Saturday 30 April 2022

Beberapa hal yang bagi saya menarik pada penjaringan aspirasi bakal carek UGM 2022

Rekaman dapat dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=vhw_F8nI7JM

Sesi presentasi 

Prof. Sigit Riyanto

Analisis SWOT Prof. Sigit

Bagi para bakal carek, menganalisis SWOT tentu harus lengkap. Dari S sampai T. Namun, bagi pemirsa, saya misalnya, ketika mencermati SWOT yang dipaparkan,  tidak harus melihat semuanya.

Kekuatan, ya biarkan saja sebagai kekuatan. Toh sudah kuat. Yang manarik saya, justru di kelemahan, dan tantangan.

Nah, dari paparan Prof. Sigit, saya tertarik dengan point "kebijakan sering dipengaruhi pihak luar", serta tidak disertai EBP maupun marwah (muruah?) UGM.

Paparan ini bisa dicermati pada rekaman detik 1:12:00.

Tentu saja, Prof. Sigit tidak asal dalam mencantumkan point ini. Pasti ada hal-hal yang jadi dasarnya.

Kemudian, pada bagian tantangan, hal menarik ada pada bagian penuruhan demokratisasi dan kebebasan akademik.


 Prof. Bambang Kironoto


Prof. Bambang memulai program dari RIK UGM. Mungkin karena Prof. Bambang merupakan bagian dari rezim rektor saat ini, sehingga sungkan jika harus terang-terangan menyampaikan kelemahan dalam bentuk SWOT, misalnya. 

Prof. Bambang banyak memaparkan program kerja. Prof. Bambang juga menyebut "sedang atau sudah dijalankan", "sudah ada", dll. Agaknya ingin menunjukkan kepada publik bahwa apa yang menjadi programnya punya keterkaitan, sudah dimulai, sudah ada bukti pada periode saat ini. 

Hal ini juga diperkuat dengan menampilkan gambar desain pengembangan kampus yang sedang berjalan. 

Istilah yang digunakan pun, memakai istilah yang "menyentuh". Misalnya "sejahtera", dan "bahagia". Silakan lihat di sini.

Ya. Agaknya ingin menonjolkan posisinya yang saat ini menjabat sebagai WR, mencitrakan diri (lebih) memahami persoalan.


Prof. Deendarlianto


Prof. Deen memulai dengan RIK dan Statuta. Setelah itu, menampilkan tantangan eksternal dan internal UGM. 

Saat memaparkan tantangan ini, Prof. Deen mengambil kesempatan untuk menggarisbawahi "anak muda" yang merupakan pembelajar yang berani mengambil risiko. "Muda" dalam hal ini agaknya ingin mengarahkan publik pada sosok dirinya yang merupakan bakal carek termuda.

Prof. Deen tidak secara tegas menyampaikan weakness dari UGM saat ini yang perlu perbaikan.

Beberapa program unggulannya, khususnya terkait riset, sangat dengan dengan ilmu keteknikan. Renewable energy, misalnya. Paparan (selain video) Prof. Deen dapat dilihat di sini.


Prof. Ova Emilia


Prof. Ova mengawali paparan dengan penggambaran ideal UGM yang tidak hanya mengakar dan menjulang, namun juga berbuah dan berbunga.

Jika ditengok ke belakang, bisa jadi ini merupakan kritik yang halus pada jargon UGM selama ini, yang hanya sebatas "mengakar kuat menjulang tinggi". 

Prof. Ova memanfaatkan waktu untuk menyampaikan garis besar programnya.


Prof. Ali Agus



Prof. Ali mengawali paparan programnya dengan menampilkan point hasil belanja dari sarasehan UGM Nyawiji.

Prof. Ali menyebutnya sebagai tantangan, yang dibagi menjadi internal dan eksternal. Dari sinilah 9 isu pokok dirumuskan, kemudian dijabarkan dalam 5 program kerja, 5 kebijakan strategis dan 5 kebijakan operasional.

Runtut.

Sebagai ciri khas, dibanding bakal carek sebelumnya, Prof. Ali menyampaikan (semacam) jargon komitmen: tidak bohong, tidak curang. 

Melihat jargon di atas, saya berfikir: pasti penegasan dalam bentuk jargon ini ada latar belakangnya.

Ini menarik!


Prof. Teguh Budipitojo



Prof. Teguh mengawali presentasi dengan menanggapi komentar bahwa rektor harus yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Menurutnya, yang harus selesai dengan dirinya sendiri itu ya UGM itu sendiri, kemudian UGM harus fokus pada bangsa dan negara. Hmm. Mungkin maksudnya UGM harus sudah selesai dengan masalah internalnya sendiri, dan harus sudah lebih fokus ke masalah Indonesia, bangsa dan negara.

Silakan cermati di sini.

Menariknya, program kerja pertama Prof. Teguh (yang didasarkan pada RIK, Kebijakan Umum, Renstra) tetap masih berkutat pada penguatan internal. Artinya, Prof. Teguh mengakui bahwa UGM belum sepenuhnya selesai dengan dirinya sendiri.


Sesi tanya jawab #1

Huh. Ketika saya menulis ini, waktu menunjukkan tengah malam. Saya tidak mampu lagi mencermati 1/1. Silakan tonton mulai menit 2:40:00.

Saya langsung loncat ke pernyataan penutup para bakal carek saja. Para pernyaan penutup ini, ada yang menyampaikan resum dalam bentuk pernyataan dan garis besar. Namun ada juga yang masih mengambil kesempatan menyampaikan (ulang) point-point implementatif.

Prof. Sigit Riyanto:

  1. Penekanan bahwa UGM harus menjadi  rujukan akademik, juga penanda kemajuan peradaban Indonesia

Prof. Bambang Agus:

  1. Penekanan pada penghasilan mahasiswa yang memiliki jiwa socio entrepreneur

Prof. Deendarlianto

  1. Penekanan komitmen akan menjalani proses secara etis; dan jika terpilih akan menempatkan diri pada posisi independen dari kepentingan politik dan semacamnya
  2. Jaminan mahasiswa tidak ada yang putus kuliah karena biaya
  3. Komitmen membawa UGM masuk 200 besar dunia, 50 asia, 10 ASEAN

Prof. Ova Emilia

  1. Yang baik diteruskan, yang perlu dibenahi agar dibenahi

Prof. Ali Agus

  1. Mendukung siapapun yang terpilih

Prof. Teguh Budipitojo

  1. Mohon maaf kepada SA karena tidak sowan, atau WA, untuk menjaga independensi. 
  2. Komit mengikuti seluruh ketentuan seleksi bakal carek UGM, dan menerima apapun hasilnya

Catatan penting pada sesi presentasi:

  1. Prof. Sigit berani menampilkan SWOT, dan mengritisi kondisi UGM saat ini. SWOT ini kemudian diturunkan pada program. Sayangnya, karena waktu yang singkat, program kurang dapat tersampaikan.
  2. Prof. Bambang menampilkan proker yang rinci + memanfaatkan posisinya saat ini untuk menyajikan data
  3. Prof. Deen juga menampilkan proker yang cukup rinci
  4. Prof. Ova menawarkan program yang mengarah pada metafora  UGM yang berbuah lebat dan berbunga indah
  5. Prof. Ali menegaskan dirinya, jika terpilih menjadi rektor, akan menyelesaikan amanah sampai selesai, tidak akan melirik atau tergoda jabatan lain
  6. Prof. Teguh menyampaikan proker dalam bentuk garis besar. Hal menarik, Prof. Teguh menyinggung penyiapan talenta muda untuk menuju nobel prize. 
  7. Sebagian besar bakal carek, menyoroti tata kelola, yang mengindikasikan adanya kegemukan struktur, bahkan tumpang tindih

****

Yang perlu disadari dari proses ini yaitu penentuan rektor ini melalui proses pemilihan, bukan ujian. Pemilihan, bagi saya, merupakan proses politik. Proses yang dimungkinkan ada hal-hal yang tak terlihat oleh publik,  namun digunakan  sebagai pertimbangan oleh para pemilik suara.

Yang pasti, bagi saya yang cuma kroco ini, rektor harus tahu benar-salah dan baik-buruk, tidak sekedar untung-rugi.

Sekian.



Share:

0 komentar:

Post a Comment

Terimakasih, komentar akan kami moderasi