Sunday 24 January 2016

,

Peran Scholarly Communications oleh Embedded Librarian di Malaysia

Sebelumnya, semedi saya menghasilkan postingan tentang Scholarly Communication, di sini. Setelahnya, saya coba cari hal riil yang dilakukan terkait peran tersebut.

Paijo: "Sajake kang Pur nulis karo ngarep-arep dorpris ki, nang HPTT 70 FT UGM."

sumber klik
Hasil penelitian yang dilakukan oleh pustakawan di Malaysia ini menarik dicermati. "Embedded librarianship in scholarly communication: perceived roles of academic librarians in malaysian research intensive universities", demikian judul penelitian ini, yang dilakukan oleh pustakawan di Universiti Teknologi MARA dan dosen di University Malaya.

Peran scholarly dibagi menjadi dua: pre publication roles dan post publication roles. Peran pertama dilakukan sebelum sebuah artikel riset diterbitkan, sedangkan peran kedua setela sebuah artikel riset diterbitkan.

Pre-publication Roles 
Saya kutipkan beberapa kata kunci pada peran ini.
  1. Information Provider : membuat semua informasi baik cetak atau elektronik dapat diakses dengan mudah oleh pemustaka
  2. Information service provider : 
    1. user education untuk meningkatkan literasi informasi. 
    2. research support program : didesain khusus untuk peneliti agar dapat menemukan informasi yang dibutuhkan. Misal: lokakarya penulisan, reference management tools, research impact, ResearchID, open access, pustakawan berperan terkait konsultasi publikasi, bagaimana dan di mana menerbitkan artikel. Ada layanan unik yang disebut scholarly communications service yang membantu peneliti dalam menulis artikel berdasar hasil temuan penelitian. Dalam hal ini perlu kerjasama dengan unit/pihak lain, dan tetap harus dijaga agar jangan sampai pustakawan mengambil peran dari supervisor.
  3. Bibliograhic Roles: mengelola informasi, dan menyusun CAS (current awareness services) untuk membantu peneliti menemukan informasi yang dibutuhkan dengan mudah, untuk mendukung proses komunikasi ilmiahnya
  4. Liaison roles : pustakawan dapat bertemu dengan para peneliti, staf di fakultas agar dapat dengan baik mempersiapkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Presentasi dalam event di fakultas/unit. Bertemu dengan penerbit, editor jurnal untuk kemudian disampaikan pada mahasiswa/peneliti.
  5. Research Counsellor : menjadi konselor peneliti ketika menemukan kesulitan dalam setiap proses scholarly communication, secara perseorangan.
  6. Facilities Providers : menyiapkan akses internet, ruang diskusi, ruang meneliti/menulis,
  7. Module designer : misalnya menyiapkan template untuk menulis ilmiah menggunakan Libre atau Ms. Office.
  8. Policy Makers : misalnya melibatkan diri dalam publikasi hasil riset pada institusinya
  9. Intellectual property of Scientific Products : Uniquely one of the librarian in this current study is involved in Pattern Filing and the verification process for the university. 

Melihat beberapa peran yang dilaksanakan tersebut, sepertinya dalam keseharian pustakawan di Indonesia sudah banyak dilakukan. Hanya mungkin perlu ditingkatkan lagi kualitas dan kuantitasnya, agar peneliti semakin percaya kepada pustakawan. Penunjukkan pustakawan yang mendalami proses komunikasi ilmiah, kemudian meningkan skill dan pengetahuan yang mendukungnya menjadi hal yang perlu diperhatikan.


Share:

2 comments:

Terimakasih, komentar akan kami moderasi