Monday 15 October 2018

,

Perpustakaan dan pustakawan ideal? tengoklah Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga

Posisi dosen IP UIN Suka di antara ilmuwan lainnya
Mencari yang terbaik, banyak dilakukan dalam berbagai kategori. Mungkin ini sudah menjadi fitrah, wajar dalam kehidupan di dunia. Mencari atau menjadi. Mencari, setelah ditemukan kemudian disebarkan agar ditiru. Atau ingin menjadi yang terbaik, tentunya dengan berbagai motif. Tidak terkecuali di dunia kepustakawanan: pustakawan terbaik atau perpustakaan terbaik.

Tidak hanya dengan istilah terbaik, ada pula yang menggunakan kata teladan, terfavorit. Atau mungkin dengan kata ideal. Tentunya semua punya parameternya masing-masing.

###

Menjadi pustakawan atau perpustakaan terbaik, berprestasi, atau terfavorit menjadi sebuah kebanggaan. Apalagi melalui berbagai proses penyaringan yang ketat, dengan jumlah kontestan yang berlipat-lipat. Yang terjaring, dia akan naik ke atas, yang tidak terjaring akan ada di bawah, menonton dan diharapkan menduplikasi yang terbaik, agar besok bisa menjadi terbaik pula.

Siapa yang paling besar kans-nya menjadi yang terbaik?
Perpustakaan terbaik memiliki banyak aspek yang dinilai terbaik dibanding yang lainnya. Mulai dari koleksinya yang bagus, lengkap, sesuai kebutuhan; kemudian tempat atau ruang yang mencukupi untuk menampung koleksi dan pemustaka. Tidak ketinggalan juga memiliki pustakawan-pustakawan terbaik untuk mengelola koleksi yang dimiliki.

Untuk memiliki hal-hal terbaik di atas perlu usaha. Semua perpustakaan memiliki kesempatan menjadi terbaik. Namun, institusi pemilik sumberdaya manusia yang mampu “mengusahakan” terpenuhinya aspek tersebutlah yang memiliki peluang terbesar memiliki perpustakaan dan pustakawan terbaik. 

Lalu, institusi apakah itu?

###

Tentu saja, institusi yang menyelenggarakan pendidikan (ilmu) perpustakaan. Lebih lengkap lagi, jika pendidikan yang diselenggarakan oleh institusi tersebut mulai dari diploma, sarjana, pasca, dan doktoral. Lebih lengkap lagi, juga menyelenggarakan diklat kepustakawanan. Institusi ini komplit, karena memiliki ilmuwan yang memiliki kemampuan dalam mengaji dan mengkaji kepustakawanan ideal. Perpustakaan yang tersedia di institusi tersebut bisa menjadi ruang uji coba konsep. Mereka juga memiliki mahasiswa, yang siap dikerahkan untuk melakukan hasil kajiannya.

Banyak universitas yang menyelenggarakan pendidikan (ilmu) perpustakaan. Namun ada yang mencuri perhatian saya: UIN Sunan Kalijaga (Suka). UIN Suka menyelenggarakan prodi dari D3, S1,S2, sampai program doktor dalam bidang perpustakaan. Kabar terakhir prodi D3 hanya menghabiskan mahasiswa yang sudah ada saja. Saya kira ini luar biasa. Di kemudian hari, mereka bisa konsentrasi pada keilmuwan dan tentunya ini berita menggembirakan. Mahasiswa doktornya pun sudah banyak. Efek keberadaan prodi ilmu perpustakaan ini, tentunya akan berimbas pada perpustakaan UIN Suka.

Para calon penyandang title paripurna ini tentunya memiliki ide-ide, kajian yang luar biasa untuk pengembangan perpustakaan. Ide tersebut tersebar di berbagai media, mulai dari media massa, jurnal, prosiding dan lainnya. Tentunya pula, perpustakaan yang pertama menikmati kerja intelektual para calon doktor ini adalah perpustakaan UIN Suka sendiri. Oleh karena itu, kans perpustakaan ini untuk menjadi perpustakaan terbaik sangatlah tinggi, besar, melebihi perpustakaan lainnya. UIN Suka berpotensi menjadi mercusuar pengembangan kepustakawanan Indonesia.

Demikian pula untuk pustakawannya. Menilai perpustakaan sebenarnya juga sekaligus menilai pustakawannya. Namun jika si pustakawan ini kita letakkan sendirian, pustakawan UIN Suka tetap memiliki kans terbesar untuk menjadi terbaik. Saya lihat banyak pustakawan di UIN Suka yang lulusan UIN Suka sendiri, artinya mereka tidak hanya belajar ilmu perpustakaan semata. Mereka juga belajar ilmunya UIN dengan title sarjana agama, atau sarjana pendidikan Islam. Modal inilah yang semestinya membedakan dengan pustakawan pada umumnya. Bagi yang belum belajar ilmunya UIN, keseharian berinteraksi dengan para ilmuwan agama, menjadikan pustakawan UIN menjadi literate pada ilmu agama.

Di sisi lain, kajian akademis dari prodi ilmu perpustakaan di UIN Suka dapat dimanfaatkan oleh pustakawan untuk mencapai taraf pustakawan yang ideal. Bahkan, tentu saja UIN Suka bisa merumuskan tolok ukur (pustakawan dan perpustakaan) ideal berdasar kajian akademis yang dilakukannya.


Jika ada berita pustakawan terbaik, lihatlah perpustakaanya. Jika ada berita perpustakaan terbaik, lihatlah kerja pustakawan yang mengelolanya.

###

Kajian, penelitian kepustakawanan yang memiliki impact tinggi sangat berpeluang muncul dari UIN Suka. Mereka memiliki segalanya. Dosen yang bekelas dengan title doktor. Kerjasama yang luas, serta keahlian yang beragam. Dengan dibackup oleh mahasiswa diploma sampai S3, kajian para dosen akan mampu menapak tanah, menjadi motor pengembangan perpustakaan.

Yang menikmati, akhirnya bukan hanya untuk perpustakaan UIN Suka sendiri, namun juga perpustakaan lainnya. Saya berharap banyak dari UIN Suka. Pustakawan UIN Suka lah yang memiliki kans terbesar menjadi terbaik, demikian pula pustakawannya. Bukan hanya kans, namun hukumnya sudah wajib. Mereka punya segalanya. Modal mereka ada. Perpustakaan ini punya peluang besar, meneruskan tradisi kepustakawanan klasik yang begitu agung dan terhormat.


Jika hendak tahu perpustakaan ideal, tengoklah perpustakaan UIN Suka. Jika hendak melihat pustakawan ideal, tengoklah pustakawan di UIN Suka.

Jika ada perpustakaan dan pustakawan yang tak punya "modal" selengkap UIN Suka namun mampu mencuri perhatian, maka itu luar biasa.

[selesai]
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Terimakasih, komentar akan kami moderasi