Saturday 14 December 2013

Nyinom dan rewang: wujud persaudaraan yang harus dilestarikan

Tulisan sederhana ini saya dedikasikan untuk tetangga, keluarga, rekan, sahabat dan semuanya yang telah membantu gawe orang tua saya pada awal bulan (12/13).  Sungguh, kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas segenap bantuan dari awal hingga akhir. Mohon maaf jika selama acara ada banyak kesalahan kami selaku tuan rumah. 

-------

Tanggal 1 dan 2 Desember tahun 2013 ini orang tua saya punya gawe. Ngunduh mantu, tasyakuran pernikahan adik saya.

masak mburi
Ada hal menarik yang hendak saya ceritakan tentang acara ini.

Ketika ada yang punya gawe, di kampung muncul kegiatan “nyinom” atau “rewang”. Kegiatan ini merupakan wujud dari kekeluargaan atau gotong royong di desa.

Nyinom merupakan istilah yang digunakan untuk kaum laki-laki, sedangkan rewang biasanya digunakan untuk kaum perempuan. Nyinom bagi kaum laki-laki dilakukan dengan membantu si empunya rumah dalam menyukseskan “gawe”. Misalnya: memasak air, mencuci gelas, melayankan makanan, melayani tamu, mencari daun untuk bungkus makanan, memasang dekor, menata meja kursi,  mengelola parkir dan lain sebagainya.

hiburan "thek-thek" (alat musik dari bambu)
Sedangkan rewang, biasanya dengan masak nasi, masak lauk, menata bumbu, membungkus nasi, memotong kue dan lainnya.

Kegiatan ini dilakukan layaknya orang kota, ada panitia dengan strukturnya.  Kepanitiaan dibentuk beberapa waktu sebelum hari H, setelah terbentuk kemudian dilakukan “klumpukan” (berkumpul). Menjelang hari H, para panitia ini mempersiapkan berbagai perlengkapan untuk hari H. Mulai dari mencari/meminjam meja kursi, piring, membuat panggung dan lain sebagainya.

njayengan
Munjung, merupakan acara yang biasanya dilakukan H-1. Acara ini berwujud kegiatan mengirim makanan kepada para saudara si empunya gawe dan juga kepada perangkat pemerintahan terutama dusun dan desa.

Punjungan kepada perangkat desa/dusun inilah yang kadang jadi simalakama. Karena perangkat pemerintahan yang dikirimi “punjungan” otomatis “harus” ikut “nyumbang”. Nyumbang merupakan kegiatan mendatangi orang yang punya gawe, baik diundang maupun tidak dan memberikan sumbangan berupa bahan makanan atau uang. Bayangkan! jika dalam sebulan, seorang perangkat desa/dusun dipunjung 10 orang dan kepada tiap orang rata-rata menyumbang 25.000. Maka sudah Rp250.000 dikeluarkan dalam sebulan. 

Di desa, tamu tidak harus dengan undangan. Tetangga dekat, biasanya datang dengan tanpa undangan. Justru menjadi tidak etis jika tetangga dekat diminta hadir dengan diberi undangan resmi.

###

Jangan kaget, jika pada hari H, antara sinoman laki-laki dan perempuan, justru para perempuan lebih
persiapan
dulu datang. Mereka datang pada bagi buta dan langsung memasak, sementara biasanya laki-laki datang pada pagi harinya. Untuk siapa para wanita yang datang pagi buta ini memasak? Untuk para sinoman laki-laki.
Ketika pagi, sinoman laki-laki datang, pertama kali langsung dipersilakan sarapan dengan masakan yang hasil olahan para rewang perempuan yang datang lebih dulu. Baru ketika sinoman laki-laki selesai sarapan, para perempuan ini makan.
Jangan heran, inilah wujud pengabdian para perempuan ini kepada laki-laki. Hal ini juga berlaku ketika makan siang dan sore. Para perempuan akan makan setelah sinoman laki-laki makan. Betama mulianya para wanita.

Beberapa kegiatan selama gawe ada beberapa macam.
Laden, merupakan kegiatan menyajikan makanan dan minuman kepada tamu. Biasanya laki-laki menggunakan “beki” atau semacam nampan untuk membawa makanan dan minuman. Kemudian penerima tamu yang selalu siap diruang utama sigap menurunkan makanan dan minuman ini untuk tamu.

adang sego
Among tamu, merupakan bagian yang menyiapkan tempat duduk sekaligus mempersilakan tamu untuk duduk. Among tamu harus pintar-pintar mengatur lokasi agar tidak sampai penuh. Among tamu biasanya koordinasi dengan bagian “prasmanan”. Bagian prasmanan mengatur alur antrian makan. Kerjasama dua bagian ini akan melancarkan proses makan para tamu dan juga menjaga agar ruang tamu yang digunakan transit tamu tidak penuh. Ketika tamu sudah duduk sementara waktu sambil minum, kemudian dipersilakan makan di ruang prasmanan lalu pulang. Demikian seterusnya silih-berganti

Jayengan, merupakan bagian yang tugasnya membuat minum. Meski cuma membuat minum, tugas juruh”. Juruh merupakan air putih panas yang diberi gula. Juruh digunakan untuk campuran membuat teh, atau sekedar membuat air putih manis panas.
ini juga berat. Dia harus menjaga agar suplai air panas tidak tersendat, kemudian digunakan untuk membuat teh dan juga “

Adang, merupakan kegiatan memasak nasi. Ini juga berat, karena harus memastikan suplai nasi yang telah masak tidak tersendat untuk melayani tamu. Bayangkan jika tamunya datang bersamaan, dan bagian ini tidak sigap, pasti akan terjadi kekacauan. Adang biasanya dilakukan dengan soblok atau panci besar dan memasaknya menggunakan kayu bakar.

Para sinom di bagian adang dan jayengan harus punya pandangan yang prediktif, harus tahu kapan waktu-waktu tamu datang dalam sehari.

Selain beberapa bagian di atas, ada bagian lainnya yang tak bisa dianggap sepele. Pengelola snack (gedhong njero) yang menyiapkan makanan kecil untuk tamu, pencatat tamu dan bawaan tamu, “uleh-uleh” yang harus sigap menyerahkan nasi dan lauk kepada tamu yang hendak pulang. Bagian uleh-uleh ini juga harus jeli agar “tenggok” yang dipakai tamu membawa barang sumbangan tidak tertukar. Ada lagi bagian perparkiran, asah-asah (mencuci piring), dan lainnya.

Apa yang dilakukan oleh si empunya gawe  ketika acara ini? Mereka duduk saja menunggu tamu. Tabu jika ada anggota keluarga ikut membantu teknis acara. Saya pernah ketika gawe tanggal 1-2 Desember ini iseng membantu laden, alhasil saya ditegur, “mboten wonten tiyang sanes nopo mas?” (apa tidak ada orang lain yang bisa bantu mas?). Padahal saya ikut laden hanya sekedar ingin merasakan nuansa laden yang pernah saya lakukan ketika tetangga punya gawe.

Kesemua bagian ini dipimpin oleh ketua sinoman. Ketua sinoman terdiri dari ketua sinoman laki-laki dan perempuan. Ada pula yang menentukan wakil keluarga yang punya gawe pada struktur
kepanitiaan. Wakil keluarga ini berguna sebagai rujukan jika ada permasalahan yang membutuhkan si empunya gawe untuk menyelesaikan.

Demikian, tulisan singkat tentang tradisi yang ada dikampung saya, Ngliparkidul, Nglipar GK Yogyakarta. Jika ada update, akan saya susulkan sebagai tambahan tulisan.

Pada artikel berikutnya, saya akan ceritakan seni etnik yang pernah mengiringi acara tasyakuran di tempat saya.



Share:

1 comment:

  1. maturnuwun sampun nguri-uri kabudayan jawi

    ReplyDelete

Terimakasih, komentar akan kami moderasi