Thursday 11 June 2015

Mencuri ilmu untuk menjadi pustakawan kreatif

Perpustakaan kita masih mengedepankan layanan PINJAM - KEMBALI koleksi? Ah itu bukan perpustakaan, itu tempat sewa buku yak, ada dendanya juga jika terlambat.

Perpustakaan bukan sekedar tempat pinjam dan kembali buku. Jika anda pustakawan, dan anda masih duduk di belakang meja menunggu pengunjung datang, jika sepi merasa galau... maka sepertinya makna pustakawan perlu disegarkan kembali. [1]

Ssst, ojo ngono. Saya juga kadang kesepian di perpustakaan.

Berusaha menjadi kreatif dalam mengelola perpustakaan itu penting. Namun untuk menjadi kreatif perlu usaha, tidak hanya berpangku tangan. Berikut beberapa tips yang saya kira tak ada salahnya anda coba untuk mewujudkan perpustakaan kreatif.

lihat perkembangan perpustakaan lain dan dunia profesional di luar perpustakaan
Melihat ndak harus studi banding berkunjung, namun bisa mengintip dari web berbagai perpustakaan yang maju, kemudian jadikan model. Lihat perkembangan perpustakaan tersebut, cari layanan yang dilakukan perpustakaan tersebut selain sirkulasi. Lihat pula perkembangan dunia profesi di luar kepustakawanan.

pahami lingkungan organisasi, cari peluang.
Bekerja di perpustaakaan, wajib mengetahui karakter organisasi yang menaunginya. Pada perpusakaan kampung/desa pun juga demikian. Mengetahui lingkungan organisasi, melihat berbagai kekurangan, masalah yang ada akan memunculkan ide terkait peran perpustakaan.
Syukur kita dapat menemukan masalah penting yang perlu dicari solusinya, lalu cari peran perpustakaan untuk ikut memecahkan permasalahan tersebut.

menyatu dengan bidang ilmu yang digeluti pemustaka (dikelola perpustakaan)
Menyatu dengan bidang ilmu itu penting. Jika kita mengelola perpusakaan bidang A namun kita tak menyukai bidang tersebut, maka pengembangan akan terhambat. Bukan satu-satunya penghambat.. namun akan berpengaruh.
Akan lebih baik jika kita bekerja di perpustakaan yang memiliki tantangan unik, dan bidang ilmunya kita sukai. Jika senang sastra, maka bekerja di perpsutakaan sastra,jika senang filsafat maka bekerja di perpustakaan filsafat. Pasti sangat menarik. Kita bisa menceburkan diri dalam ilmu yang digeluti mahasiswa, ikut diskusi, ikut membaca bukunya dan seterusnya.
Dalam hal ini, penempatan staf perpustakaan memegang peranan penting. Penempatan semestinya juga memperhatikan bidang ilmu yang disenangi pustakawan.

ajak semua pihak, dan curi ilmu dari mereka. ilmu ini nanti bisa untuk modal melayani pemustaka
Ndak akan bisa kita mengelola perpustakaan sendirian. Ajak orang lain. Jika di perguruan tinggi, ajak dosen muda, dekati mahasiswa, organisasi mahasiswa dan lainnya.  Ajak guru, orang tua siswa dan lainnya. Jangan menunggu mereka datang, datangi tempat mereka berkumpul dan ikut diskusi yang mereka lakukan.
Ingat! mengajak orang melakukan kegiatan bukan berarti pustakawan menjadi EO lho.
Minta para dosen mengisi tema-tema aktual yang dapat memecahkan permasalahan mahasiswa/pemustaka.... rekam dan curi ilmunya. Maka ketika ada mahasiswa lain bertanya tentang hal yang sama, kita bisa menggunakan ilmu curian tadi untuk menjawanb dan membimbing mahasiswa.

pertemukan berbagai ide pemustaka dalam wadah virtual atau fisik.
Pertemukan berbagai ide dalam diskusi tentang suatu topik, maka topik akan dikupas dari berbagai sudut pandang. Dalam hal ini (jika berhasil) maka sebagai pustakawan mampu mengeluarkan pengetahuan mahasiswa untuk berdialektika dengan mahasiswa lain. Jangan lupa, curi ilmunya.


Berbagai hal di atas tentunya harus dibarengi dengan softskill dan hardskill pustakawan yang selalu diasah.

[1] kalimat itu agak terpengaruh dengan judul artikel Ulil Absar Abdalla yang pernah heboh, "Menyegarkan kembali pemahaman Islam" http://islamlib.com/gagasan/islam-liberal/menyegarkan-pemahaman-islam/
Share:

3 comments:

  1. perlu di buat bukunya nih mas pur... :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. harusnya sih. semoga saja ya mas Ano :) doanya.

      Delete
    2. Perlu di dokumentasikan mas pur..

      Delete

Terimakasih, komentar akan kami moderasi