Thursday 30 April 2015

, ,

Eprints vs DSpace

Tren membangun institutional repository (IR) sedang marak di Indonesia. Pembangunan IR tak bisa dilepaskan dari aplikasi untuk membangunnya.

Berdasarkan data di OpenDOAR dan ROAR, dua aplikasi populer untuk membangun IR adalah Dspace dan Eprints.  Jika dilihat dari waktu pembuatannya, Eprints lebih tua dari pada DSpace.

Karena telah digunakan sejak lama dan oleh berbagai institusi, maka pasti aspek standard aplikasi IR telah terpenuhi pada kedua aplikasi ini. Mulai dari metadata, pertukaran data, jenis dokumen yang dapat dikelola, jenis file yang dapat dikelola, statistik dan lainnya.

Eprints unggul dalam jumlah pengguna di Indonesia dan Asia Tenggara (di beberapa negara di Asia Tenggara DSPace lebih dominan). Namun ketika bicara level Asia, Eropa, Afrika dan dunia, maka DSpace menempati peringkat pertama. Informasi lebih lengkap, silakan klik http://www.opendoar.org/find.php. Statistik lain, klik http://maps.repository66.org/.

Dari penelusuran awal, saya menemukan bahwa EPrints lebih mudah dalam instalasinya dibanding DSpace. Beberapa admin IR yang saya temui mengamini hal ini, dan menjadikan hal teknis ini sebagai pertimbangan pemilihan software. Selain itu, jumlah pengguna Eprints dan berapa banyak "teman dekat" yang dapat dijadikan teman ngobrol tentang Eprints juga turut berpengaruh.

Bagi pemilih DSPace,  mempertimbangkan aspek fitur dan dukungan. Namun demikian ditemukan juga pengguna DSpace yang ketika memasang DSPace berpatokan pada pertimbangan berapa banyak yang memakai DSpace. Daftar service provider DSPace (klik di sini), menjadikan calon pengguna dapat dengan mudah mendapatkan dukungan profesional jika membutuhkan.  Dari sisi fitur, terdapatnya fitur versioning of data juga menjadi pertimbangan penting (klik).  Dengan data versioning, maka riwayat hidup sebuah data (perubahan, penggantian dll) dapat terekam dengan baik. 

sumber https://wiki.duraspace.org/display/DSPACE/Item+Versioning+Support
Model penyimpanan yang tersincronisasi dengan penyimpanan model cloud juga menjadi nilai lebih DSPAce. Layanan ini dapat dilihat di klik. Selain itu, kemungkinan nama besar MIT dan HP sebagai pengembangan DSpace juga turut mempengaruhi pemilihan.


http://repository.usu.ac.id menggunakan DSpace

http://repository.ugm.ac.id menggunakan EPrints

Update:
Pada tanggal 30 April 2015, saya mendapatkan jawaban dari staf perpustakaan sebuah universitas di Singapura tentang pertimbangan menggunakan DSpace.
Secara ringkas alasan pilihan didasarkan pada: dikembangkan lembaga akademik terkenal (MIT) bekerjasama dengan HP, pengguna DSpace terbanyak dibanding software lainnya. Selain itu, beliau menuliskan:
  • High exposure to search engines such as Google, OAIster.
  • Offers a permanent archive to preserve intellectual output in all formats.
  • Ease of configuration, for example, LDAP authentication, submission templates and workflows.
Untuk melengkapi artikel ini, silakan unduh slide tentang repository dan beberapa artikel kajian software repository di http://goo.gl/04Tniw 
Share:

3 comments:

  1. kalau lebih spesifik perbandingan antara keduanya apa ya om? eprints dan dspace? terimakasih. timeslib.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya menemukan beberapa artikel yang membandingkan keduanya pak. Mulai dari bahasa program, server, interoperabiliti dan lainnya. Monggo unduh di duh di http://goo.gl/04Tniw

      Delete
  2. izin mas, boleh dong bagi2 tutorial dspace atau eprints dari dasar banget.

    ReplyDelete

Terimakasih, komentar akan kami moderasi