Monday 7 August 2017

,

Cara menghitung h-index dan g-index

note: mohon koreksi jika pemahaman saya keliru.

Purwo.co - Dalam dunia tulis menulis –ilmiah-, dikenal beberapa indikator karya penulis. Indikator menunjukkan seberapa besar produktifitas penulis, dan pengaruhnya pada penulis lain. Dua diantaranya h-indeks dan g-indeks. H-index juga kerap dihitung untuk lembaga atau jurnal.

Baca juga: Menulis di jurnal: ikut-ikutan, kebutuhan, atau terperangkap pada keadaan?
Sumber Wikipedia
H-indeks, dipopulerkan oleh JE Hirsch. H mengacu pada Hirsch. H-index merupakan angka, yang menunjukkan jumlah (h) artikel yang masing-masing artikel itu dikutip minimal sejumlah h. Atau titik temu antara jumlah artikel dan jumlah dikutip.Sehingga misalnya seseorang memiliki h-indeks 10, maka dari semua dokumen yang ditulisnya, terdapat 10 dokumen yang masing-masing dari 10 itu, telah dikutip minimal 10 kali.

Pada hitungan h-index, dimungkinkan sebuah artikel telah dikutip ratusan kali, namun karena artikel berikutnya sesuai urutan banyaknya dikutip, hanya memiliki jumlah kutipan sedikit, maka h-index-nya juga kecil. H-index dihitung terkait masing-masing dokumen dan jumlah dikutipnya. Jumlah dikutip pada dokumen lain, tidak berpengaruh dokumen lainnya. Sehingga sebaran atau bobot keseimbangan jumlah dikutip pada masing-masing dokumen menjadi penting.

Baca juga: Menaklukkan Scopus secara bermartabat

G-index, juga berwujud angka. G-index diusulkan oleh Leo Egghe. G-index ditawarkan setelah munculnya h-index, dengan lebih menghargai jumlah akumulasi kutipan pada artikel. Jumlah dikutip sebuah dokumen dapat berpengaruh pada dokumen lain dalam menghitung g-index. G-index menekankan pada rata-rata dikutip. Atau dalam kata lain, angka pada g-indek  merupakan jumlah rata-rata dikutip secara keseluruhan, setelah diurutkan sampai angka g.

Menghitung g dan h-index, harus dilakukan dengan menghitung artikel + jumlah dikutipnya, kemudian diurutkan dari yang paling banyak.

Mari kita lihat contoh penentuan g dan h-index berikut ini.

Jumlah kali dikutip
Urutan dokumen ke:
Akumulasi jumlah dikutip
Urutan dokumen ke, dikuadratkan
30
1
30
1
25
2
55
4
23
3
78
9
21
4
99
16
19
5
118
25
17
6
135
36
16
7
151
49
16
8
167
64
15
9
182
81
14
10
196
100
12
11
208
121
10
12
218
144
9
13
227
169
8
14
235
196
7
15
242
225
6
16
248
256
5
17
253
289

H dan g-index merupakan angka pada urutan dokumen ke, setelah dokumen diurutkan berdasar jumlah dikutip.

Dari tabel di atas, maka h-index-nya adalah 11. Karena, pada urutan ke 11 inilah, memenuhi syarat: minimal 11 dokumen, yang masing-masing dikutip minimal 11 kali. Jika dinaikkan menjadi 12, menjadi tidak memenuhi syarat, karena dokumen ke 12 hanya dikutip 10 kali.

Jika ingin menaikkan h-indeks, maka harus ada pertambahan jumlah kutipan pada artikel secara berimbang. Titik perimbangan itulah yang akan menentukan angka h-index.

Jumlah artikel pada h-indeks bisa disebut "kualitas" penulis, sementara jumlah kutipan mewakili kualitas artikel.


Sementara g-index-nya 15.  Pada urutan ke 15 ini, akumulasi dikutipnya 242 kali. Dan jika dikuadratkan, 15 bernilai 225, masih terpenuhi dengan angka 242 kali. Namun, jika dinaikkan menjadi 16, menjadi tidak terpenuhi, karena akumulasinya hanya 248, sedangkan kuadrat dari 16 adalah 256. Masih kurang 8 angka. 


Costas (2018) menyatakan dalam penelitiannya, bahwa g dan h, saling melengkapi. “Current research suggests that these indexes do not substitute each other but that they are complementary”.





Sambisari, hari ke tujuh, bulan delapan
dua ribu tujuh belas
pagi hari. enam, sembilan menit.

Referensi:
Costas, R., & Bordons, M. (2008). Is g-index better than h-index? An exploratory study at the individual level. Scientometrics, 77(2), 267–288. https://doi.org/10.1007/s11192-007-1997-0

Egghe, L. (2006). Theory and practise of the g-index. Scientometrics, 69(1), 131–152. https://doi.org/10.1007/s11192-006-0144-7

Hirsch, J. E. (2005). An index to quantify an individual’s scientific research output. Proceedings of the National Academy of Sciences, 102(46), 16569–16572. https://doi.org/10.1073/pnas.0507655102

baca juga:
Christoph Bartneck & Servaas Kokkelmans (2011). "Detecting h-index manipulation through self-citation analysis"Scientometrics 87 (1): 85–98. PMC 3043246PMID 21472020doi:10.1007/s11192-010-0306-5
Share:

5 comments:

  1. Assalamualaikum
    Saya masih blm paham

    ReplyDelete
  2. Terimakasih sharing nya...
    Tapi saya blm begitu paham
    Boleh saya tau no wa nya

    ReplyDelete
  3. Assalamualaikum dok
    Saya masih blm paham
    Boleh minta no wa
    Atau alamat email

    ReplyDelete

Terimakasih, komentar akan kami moderasi