Wednesday 3 August 2022

Mencermati 1 artikel di BIP, jurnal bidang perpustakaan kategori S2. Hasilnya mencengangkan!

Ah. Ini iseng saja, sambil belajar bahasa Indonesia. Mencoba membaca paper ilmiah di jurnal. Maklum. Bertahun-tahun tulisan saya tidak berhasil tembus jurnal ilmiah. Mentok hanya masuk blog. Itu saja blog milik sendiri. :)

Uwo, uwoo

Siapa tahu, hasil pembacaan ini bisa memantik semangat menulis ilmiah yang berkualitas.

**

Paper yang saya cermati berjudul Perpustakaan dalam pelestarian warisan budaya di Indonesia tinjauan literatur sistematis,  yang ada di https://jurnal.ugm.ac.id/v3/BIP/article/view/1491 (atau unduh di sini). Paper ini ditulis oleh Septa dan Tamara Adriani Salim.

Mari kita lihat.



Gambar di atas merupakan potongan dari paragraf pertama. Saya coba cermati, dan berikut beberapa catatan saya. 

Kalimat pertama terdiri dari 30 kata, tanpa tanda koma. Kata sabang, ditulis dengan hurus s kecil. Sedangkan Merauke dengan M besar. Lha kok beda? 

Masih pada kalimat yang sama, saya mikir, apakah wilayah yang luas merupakah sebab dikenalnya Indonesia sebagai negara yang punya kekayaan alam dan budaya yang beragam?

:) 

Kalimat berikutnya menyebut bahwa kekayaan budaya dan sumber daya alam diperoleh dari beragamnya suku bangsa, etnis, dan ras (di zaman dahulu). Benarkah? Okelah. Untuk budayanya iya, tapi untuk sumber daya alamnya?

Kalimat terakhir berbunyi Berangkat dari keunikan inilah yang mencerminkan kekhasan tradisi dan budaya dari masing-masing daerah yang menghasilkannya. Saya belum paham maksud kalimat ini.


Paragraf berikutnya, kalimat pertamanya terdiri dari 38 kata. Terdapat 1 tanda koma. Mayan, membacanya tidak ngos-ngosan. Namun, agaknya masih boros kata.

Berikutnya, lanjut. 


Hmm. Lihat bagian yang bergaris merah. Agak gimana gitu.




Okelah, saya langsung ke paragraf terakhir saja.

Mak bedunduk, inilah (ada di atas) hasilnya. Hehe. Paragraf terakhir ini hanya terdiri dari 1 kalimat. Satu kalimat ini terdiri dari 60-an kata.

Oia, di atas paragraf terakhir itu ada saltik. Terdapat angka 2 yang agaknya kedinginan, sehingga nyempil terjepit. Di bagian lain ada kata public, "yang mana", bangsa dan Negara. 

*****

Oke. Sebagai bonus, kita pindah ke artikel lain. Beda judul, beda jurnal, beda penerbit.


Paper ilmiah di atas banyak salah ketik, juga banyak pakai kata yang dipetik. Lha, mosok pembaca dipaksa mencari makna tersembunyi dari sebuah kata. :).

Sudah, ya. Itu saja.

Lalu apa kesimpulannya?

Kesimpulannya, saya masih harus berjuang agar bisa nulis di jurnal ilmiah. Berat, bro!. Apalagi mbayar.

Wis mumet neliti, nulis, e pas mau mempublikasikan masih diminta mbayar. Angel, wis. Angel. Angel. 

Share:

3 comments:

  1. Terima kasih Mas Pur atas koreks tim BIP selama ini

    ReplyDelete
  2. penting madhiang mas broh

    ReplyDelete
  3. Matur nuwun atas koreksinya

    ReplyDelete

Terimakasih, komentar akan kami moderasi