internet, tidak diterbitkan dari oleh sumber terpercaya, 2) hati-hati dalam memilih jurnal untuk disasar. Caranya bagaimana?
  1. Gunakan daftarnya Beall, sebagai daftar yang membantu untuk memilih
  2. Kombinasikan dengan daftar yang ada di pengindeks jurnal Scopus, dan JCR.
  3. Kritis pada sumber.
----------------

Yang aman? 
Mengelola jurnal, memang susah-gampang. Kabarnya yang paling susah adalah mendapatkan naskah. Ketika jurnalnya masih baru, belum terakreditasi, belum masuk Scopus atau Jurnal Citation Report (JCR), padahal saat ini para ilmuwan (baca: dosen) digerakkan untuk menulis di jurnal yang terindeks Scopus (minimal), maka menjadi sulit mendapatkan naskah berkualitas.

Menghidupkan jurnal, membangun jurnal dari 0, jurnal lokal agar berkualitas, kemudian bisa diakui dengan standard yang digariskan Arjuna, Scopus, JCR perlu terus dilakukan. Sehingga, semakin banyak jurnal di Indonesia yang selevel kualitasnya dengan jurnal di luar Indonesia (dengan standard yang ditetapkan, tentunya). Jika demikian, maka orang submit, tidak akan mikir Scopus atau JCR atau semacamnya, karena kualitas itu telah terpenuhi. PR berikutnya adalah menjaga kepercayaan. Jangan sampai ketika sudah terindeks Scopus atau JCR, jadi jual murah, apalagi kepada kolega yang "meminta-minta" agar lolos terbit.

Weit, kok mbladrah, Kang? 

Saat ini, mau main aman?.. Gunakan 3 cara yang saya tulis di atas. Pilih jurnal yang tidak ada dalam daftarnya Beall, namun statusnya terindeks Scopus minimal Q1,Q2, syukur juga terindeks JCR. Kritis pada sumber, nilai jurnal dan artikel pada jurnal tersebut sebelum submit. Scopus dan JCR, dalam hal ini hanya kita pinjam untuk memilih, bukan dijadikan "berhala". Selain itu, jika mau terhindar dari daftarnya Beall, hindari jurnal Open-Access. Sasar jurnal Open-access hanya yang diterbitkan oleh Elsevier atau Springer, atau penerbit ternama lainnya.

Sst, tapi jika anda percaya diri dengan artikel yang anda tulis, anda bisa mencoba mengirim artikel tersebut ke jurnal biasa saja, tanpa embel-embel Q, IF dll. Jika artikel memang bagus, pasti juga akan dikutip ilmuwan lain.


Dua artikel yang disinyalir mengutip dari artikel "Inul" dan "Agnes"
  1. http://link.springer.com/article/10.1007/s10333-015-0502-2
  2. http://ieeexplore.ieee.org/stamp/stamp.jsp?arnumber=7527671 
#teguhtimbul
#sehatwaras






 

Tuesday 25 October 2016

,

Mamanfaatkan Kelas Online ELISA UGM untuk layanan perpustakaan

Pemenang pertama kuis kelas online
Aplikasi online learning banyak dikembangkan oleh berbagai lembaga pendidikan, terutama perguruan tinggi. UGM, juga demikian. ELISA namanya, alamatnya di elisa.ugm.ac.id.

Pada aplikasi online tersebut, seorang dosen dapat membuat kelas, mengatur siapa saja yang bisa bergabung, membuat pokok bahasan, membuat kuis (perseorangan, kelompok, pilihan ganda atau essay) sekaligus menilainya. Membuat topik diskusi, mengunggah video atau slide kuliah, atau menautkannya dengan sumber referensi yang tersedia di perpustakaan.

Kami tertarik menggunakan Elisa ini, tentunya untuk perpustakaan yang kami kelola. Akhirnya, setelah kontak admin ELISA, saya disetel sebagai dosen ketika login ELISA. Sehingga, saya dapat membuat kelas dan lainnya.

loh, kowe kan dudu dosen tho, kang? 
Akhirnya, jadilah kelas ini:
Kelas online di http://elisa.ugm.ac.id/community/show/literasi-informasi/


Di kelas tersebut, kami membuat diskusi, mengundang orang, mempublikasikan dan membuat kuis berhadiah. Hadiahnya dari mana? cari berbagai dukungan.

Kelasmu itu sudah bagus po kang? --  Jelas durung tho, Lek. Wong lagi wae digawe, kok. 

Teman-teman pustakawan lain, mungkin bisa menengok perguruan tingginya, jika ada fasilitas serupa, bisa digunakan. Jika tidak ada, bisa membuat sendiri.

fitur Latex di Elisa

Kelas online ini, hanya sekedar suka-suka. Tanpa konsep yang dapat dipertanggungjawabkan. Namun kami ucapkan terimakasih kepada Bu Purwani Istiana (Pustakawan Senior UGM), yang bersedia berdiskusi dan memberikan saran dalam pembuatan dan pemanfaatan kelas online ini. Kekurangan yang ada, murni dari kami.



note: kelas tersebut di bawah supervisi Ibu Purwani Istiana, MA. (Kepala Perpustakan Fakultas Geografi UGM)

Thursday 20 October 2016

,

Menggunakan Latex untuk menulis artikel: tips, template, rumus, tabel

Pada umumnya, orang tahu Microsoft Word atau Libreoffice untuk menulis skripsi atau artikel atau dokumen lainnya. Padahal, ada bermacam software lain yang dapat digunakan untuk menulis. Misalnya Lyx, Latex, KingOffice.

Latex memang kurang populer, namun di kalangan mahasiswa Matematika atau fisika, agaknya menjadi software yang wajib diketahui. Beberapa jurnal, juga menyertakan template Latex untuk penulisan artikelnya, misalnya http://www.latextemplates.com/template/ieee, atau https://www.ieee.org/publications_standards/publications/authors/author_templates.html. Hasil dokumen yang diolah menggunakan Latex lebih bagus (menurut saya), presisi, rumusnya lebih pas (memangnya pakaian?..). Pokoke baguslah..

Yang ndak mau ribet belajar Latex, bisa mencoba converter word to latex. Saya belum coba hehe..., klik http://www.wordtolatex.com/

Kita bicara tentang Latex. Latex sebenarnya ada kemiripan dengan Lyx (kuwalik kayake). Lyx merupakan antarmuka dari Latex. Saya pernah membuat dokumen menggunakan Lyx, menantang namun menyenangkan dengan hasil yang memuaskan (unduh hasilnya di sini). Latex, saya kenal tahun 2005-an. Saat itu, seorang kawan, Rachmad Resmiyanto (dosen UIN Sukijo) menulis skripsinya menggunakan Latex. Lama tidak menggunakan, akhirnya lupa.

Ketika sesi sinau bareng di Perpustakaan FT UGM, menghadirkan seorang mahasiswa aktif pengguna Latex (Pak Warindi, mahasiswa S3 TETI UGM), memori saya kembali terbuka. "Menggunakan, atau tepatnya belajar Latex dengan studi kasus template Elsevier". Miktex dipasang sebagai antarmuka Latex. Kemudian mengunduh template Elsevier lengkap dengan cls, dan style daftar pustakanya. Ketika menuliskan abstrak, bab pendahuluan cukup kopas (kopi paste) dari Ms. Word ke section yang dimaksudkan. Nah, sulitnya adalah ketika membuat rumus, menyusun daftar pustaka, membuat tabel, dan menyisipkan gambar.


Membuat rumus
Rumus di latex ditulis dengan kode. Misal \frac \sum dan lainnya. Sulit bagi saya, karena saya tidak hafal nama kode tersebut. Sebagai jalan keluar, saya gunakan LyX.  LyX menyediakan GUI untuk pembuatan rumus, jika sudah jadi, tinggal ko-pas saja kodenya di halaman kerja Latex. Selesai.
Selain menggunakan LyX, dapat pula menggunakan web online latex4technic, misalnya. Cara kerjanya sama dengan LyX.

\sum\frac{1}{2\sqrt{2}}\int1 akan menghasilkan  


\int_{a}^{b} f(x)dx = F(b) - F(a) akan menghasilkan  


Menyusun daftar pustaka
Untuk menyusun daftar pustaka, diperlukan file style, dan file bib. Keduanya harus didefinisikan di dokumen tex. Perintah \bibliographystyle{ieeetr} berarti menggunaakan ieeetr sebagai style, sementara itu \bibliography{references_article} berarti menggunakan file references_article.bib sebagai sumber referensinya.

Contoh penulisan "kalimat \cite{kode}" untuk mendapatkan (Jones, Giannini and Chang, 2004). Atau "kalimat \citep{kode}" untuk mendapatkan Jones, Giannini and Chang (2004). Kecuali style IEEE, coba pakai \cite

Membuat tabel dan menyisipkan gambar
Perintah menyisipkan gambar adalah sebagai berikut:
\begin{figure}[h]
    \centering
    \includegraphics[width=4in, angle =0 ]{figure_6.pdf}
    \caption{Graph response of SN Ratio on calorific value of coconut shell charcoal}
    \label{fig : figure 6}
\end{figure}


Perintah di atas berarti menampilkan gambar dari file figure_6.pdf, dengan keterangan gambar sebagaimana disebut dalam caption. Gambar diberi label figure 6. Label ini bisa digunakan sebagai cross reference dalam dokumen.
Sementara itu, untuk memperbudah pembuatan tabel, bisa menggunakan file kecil latabel, atau menggunakan LyX. Caranya dengan membuat tabel sesuai kebutuhan, panggil kode latexnya, copy ke halaman kerja Latex.



Wednesday 19 October 2016

,

Membaca metric-nya Google Scholar

Google Scholar (GS) juga mengembangkan metrik untuk membuat peringkat jurnal sekaligus menunjukkan angka kekuatannya. Tentu saja, jurnal yang ditampilkan adalah jurnal yang diindeks oleh google. Google Metric (GM) ini menampilkan informasi peringkat jurnal dalam berbagai bahasa, nama jurnal sesuai urutan peringkatnya, serta nilai indeks-h5 dan median-h5. Khusus yang berbahasa ingris, ditampilkan pula jurnal sesuai kategorinya.

Ssst, mau tahu kategori jurnal ilmu perpustakaan dan informasi? klik saja ini https://scholar.google.co.id/citations?view_op=top_venues&hl=id&vq=soc_libraryinformationscience

Angka 5 pada indeks-h5 dan median-h5 menunjukkan 5 tahun terakhir. Artinya indeks dihitung pada 5 tahun terakhir yang telah berlaku, demikian pula untuk mediannya.

Indeks-h5 adalah indeks-h untuk artikel-artikel yang diterbitkan pada 5 tahun terakhir. Ini adalah angka terbesar h sedemikian rupa sehingga artikel h yang diterbitkan pada 2011-2015 masing-masing memiliki setidaknya kutipan h
 Sementara itu,
Median-h5 untuk suatu terbitan adalah angka tengah kutipan untuk artikel yang membentuk indeks-h5
Pada saat artikel ini ditulis, sesuai dengan keterangan di laman GM, hasil dari GM adalah artikel yang diindeks Google Scholar sejak 2011-2015. Hasil indeks yang dihitung adalah pengindeksan pada Juni 2016. Mungkin ada yang bertanya-tanya, "kok, jurnalku gak mlebu, yo? . Itu bisa punya beberapa sebab. Mungkin karena artikelnya kurang dari 100 artikel dalam 5 tahun terhitung, tidak memenuhi guide dari GS, atau tidak ada yang mengutip :(. Cek selengkapnya di https://scholar.google.co.id/intl/id/scholar/metrics.html#coverage.

,

Jurnal: diindeks Proquest, tapi masuk daftar ScolarlyOA Jeffrey Beall

Saya menemukan jurnal, yang masuk di daftarnya Jeffrey Beall (JB), namun diindeks oleh Proquest (PQ). Jurnal tersebut berjudul "International Journal of Computer Science and Information Security". Pada https://scholarlyoa.com/individual-journals/ dapat dilihat pada gambar di samping. Jika di klik, tautan akan diarahkan ke https://sites.google.com/site/ijcsis/, yang menunjukkan identitas ISSN ISSN 1947 5500 .  Nah, sekarang silakan buka http://search.proquest.com/publication/616671/citation/C0C9B2996E044DE1PQ/1?accountid=13771. Jurnal tersebut ternyata juga diindeks oleh PQ. Tautan di atas memberi informasi identitas jurnal sebagai berikut:
Nomor ISSN sama dengan yang ada di web JB.

Agak aneh web tersebut. Selain webnya dibuat hanya menggunakan google site, artikel full text dari jurnal tersebut disimpan di academia.edu dan tempat lainnya. Namun, mengulang yang saya tulis di atas, juga disediakan tautan ke PQ. Silakan cek di https://sites.google.com/site/ijcsis/vol-13-no-12-dec-2015.

Eit, tunggu dulu.. tempat penyimpanan dan laman web yang menggunakan google site, bukan tolok ukur kualitas jurnal.  

Gambar di atas, memperlihatkan informasi tanggal kirim dan keputusan publikasi. Jarak antara terakhir dikirim dan pengumuman, hanya terpaut 3 hari. Informasi ini, sangat mungkin menjadikan orang ragu. "Jika ada paper yang disubmit tanggal 19, apa bisa cuma 3 hari proses reviewnya?". Keterangan berikutnya, yang tertulis "* Deadline extension to submit a paper can be offered on request.", ini mungkin juga akan menjadikan keraguan pada jurnal tersebut.

Lalu, bagaimana sebaiknya? Apakah yang masuk di web JB pasti diragukan atau malah predator?


Ada yang tidak ingin terjebak pada istilah "predator", kemudian menggunakan istilah "dipertanyakan". JB sendiri, pada web di atas menuliskan "Potential, possible, or probable predatory scholarly open-access journals"Artinya, daftar yang dibuat Beall, saya cenderung menggunakannya sebagai salah satu pedoman dalam menetapkan jurnal yang harus dihindari sebagai referensi, atau jurnal target.

Saya sendiri lebih cenderung bersikap hati-hati pada jurnal yang masuk di daftarnya Beall. Itung-itung, menggunakan daftar tersebut sebagai bantuan untuk mengidentifikasi jurnal yang akan digunakan sebagai referensi, atau disasar untuk menerbitkan artikel kita. Jika ada jurnal yang mau disasar ternyata ada di daftranya Beall, maka alangkah lebih baik jika  dibuka webnya, lalu diamati terkait: tanggal penting, siapa saja reviewernya, kalau perlu kontak ke penulis yang sudah pernah menerbitkan artikelnya disana.

Identifikasi kualitas jurnal, akan dibahas dipostingan lainnya.

Memang, bisa jadi lebih baik langsung dihindari. Toh, ada banyak jurnal lain yang bisa dijadikan sasaran untuk menerbitkan artikel. Mau aman? sasar jurnal yang Q1 atau Q2, dan ada atau terindeks di JCRnya Thomson Reuters.


Ssst, saya tidak menganjurkan menggunakan SJR, Scopus, dan TR sebagai satu-satunya tolok ukur, lho.. Tiga web tersebut, sebagai alat bantu identifikasi.


Wednesday 5 October 2016

Membuat daftar pustaka dari karya yang ditulis dengan bahasa non latin

A Note About Foreign Alphabets
If you are citing a work written in a non-Latin script (e.g., Chinese, Greek, Japanese, Russian), the reference must be transliterated into the English alphabet. See "Apples to תפ׀חים" for more on this topic.

kutipan di atas saya ambil dari blog APA styles, http://blog.apastyle.org/apastyle/2012/12/citing-translated-works-in-apa-style.html.

For my paper, I’m using several sources that I read in foreign languages. Some of my other sources were originally written in foreign languages, but I read them in an English translation. How should I cite these works?
--Polly Glodt

Dear Polly,
For foreign or translated works, a reference follows the basic APA Style templates, but you may need to add some additional information to get your reader to the source you used.
For example, here’s how you would cite the original French edition of a work by Piaget (note that an English translation of the title is included in brackets):
Piaget, J. (1966). La psychologie de l’enfant [The psychology of 
     the child]. Paris, France: Presses Universitaires de France.

Here’s another example, from a German journal. Again, brackets contain an English translation of the work’s title (the article, not the journal).
Janzen, G., & Hawlik, M. (2005). Orientierung im Raum: Befunde zu 
     Entscheidungspunkten [Orientation in space: Findings about 
     decision points]. Zeitschrift für Psychologie, 213(4), 
     179–186. doi:10.1026/0044-3409.213.4.179
You may have noticed that the capitalization of the article’s title is a bit unusual. That’s because in German, nouns are always capitalized. Since the capitalization carries grammatical weight (much like the capitalization of proper nouns in English), it’s preserved in the reference list.
If you read an English translation of a foreign work, the author, title, and so forth come from the version you read, with a nod to the translator:
Piaget, J. (1969). The psychology of the child (H. Weaver, 
     Trans.). New York, NY: Basic Books.

http://blog.apastyle.org/apastyle/2010/08/apples-to-%D7%AA%D7%A4%D7%97%D7%99%D7%9D.html






http://ait.libguides.com/c.php?g=280093&p=1866392
When referencing foreign language material where the information is written using another alphabet, such as Japanese, you should transliterate (not translate) the details into the English alphabet.
Example:鷲田清一. (2007) 京都の平熱 : 哲学者の都市案内. 東京: 講談社.
Washida, K. (2007) Kyōto no heinetsu: tetsugakusha no toshi annai. Tōkyō: Kōdansha.