Thursday 14 April 2022

Publikasi 3 Profesor Ilmu Perpustakaan di Indonesia: sudah menggembirakan atau belum?

Setidaknya sampai saat ini, detik ini, pas saya nulis ini, ada tiga profesor atau guru besar bidang Ilmu Perpustakaan di Indonesia. 

Pertama, Sulistyo Basuki. Menurut data di sini, Pak Sulis memperoleh gelar profesornya pada 1995 dari Universitas Indonesia. Cukup lama Pak Sulis menjadi satu-satunya guru besar di bidang perpustakaan di Indonesia. Bertahun-tahun tak ada orang lain yang mampu menyusulnya.

Setelah sekian lama tidak ada guru besar baru, bahkan sampai Pak Sulis pensiun, baru pada tahun 2022 muncul guru besar baru. Pak Jonner Hasugian, yang menurut berita di sini, dikukuhkan pada 2022. Pak Jonner merupakan dosen di Universitas Sumatra Utara, tentu saja departemen ilmu perpustakaan.

Setelah Pak Jonner, pada tahun yang sama, ada Pak Nurdin Laugu dari Univ Islam Negeri Sunan Kalijaga yang meraih guru besar.

Nah. Guru besar tentu saja merupakan orang yang sangat mumpuni pada bidang ilmu tertentu. Mereka pasti banyak bergelut pada bidang penelitian, kemudian diterbitkan. Terbitan inilah yang  menjadi salah satu syarat mereka memperoleh jabatan guru besar. Konon begitu katanya.

Sebagai guru besar, ilmunya sudah menjulang tinggi. Melampaui sejawatnya yang masih lektor atau lektor kepala. 

Lalu, seperti apa wajah publikasi mereka?

***

Saya coba cari di database Scopus. Mengingat database ini menjadi salah satu tolok ukur pengajuan guru besar. Setidaknya demikian syarat dalam panduan pengajuan angka kredit yang dibuat oleh Dikti tahun 2019.

Karyo: "Kok cuma Scopus, Jo?"

Paijo: "Sik gampang tur cepet, Kang."

Saya telusuri ID Scopus 3 guru besar ini, kemudian dijadikan bahan untuk membuat rumus pencarian. 

Ini rumus yang saya gunakan: AU-ID ( "Nurdin, L."   57214073491 )  OR  AU-ID ( "Hasugian, Jonner"   57205436668 )  OR  AU-ID ( "Basuki, Sulistyo"   56496954400 ).

Pencarian menghasilkan 10 dokumen.

Total publikasi masing-masing GB

Pak Nurdin, meskipun paling baru sebagai guru besar, memiliki paper paling banyak.


Co-authornya Pak Nurdin

Pak Nurdin, yang memiliki 4 publikasi, ternyata ditulis dengan 4 orang lainnya. Artinya rata-rata 1 paper ditulis berdua dengan orang lain. Beberapa nama, sepertinya mahasiswa(nya), serta yang lain sesama dosen di kampusnya.

Co-authornya Pak Sulis

Cukup banyak co-author pada 3 publikasi Pak Sulis. Beberapa nama agaknya mahasiswa bimbingannya. Saya malah tidak menemukan (mengenal) nama yang merupakan dosen ilmu perpustakaan.


Sebagian penulis jejaringnya Pak Jonner


Cukup banyak penulis jejaringnya Pak Jonner, padahal papernya hanya 3.  Saya penasaran. Saya temukan paper ini, yang penulisnya ada 99 orang. Mungkin paper inilah yang menjadikan Pak Jonner punya banyak co-author.


Negara asal penulis

Hmm, dari 10 paper, semuanya ditulis oleh orang Indonesia. Agaknya kurang menggembirakan untuk ukuran seorang guru besar.



Gambar di atas menunjukkan wadah publikasi paper. Info terkait hal ini, lebih detail ada pada tabel bagian akhir tulisan ini. Yang jelas, LPP yang paling banyak dipakai publikasi (3 dari 10), sudah diskontinu dari Scopus. :)

***

Oke. Kita coba visualkan dengan VV agar lebih mudah menganalisnya. Oia, dataset saya unggah di sini. Monggo yang mau unduh.


co-author 3 guru besar 


Gambar di atas menunjukkan, bahwa ternyata 3 guru besar ilmu perpustakaan di Indonesia ini, tidak "berteman". Artinya apa?

Ya, berarti secara ide, mereka tidak terhubung melalui tulisan ilmiah.

Hmm, ada yang aneh. Ada 1 paper Pak Jonner yang penulisnya banyak (lihat keterangan sebelumnya), namun yang terbaca di visualisasi hanya beberapa. Saya belum nemu jawabnya.

kata kunci 2 guru besar baru


Gambar di atas merupakan bidang garap 2 guru besar baru, yaitu Pak Nurdin dan Pak Jonner yang ditunjukkan dengan kata kunci papernya. Setidaknya ada 6 klaster berdasar kata kunci, dari total 7 dokumen. Berarti ada 1  dokumen yang saling terkait sehingga menyatu dengan klaster lainnya.  
Kata kunci publikasi 3 guru besar

Gambar di atas kumpulan kata kunci dari semua guru besar. Total ada 8 klaster, dengan angka kemunculan terbanyak yaitu "academic libraries" sebanyak 3x. Lainnya cuma 1x.



overlay kata kunci publikasi 3 guru besar

Jika dipindah ke overlay, yang kuning atau lebih terang merupakan kata kunci yang munculnya paling baru. 

Saya coba ambil dari data map, berikut kata kunci yang average pub yearsnya paling tinggi, yang berarti relativ ada publikasi baru.

 

Ternyata, bidang perpustakaan juga ikut-ikutan meneliti covid-19, meski tentu saja dikaitkan dengan perpustakaan, misalnya bidang layanan. Kemunculan topik masjid terkait arsip, sejarah, juga cukup menarik.  

Juga imaging politics. Apa lagi ini...

Paijo: "Kang, kok ndak ada topik bookless atau sofa dan bantal, ya?"
Karyo: "Hus!"


Kesimpulan

Dari jumlah GB, jumlah paper, topik, jejaring penulis, dan lainnya, menurut anda publikasi  3 guru besar ilmu perpustakaan ini cukup menggembirakan atau tidak/belum?


Monggo diambil kesimpulan sendiri-sendiri, ya.


****
Berikut daftar 10 paper dari 3 guru besar di atas. Empat diantaranya, jurnalnya sudah diskontinyu dari Scopus. (Klik di sini untuk tampilan daftar publikasi fullscreen)

Share:

3 comments:

  1. Mas Purwoko terima kasih atas analisis Mas Pur. Tentu mencerahkan saya. Saya belajar memahami:

    Saya ada pertanyaan sederhana
    Bagaimana caranya menemukan "keahlian utama" (spesialisasi) masing-masing GB kita berdasar data yang dapat ditelusur?

    Terima kasih atas pencerahan Mas Pur.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada riset teknologi untuk menemukan keahlian utama, bisa cek di https://www.instagram.com/p/CclG0U6v2Ft/?igshid=YmMyMTA2M2Y=

      Selain itu, saya kira menggunakan bibliometrik bisa juga dilihat kecenderungannya.

      Delete
  2. Saya doakan the Next Guru Besar/Prof. bidang ilmu perpustakaan bisa seperti masbro Paijo biar bisa lebih greget lagi dari sisi karya-karya tulis dan lebih-lebih sebenernya yang tidak hanya kontribusi tulisan normatif agar dapat gelar tersebut, namun jauh lebih penting dari sekedar tulisan adalah DAMPAK langsung yang bisa terasa dan dilihat untuk kemajuan perpustakaan di Indonesia.

    Saya sangat berharap salah satu developer slims ada yang jauh lebih layak meraih gelar ini, soalnya dampak karya developer slims sungguh luar biasa, tinggal melengkapi syarat-syarat normatif saja yang perlu dilakukan sebagaimana sudah dikupas (dikuliti) sama masbro Paijo :-)

    ReplyDelete

Terimakasih, komentar akan kami moderasi