Sunday 26 July 2015

,

Mandiri dan belajar seumur hidup : ruh pengembangan diri pustakawan

Saya ingat ada dosen ilmu perpsutakaan selalu menyebut profesi dokter yang kuat jejaringnya, dihargai dan bermartabat (setidaknya sepengetahuan saya). Beliaupun menyampaikan bahwa pustakawan harusnya juga seperti ini. Para pustakawan juga demikian, meminta profesinya disejajarkan dengan dosen. "saya/kita ini fungsional, sama dengan dosen", begitu kira-kira.

Seorang kawan yang berprofesi sebagai dosen menjawab "mendidik mahasiswa yang belajar pada jurusan yang tidak diinginkan", ketika saya tanya "apa tugas dosen yang paling sulit/berat?". Pertanyaan ini sebenarnya ingin saya alihkan dengan pertanyaan "apa tugas pustakawan yang paling berat?".

Dosen selalu memperbaharui ide, pengetahuannya tentang (minimal) ilmu yang dia geluti melalui berbagai kegiatan, baik itu riset, membaca, pertemuan ilmiah, menulis dan lain sebagainya. Lalu apa yang jamak dilakukan pustakawan untuk mengembangkan pengetahuannya? apakah juga melakukan riset, menulis, membaca dan semacamnya? Atau justru pasrah pada keadaan dan cenderung mencari aman, dengan "cukup ada di kantor (perpustakaan)"?

Ketika kuliah, terus terang saya tidak begitu paham dengan istilah "mandiri" dan "belajar sepanjang hayat" yang sering disampaikan para dosen. Namun lambat-laun sekarang saya memahaminya. Tuntutan untuk sejajar dengan profesi lain, dihargai secara sosial dan finansial tidak ada artinya tanpa mensejajarkan peran dengan profesi lain.

Ketika kita masih berkutat dengan kegiatan meminjam dan mengembalikan buku, sepanjang itu pula orang lain akan memandang perpustakaan dan tugas pustakawan hanya meminjam dan mengembalikan buku. Sepanjang waktu itu pula, pustakawan akan diremehkan pekerjaannya.

Kemandirian pustakawan untuk melihat hal baru, kemudian mempelajarinya; melihat kebutuhan pemustaka, kemudian mencari peran untuk memenuhi kebutuhan tersebut, menjadi hal mutlak. Tidak hanya menunggu perintah dan mengharap bantuan orang lain.

Seorang kawan, Murad Maulana pernah menyatakan bahwa kegiatan di perpustakaan jika mau dikembangkan sangat menarik. Misalnya pengalaman mencarikan informasi penting bagi pemustaka, jika ditulis dalam blog akan membawa manfaat berantai pada pencari informasi serupa. Jika pengalaman teknis/non teknis tersebut dibukukan, dapat dijual. Efek lain dapat diminta menjadi pembicara pada event terkait.

Mulai sekarang, para pustakawan.. mandiri-lah dan belajarlah seumur hidupmu.
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Terimakasih, komentar akan kami moderasi